Kenapa Marah?

Hari dimana Aruna lebih bisa bersemangat dari hari-hari sebelumnya. Dia akan pergi bertemu dengan Faas. Pria yang selalu menjadi Kakak yang baik untuknya. Saat dia keluar kamar dan sudah siap untuk pergi, dia berpapasan dengan Johan yang sedang menuruni anak tangga.

Aruna terdiam sejenak, menunggu sampai Johan berada dibawah. Mau bagaimana pun dia tetap seorang istri yang seharusnya berpamitan ketika ingin pergi. Meski dia sadar jika dirinya hanyalah seorang istri yang tidak di anggap.

"Em Kak Jo, aku ingin pergi sebentar. Bertemu saudara"

Johan meliriknya dengan tajam, tatapan yang selalu berhasil membuat Aruna terluka. Ketika dia sadar jika bukan dirinya yang Johan inginkan. Tatapan mata itu menjadi pengingat bagi Aruna, siapa dirinya bagi Johan.

"Aku tidak peduli kau mau pergi kemana pun!"

Aruna hanya memejamkan matanya ketika mendengar ucapan Johan barusan. Pria itu berlenggang pergi setelah melemparkan sebuah tatapan dingin yang menusuk relung hati Aruna yang sudah terluka berkali-kali.

Aruna pergi dengan taksi online yang sudah dia pesan. Ingatlah, dia hanya anak yang tidak diharapkan hadir di keluarganya, maka meski keluarganya adalah keluarga yang berada, namun dia hanya seorang anak yang mereka abaikan. Hingga tidak pernah mendapatkan fasiltas apapun, bahkan untuk biaya kuliah pun, dia melakukan pekerjaan paruh waktu. Ayahnya? DIa tidak pernah menunjukan kepedulian lebih terhadapnya, selain saat malam itu, dimana dia meminta Johan untuk menikahinya.

Aruna turun dari taksi setelah dia sampai ditempat tujuan. Danau dan sebuah taman yang selalu menjadi tempat tenang. Berada di pusat kota. Ini adalah salah satu tempat wisata yang gratis yang disediakan pemerintah. Biasanya akan sedikit ramai di akhir pekan atau sore hari. Dan ini adalah tempat paling sering Aruna kunjungi, suasana yang tenang, membuatnya nyaman. Dan ini juga selalu menjadi tempat pertemuan dirinya dan Faas.

"Aruna disini"

Faas berteriak dari sebuah bangku taman di dekat Danau buatan itu. Aruna tersenyum dan segera berjalan ke arahnya. Duduk disamping Faas dan langsung melihat air danau yang tenang.

"Kak Faas apa kabar? Sudah lama sekali tidak bertemu, apa tidak rindu denganku" ucap Aruna sedikit manja. Ya, dia hanya berani manja pada Faas, sebagai Kakak sepupunya.

Faas terkekeh, dia mengelus rambut Aruna yang tergerai dengan gemas. "Tentu saja aku rindu pada adik kesayanganku ini. Tapi, pekerjaan juga tidak mungkin ditinggalkan. Jadi bagaimana? Apa keseharianmu sekarang?"

Keseharianku ya? Mungkin hanya di siksa oleh Kak Johan.

"Seperti biasa, aku masih menulis. Tapi sudah tidak terlalu sering, aku ingin mencari pekerjaan lain. Tapi bingung, mau kerja apa? Aku 'kan tidak mempunyai kemampuan apapun"

"Siapa bilang kamu tidak punya kemampuan. Kamu mempunyai banyak kemampuan, kamu bisa menulis, kamu bisa bermain piano. Banyak sekali kemampuanmu. Berhenti untuk terus tidak percaya diri, Runa. Kamu punya kemampuan tersendiri"

Aruna tersenyum, hanya bersama Faas dirinya bisa merasakan jika dia adalah orang berguna dan diharapkan orang lain. Karena hanya Faas yang peduli padanya.

"Kak, ayo pergi jalan-jalan. Aku sudah lama tidak jalan-jalan, aku ingin eskrim coklat"

Faas mengangguk, dia berdiri dan mengulurkan tangannya yang langsung disambut baik oleh Aruna. Mereka pergi ke parkiran dengan bergandengan tangan. Aruna tersenyum, akhirnya dia bisa merasakan kebahagiaan meski hanya sedikit.

Sinar matahari yang mulai terik, membuatnya pusing. Bahkan tatapan matanya mulai terasa kabur. Aruna merasakan ada yang keluar dari hidungnya, dan itu darah segar. Segera Aruna mengeluarkan tisu dari dalam tas dan membersihkan noda darah itu, tidak ingin Faas melihatnya. Akhirnya mereka sampai di parkiran.

"Aruna, kamu kenapa? Wajahmu terlihat cukup pucat"

Aruna menggeleng pelan. "Aku tidak papa Kak, ayo pergi. Aku ingin menghabiskan banyak waktu dengan Kak Faas sekarang"

Akhirnya mereka pergi ke beberapa tempat, pergi ke Taman Bermain juga. Menaiki beberapa wahana dan membeli eskrim sesuai keinginan Aruna. Faas melihat gadis disampingnya yang memakan eskrim dengan tenang, dari tadi ada yang mengganggu pikiran Faas, kenapa Aruna memakai pakaian begitu tertutup, bahkan kerah bajunya menutupi leher dengan lengan yang panjang dan juga rambut yang dia gerai.

"Run, kamu tidak gerah memakai pakaian itu? Ini panas banget loh"

Aruna terdiam sejenak, hampir satu jam lebih dia memilih pakaian untuk di pakai hari ini. Sampai akhirnya menemukan baju ini, Aruna menutupi bagian leher dan rahangnya yang masih terlihat bekas lebam. Tidak mau Faas melihatnya.

"Tidak Kak, tahu kalau aku sering masuk angin. Jika ke tempat seperti ini, jadi aku lebih baik pakai pakaian tertutup saja"

"Hah?"

Faas terlihat cukup bingung, tapi akhirnya dia mengangguk saja. Mungkin memang itu alasan Aruna. "Habis ini mau kemana lagi kita?"

"Pergi makan, aku lapar sekarang. Kak Faas yang traktir ya" ucap Aruna.

Faas tertawa kecil, dia mengusak rambut Aruna dengan gemas. "Apapun untuk adikku ini"

Dan mereka pergi ke sebuah Restoran mewah, Aruna tidak menyangka Faas akan membawanya ke Restoran ini. "Kak, kenapa kesini? Aku hanya minta di traktir, bukan harus ke tempat mewah ini"

"Sudah tidak papa, aku ingin membuat kamu bahagia hari ini"

Aruna tersenyum, dia merangkul lengan Faas. Dia selalu bahagia ketika bersama dengan pria ini. Pria yang selalu menjadi pelindungnya dan yang paling peduli padanya.

Sementara ada sebuah tatapan tajam dari ruangan VVIP di lantai atas Restoran ini. Dia bisa melihat jelas ke arah lantai bawah, tepat ke arah pintu masuk. Disana, istrinya bersama pria lain dan apa ... dia merangkul tangan pria itu. Sial, dia sangat marah sekarang. Tangannya mencengkram garpu hingga hampir patah. Urat tangannya terlihat menonjol.

"Jo, kamu kenapa?"

Johan mengerjap pelan, dia menoleh pada Jesika yang duduk di depannya. "Tidak papa, setelah makan kau bisa pulang sendiri? Aku ada urusan sebenatar"

Jesika mengerutkan keningnya bingung, tapi akhirnya dia mengangguk.

*

"Kak, aku ke toilet sebentar ya"

"Iya"

Aruna berlalu, suasana toilet cukup sepi. Tidak ada orang. Hanya ada satu orang, itu pun sudah selesai dan pergi. Setelah selesai dengan urusannya, Aruna mencuci tangan di wastafel sambil menatap pantulan wajahnya di cermin. Aruna menurunkan sedikit kerah bajunya, dan bekas lebam itu masih terlihat cukup jelas.

Suara pintu yang terbuka membuat Aruna segera membenarkan kerah bajunya. Dia terkejut saat melihat siapa yang masuk. Mundur perlahan seiring pria itu berjalan, Aruna melihatnya telah mengunci pintu.

"Kak Johan, ke-kenapa bisa ada disini?"

Johan terus berjalan dengan tatapan dingin, membuat Aruna semakin ketakutan. Aruna terus mundur hingga tubuhnya terpojok di dinding toilet. Sudah tidak bisa pergi kemana pun. Johan berapa tepat di depannya sekarang, menatapnya dengan begitu tajam.

"Siapa pria tadi? Apa dia pacarmu?"

Aruna langsung menggeleng cepat, menyangkal ucapan Johan. "Bukan Kak, dia saudaraku"

Suara tawa mengerikan terdengar di seluruh penjuru ruangan. Johan mencengkram dagu Aruna dengan kuat, membuatnya meringis.

"Saudara kau bilang, kau pikir aku akan akan percaya? Haha.. Tentu tidak Aruna! Aku tahu kau adalah wanita mura*han. Apa dia laki-laki selanjutnya yang akan kau jebak?"

Aruna menggeleng dengan air mata sudah menggenang. Mulutnya sulit bicara karena cengkraman kuat tangan Johan di dagunya.

"Ikut pulang denganku! Atau aku bunuh pria itu!"

Johan menghempaskan dagu Aruna sampai wajahnya berpaling ke samping. Lalu, menarik kasar tangan istrinya itu. Aruna hanya mengikuti saja, dia menghapus air matanya yang lolos begitu saja.

Sial, kenapa aku marah melihatnya bersama pria lain?

Bersambung

Terpopuler

Comments

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

baru juga runa jalan ma faaz kmu udah marah,,,heyy trus gimana kabar runa yg dgn nyata n terang2an kmu bawa pulang n jalan2 ma jesica ,,,,

2025-01-11

0

Wuri Wuryati Tie

Wuri Wuryati Tie

baru melihat istri jln sama pria lain merasa harga diri nya direndahkan,gimana dgn Aruna yg km siksa lahir batin....

2025-02-02

0

ken darsihk

ken darsihk

Johan lucuuu koq marah dan cemburu melihat Aruna bersama lelaki lain

2025-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!