Hanya Ingin Dicintai

Punggungnya yang masih terasa sakit, meski sudah diobati dan di perban di beberapa bagian yang lukanya cukup dalam dan parah. Tapi, tetap masih terasa perih. Sampai dia tidak bisa tidur terlentang, hanya terus tidur dengan menyamping atau tengkurap. Sungguh dia tersiksa.

Aruna melihat jam dinding, sudah pukul 7 malam, dan suaminya belum pulang. Aruna beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Mencari keberadaan Mia dan Evi sebagai pelayan disini. Sampai dia menemukan mereka di dapur.

"Mia, apa Kak Johan belum pulang?"

"Belum Nona, mungkin sebentar lagi"

Aruna menarik kursi meja makan dan duduk disana. Menuangkan segelas air dan meminumnya. "Atau mungkin dia tidak akan pulang seperti sebelumnya ya?"

Mia dan Evi saling pandang, mereka juga tidak tega melihat keadaan Aruna saat ini. Mereka menarik kursi di depan Aruna dan duduk disana.

"Nona, kenapa bertahan?" tanya Mia, dia sudah tidak tahan lagi untuk menanyakan hal ini.

"Karena tidak ada lagi tempat untuk aku pulang. Dan satu alasannya, aku mencintainya sejak dulu"

"Sejak dulu? Kapan itu?" Kali ini Evi yang bertanya.

Aruna tersenyum tipis, mengingat pertemua pertama dirinya dan Johan. Jauh sebelum Johan mengenal Jesika bahkan.

"Dia yang menolong aku saat aku di ganggu pereman, saat itu aku masih jadi anak kuliahan. Dan, aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu, kami sempat bertemu lagi saat dia terluka malam hari. Aku tidak tahu dia terluka kenapa, tapi di perutnya ada bekas tusukan. Dan aku yang baru pulang dari bekerja paruh waktu di sebuah Cafe, langsung membantunya dan membawa dia ke rumah sakit. Aku ingat dia adalah yang menolong aku beberapa hari lalu, tapi Kak Johan sama sekali tidak mengingatku"

Aruna menghembuskan nafas kasar, bahkan sampai saat ini Johan pasti tidak akan ingat jika Aruna adalah gadis yang pernah dia tolong dan pernah menolongnya.

"Besok paginya, aku kembali ke rumah sakit dan tidak menemukan dia. Ternyata Kak Johan pergi ke Luar Negara. Dan beberapa tahun kemudian, dia kembali sebagai kekasih Kak Jesika. Aku tidak tahu bagaimana mereka bertemu, tapi hatiku sakit saat melihat pria yang menjadi cinta pertamaku, bersama Kakakku sendiri"

Mia memegang tangan Aruna di atas meja, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Bahkan hatinya ikut sakit mendengar cerita Aruna, membayangkan bagaimana hancurnya hati Aruna. Bahkan setelah menikah dengan pria yang dia cintai, bahkan dia tidak mendapatkan cinta itu.

"Nona terlalu kuat, dan kenapa tidak menyerah saja. Ini sudah terlalu menyakitkan untuk Nona"

Aruna tersenyum dengan tatapan menerawang. Senyumannya terlihat menyimpan banyak luka. "Aku tahu, kesalahan terbesarku adalah mencintainya. Tapi, aku tidak pernah menyesalinya"

"Nona terlalu kuat. Semoga suatu saat nanti Tuan Johan akan bisa melihat ketulusan Nona"

*

Johan kembali hampir larut malam, dia terdiam saat menyadari televisi yang menyala. Johan memutar langkahnya yang awalnya ingin menaiki anak tangga, dia akhirnya berbalik dan melangkah menuju tempat menonton itu.

Televisi menyala, tapi seseorang yang menontonnya sudah terlelap di atas sofa bed disana. Johan berdecak pelan, dia mengambil remote televisi dan mematikannya. Lalu beralih menatap Aruna yang tertidur disana. Johan berlutut di lantai depan Aruna, menatap wajah tenang gadis itu yang terlelap.

"Apa ini? Darah?" Johan melihat noda di dekat lubang hidung Aruna dan dia menyadari jika itu adalah darah. Johan menatap Aruna dengan tatapan yang sulit diartikan. "Punggungnya juga pasti terluka karena apa yang aku lakukan"

Johan menghembuskan nafas kasar, dia tidak suka perasaan ini. Dimana dia merasa tidak nyaman dan merasa bersalah. Hatinya merasa sakit melihat keadaan Aruna saat ini.

Seperti sadar ada yang sedang memperhatikannya, Aruna perlahan membuka matanya. Dia cukup terkejut melihat Johan yang berada tepat di depannya. Jarak mereka cukup dekat. Aruna segera bangun, kepalanya terasa cukup pusing, membuat dia langsung memegang kepalanya sendiri. Memejamkan matanya untuk beberapa saat.

"Kak Jo sudah pulang? Kenapa larut sekali?"

Johan kembali berdiri, dia menatap Aruna dengan tatapan datar. "Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan"

Aruna mengangguk mengerti, dia mencoba berdiri dan kepalanya terasa semakin pusing, sampai tubuhnya limbung dan menubruk tubuh Johan yang menahannya.

"Kau kenapa?" tanya Johan, sial dia tidak bisa menyembunyikan jika dia cukup panik sekarang. "Kau duduk saja dulu, baru bangun tidur jangan langsung bangun"

Aruna menatap Johan dengan matanya yang buram. Tapi dia masih bisa jelas melihat wajah Johan, wajah pria yang dia cintai sampai saat ini.

Aruna segera menjauhkan dirinya dari tubuh Johan, lalu samar dia melihat noda merah di kemeja putih milih Johan. Lalu sadar dengan hidungnya, dia mengusapnya dan melihat darah disana.

"Kak, maaf sudah menodai kemejanya" ucap Aruna yang menggosok kemeja yang terkena noda itu dengan tangannya, tapi tidak membuat perubahan apapun.

"Sudahlah, kau tidur di kamar. Dan jika besok masih sakit, periksa ke Dokter"

Johan berlalu setelah mengatakan itu, sementara Aruna hanya menatap punggungnya yang menjauh darinya. Tersenyum tipis, meski tatapan matanya cukup buram saat melihat punggung Johan yang menjauh. Bahkan kepalanya masih begitu pusing.

"Dia memberikan perhatian padaku? Mungkinkah? Apa aku yang terlalu berharap?"

Pagi telah tiba, suara kicauan burung menambah semangat di pagi ini yang terlihat begitu cerah. Semua orang menjalani aktivitasnya dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Tapi, berbeda dengan seorang perempuan yang masih bergelung di bawah selimut. Seluruh tubuhnya terasa sakit, bahkan terasa remuk.

Suara ketukan pintu membuatnya memaksa membuka mata, posisi tidurnya terngkurap karena punggungnya yang masih begitu sakit.

"Masuk saja, tidak dikunci" teriaknya pada orang yang mengetuk pintu kamar.

Mia masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu hangat untuk Nona Mudanya ini.

"Nona, makan dulu. Saya membawakan bubur dan susu"

Aruna membuka matanya, menatap Mia yang menyimpan nampan di atas nakas. Lalu dia mencoba bangun dan Mia pun langsung membantunya.

"Tubuhku terasa sakit semua, Mia"

"Bagaimana tidak sakit, meja kaca itu sampai hancur, tubuh Nona hanya terluka ringan saja sudah begitu keajaiban. Sekarang makan dulu ya, setelah itu minum obat"

Aruna mengangguk, dia menerima saja saat Mia menyuapinya bubur. "Tadi Tuan Muda menanyakan Nona, katanya kenapa belum ada untuk sarapan"

Aruna terdiam, dia cukup terkejut dengan ucapan Mia barusan. Lalu, sesaat kemudian dia tersenyum. "Mungkin dia mulai terbiasa untuk sarapan bersama. Ah sayang sekali karena aku terlambat bangun pagi ini"

Mia ikut tersenyum, melihat Aruna yang terlihat cukup ceria saat mendengar ceritanya. "Mungkin iya, kalau Nona ingin terus berjuang, saya yakin perlahan Tuan Muda akan menyadari ketulusan Nona"

Aruna hanya tersenyum saja, bukan tidak percaya akan ucapan Mia barusan. Tapi, dia juga yakin jika Johan tidak mungkin bisa mencintainya dalam waktu 3 bulan ini. Sementara Aruna hanya punya waktu 3 bulan saja.

Bersambung

Like komen jangan lupa.. Gak kasihan apa sama si Aruna di siksa terus. Emang sialan si Johan ini.

Terpopuler

Comments

mbok Darmi

mbok Darmi

feeling ku aruna sakit leukimia sehingga umurnya tdk lama lagi, semoga nanti johan akan menyesal saat tau kebenarannya dan terlambat menolong aruna

2025-01-14

0

Nanik Arifin

Nanik Arifin

saat Johan sadar, masihkah ada kesempatan?
jangan sampai Johan menerima Aruna karena Jesika ketahuan tak selingkuh

2025-01-14

0

Aras Diana

Aras Diana

apa mungkin Aruna punya penyakit,karena hidungnya sering mengeluarkan darah,lanjut thor upnya

2025-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!