Aku Yang Harusnya Dipedulikan

Johan diam termenung di atas sofa bed di ruang tengah ini. Televisi besar di depannya menyala, menayangkan acara yang bahkan tidak menarik perhatiannya. Dalam pelukannya ada Jesika yang menolak pulang sejak kejadian tadi.

"Jo, kenapa kamu diam saja? Apa kamu percaya dengan ucapan Aruna? Sayang, dia itu hanya pembohong. Dia ingin aku sama kamu beneran berpisah, karena dia terobsesi sama kamu sejak dulu" ucap Jesika sambil mengelus dada Johan.

Johan menghela nafas pelan, dia mengecup puncak kepala wanita yang dicintainya itu. "Aku tidak memikirkannya. Aku hanya ingin menikmati waktu bersamamu. Kau akan tetap menjadi milikku, meski aku menikah dengan adikmu. Awas bertemu dengan pria tadi!"

Jesika terkekeh pelan, dia sedikit mendongak dan mengecup dagu kekasihnya ini. "Kemarin itu beneran hanya temanku. Lagian kamu yang tiba-tiba datang tanpa bicara dulu padaku. Jadi, aku agak kaget"

"Beneran hanya teman ya? Karena aku sangat benci bentuk pengkhianatan apapun!"

Jesika hanya tersenyum, dia menyandarkan kembali kepalanya di dada bidang Johan. "Aku tidak akan mengkhianatimu"

Aruna yang berjalan ke arah mereka dengan membawa nampan berisi minuman, langkahnya seketika terhenti mendengar percakapan keduanya. Dia tersenyum miris saat tadi Johan malah begitu marah padanya, bahkan sampai mendorongnya kasar, hanya karena Aruna mengatakan jika Jesika tidak pernah tulus mencintainya.

"Apa yang kau lihat?!"

Suara dingin itu menyadarkan Aruna, dia melanjutkan langkah kakinya. Menyimpan minuman di atas meja depan mereka. Matanya memejam menahan rasa sakit ketika dia melihat bagaimana sikap Johan yang begitu manis pada Jesika. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya, sebagai seorang istri.

"Aduh, kamu sengaja ya Aruna"

Aruna terkejut saat dengan sengaja kaki Jesika menyenggol meja hingga minuman yang ditaruh Aruna tumpah mengenai kakinya itu. "Maaf, tapi Kakak yang menyenggol meja"

"Diam!" bentak Johan, dia langsung berdiri dan menatap Aruna dengan nyalang. Mengambil gelas satunya lagi yang berisi jus itu, menyiram jus itu ke kepala Aruna. "Berani sekali lagi menyentuh dan membuat tidak nyaman wanitaku, maka aku tidak akan tinggal diam"

Aruna mengusap wajahnya yang terasa lengket karena tumpahan jus itu. Padahal jus yang tumpah ke kaki Jesika hanya sedikit, di lap dengan tisu saja sudah bersih. Tapi, Johan benar-benar membalasnya dengan begitu kejam pada Aruna.

"Dia bukan siapa-siapa Kak!" teriak Aruna, dia mulai tidak tahan melihat kemesraan keduanya. Dia cemburu. Aruna berdiri dan menatap Johan dengan lekat. "Kak Jesika sudah bukan siapa-siapa Kak Johan lagi. Aku yang sekarang menjadi istrimu. Aku yang harusnya kau pedulikan!"

Dengan satu tangan kekarnya, Johan menarik tangan Aruna dan membanting tubuhnya ke atas lantai, kepala Aruna membentur ujung meja hingga berdarah. Pusing dan sakit yang dia rasakan seketika di kepalanya.

Johan membungkukkan tubuhnya, mencengkram rahang Aruna dengan kuat, bahkan bekas yang kemarin masih terasa begitu sakit, sekarang sudah mendapatkan lagi.

"Kau yang bukan siapa-siapa bagiku! Karena kau hanya seorang ja*lang mura*han yang menjebak aku di malam itu. Jika kau tidak menjebak, aku tidak akan menikahimu! Sampai mati pun aku tidak akan sudi punya istri sepertimu!"

Aruna hanya terdiam, dia sulit berbicara karena rahangnya yang di cengkram kuat oleh Johan. Hanya air mata yang mengalir, menunjukan seberapa besar luka yang dia terima saat ini. Bukan hanya dalam fisik, tapi juga bathinnya.

"Jo udah, dia bisa mati" ucap Jesika, cukup panik melihat Johan yang semarah itu. Jesika menarik tangan Johan satunya lagi dan membuat pria itu berdiri. "Bukannya kamu janji akan bawa aku jalan-jalan. Jadi, ayo pergi sekarang. Ngapain pedulikan Aruna"

Aruna menatap kepergian dua orang itu dengan hati yang teramat hancur. Air mata mengalir di pipinya, namun tidak akan pernah menarik simpati suaminya. Dia bahkan lebih peduli dengan perempuan yang seharusnya sudah tidak dia pedulikan saat ini.

"Nona, segera bersih-bersih. Nanti Nona sakit, biar saya yang membersihkan semua ini" ucap Evi.

Aruna mengangguk, dia berdiri dan segera berjalan ke kamarnya. Jika saja tadi Jesika tidak sengaja meminta dirinya yang membuatkan minuman, mungkin tidak akan seperti ini. Namun, Aruna juga tidak bisa menolak, ketika Johan sudah menegaskan jika dia harus menuruti keinginan Jesika.

Aruna mengguyur tubuhnya di bawah shower, membiarkan air membersihkan tubuhnya dari tumpahan jus. Luka di kepalanya terasa perih, tapi lebih perih hatinya.

"Aku hanya akan bertahan disini, karena kemana aku harus kembali? Bahkan rumah pun, sudah tidak seperti rumah bagiku"

Memutuskan untuk melakukan ini hanya ingin Johan menikah dengan Jesika yang tidak benar-benar mencintainya dan ada hal yang Jesika sembunyikan sebenarnya. Tapi, selain itu Aruna hanya ingin pergi keluar dari rumahnya, dimana seorang Ayah yang tidak pernah mau membelanya. Hanya mementingkan istri dan anak pertamanya.

Selesai mandi, Aruna mengobati luka dengan dibantu oleh Evi. "Nona, istirahat saja. Tubuh Nona demam sekarang"

Aruna mengangguk pelan, dia menaikan kedua kakinya ke atas tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhnya. Evi segera menyelimuti tubuhnya.

"Istirahat ya Nona, nanti kalau ada apa-apa panggil saya"

"Iya Evi, terima kasih"

Setelah Evi pergi, Aruna hanya menatap langit-langit kamar dengan kepala yang berdenyut nyeri. Dia tersenyum lirih dengan bibir tipisnya. Saat baru ingin memejamkan matanya, suara dering ponsel membuatnya kembali membuka mata. Aruna meraba ke arah nakas dan mengambil ponselnya disana. Melihat siapa yang menghubunginya.

"Kak Faas" lirihnya dengan tersenyum, satu-satunya orang yang peduli dengan tulus padanya adalah Kakak sepupunya ini. Dia adalah saudara jauh dari Ibu Aruna yang sudah meninggal.

Aruna langsung bangun terduduk di atas tempat tidur dan segera menerima telepon dari Faas. "Hallo Kak"

"Hallo Runa, bagaimana kabarmu?"

"Baik Kak, bagaimana dengan Kakak? Kapan pulang?"

Faas berada di luar kota untuk sebuah pekerjaan. Sudah hampir 6 bulan dia disana. Sampai kejadian yang menimpanya saja, Faas tidak tahu.

"Kamu tebak aku dimana sekarang?"

Aruna mengerutkan keningnya, Faas malah mengajaknya tebak-tebakan. "Masih di Luar Kota? Atau sudah pulang ya?"

"Haha, iya aku sudah pulang. Mau ketemuan gak? Aku bawa oleh-oleh untuk kamu"

Aruna tersenyum bahagia, akhirnya malaikat pelindungnya telah kembali. Meski sekarang percuma karena Aruna tidak mungkin bertemu dengan Faas dalam keadaan seperti ini. Bekas memar di seluruh wajahnya, belum lagi keningnya yang terluka.

"Em, aku gak bisa kalau sekarang. Lusa saja bagaimana? Pokoknya aku juga ingin traktiran dari Kak Faas"

"Haha, baiklah. Aku jemput ke rumah kamu, lusa ya"

"Eh jangan!" tidak sadar Aruna sampai berteriak karena kaget Faas akan menjemputnya di rumah, sementara dia sudah tidak tinggal di rumahnya. "Em, maksudnya kita ketemuan di tempat biasa saja. Kak Faas tidak perlu menjemput aku"

"Oh baiklah"

Sambungan telepon terputus, Aruna menatap ponselnya dengan tersenyum. Tapi sedetik kemudian senyuman itu hilang, dan berubah menjadi wajah yang penuh kerapuhan.

"Aku tetap tidak bisa bilang pada Kak Faas tentang pernikahan ini. Karena Kak Jo akan marah padaku"

Bersambung

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

cerita nya bagus tapi kenapa nggak ada yng pada koment ya 😊😊

2025-01-24

0

Wuri Wuryati Tie

Wuri Wuryati Tie

lanjut bacanya ah....

2025-02-02

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!