Hanya Rasa Bersalah

Johan keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga. Hari ini adalah akhir pekan dan dia tidak akan pergi bekerja. Saat pergi melewati ruang tengah, Johan melihat laptop yang masih berada di atas meja. Johan tidak mengerti kenapa ada laptop di atas meja disana. Namun, dia tidak ingin terlalu memperdulikan.

Melirik ke arah pintu kamar Aruna, Johan melihat pintu kamar yang tertutup rapat. Tepat pada saat itu, Mia melewatinya. "Apa dia sudah bangun? Apa dia sudah makan?"

Mia menatap Johan sekilas, lalu dia menunduk. Ingin rasanya dia mengatakan semuanya pada Johan. Tapi, siapa Mia? Dia juga tidak begitu berani. Meski dia ikut sakit dengan keadaan Aruna sekarang.

"Nona masih belum keluar kamar hari ini. Mungkin dia kelelahan dan ingin tidur lebih lama. Semalam tidur cukup larut"

Mia sudah ingin berlalu dari hadapan Johan, tapi tangannya di tahan sejenak. "Dia menungguku sampai jam berapa?"

Mia menghela nafas pelan, menahan segala gemuruh di dadanya yang penuh emosi pada pria ini. "Nona bahkan sudah begitu bersemangat sejak tadi pagi. Bahkan kue itu juga dia yang buat, Tuan. Tapi, sampai karena Tuan tidak datang, dia tetap menunggu sampai larut. Sampai akhirnya dia menyerah dan meniup lilin seorang diri di jam 12 malam tadi. Nona bilang, ingin jadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Tuan, tapi tidak terlaksana"

Johan terdiam mendengar itu, dia menatap ke arah sofa tempat tadi malam dia menemukan kue dan kado dari Aruna. Tiba-tiba hatinya berdenyut sakit sekarang.

"Saya permisi dulu, Tuan"

Johan bahkan mengabaikan ucapan Mia, dia masih menatap ke arah sofa. Semalam dia melihat kue ulang tahun dan sebuah kado berada disana. Lalu, sebuah laptop yang sampai sekarang masih berada disana. Perlahan Johan melangkah mendekat pada meja itu. Duduk di sofa dan ingin meraih laptop di atas meja. Namun, sebuah tangan lebih cepat menutup laptop dan mengambilnya. Johan mendongak dengan terkejut.

"Aruna?"

Aruna memeluk laptop dalam dekapannya, dia menatap Johan dengan sedikit cemas. "Aku lupa menyimpannya, semalam habis nulis"

Aruna segera berbalik dan ingin pergi kembali ke kamarnya, tapi suara berat Johan menghentikan langkah kakinya.

"Run, mari tiup lilin sekarang dan makan kue buatan kamu. Aku menyimpannya di lemari es"

Aruna terdiam dengan segala perasaan yang tak karuan. Kenapa? Kenapa Johan harus berlaku seperti ini, di saat Aruna sudah hampir menyerah dengan harapan rapuh yang dia punya. Sekarang bahkan tidak tahu harus melakukan apa, saat ternyata Aruna yang sudah mulai ingin menyerah.

"Aku simpan dulu laptop di kamar"

Johan tersenyum tipis, senyuman yang tanpa alasan sebenarnya. Kenapa dia harus tersenyum saat Aruna setuju untuk meniup lilin bersamanya sekarang.

Johan meminta Evi untuk mengambilkan kue semalam dan juga dia mengambil kotak hadiah yang semalam. Menyimpannya di posisi semula di atas meja. Hanya ingin mengulang suasana semalam, meski mungkin sangat terlambat.

Aruna kembali menyimpan laptop di tempat biasa. Menatapnya dengan nanar. Memang seharusnya dia tidak menunjukan video itu pada Johan. Dia tidak akan peduli, mungkin hanya sebatas rasa kasihan saja. Dan Aruna tidak ingin dikasihani.

Aruna kembali keluar kamar, menemui Johan yang sedang menyalakan lilin di atas kue yang dia buat semalam. Aruna terdiam melihat itu, seharusnya semalam hal ini juga terjadi. Tapi semuanya gagal karena Johan yang tidak kembali.

"Ayo duduk, kita tiup bersama" ucap Johan.

Aruna mengangguk pelan, dia mendekat pada Johan dan duduk disampingnya. Mata Aruna berkaca-kaca, untuk pertama kalinya dia bisa merayakan ulang tahun bersama pria yang dia cintai. Mungkin ini juga yang terakhir. Karena dia tidak akan bisa melakukan ini di tahun depan. Karena mungkin waktunya sudah benar-benar habis.

"Buat permohonan Kak, semoga semuanya semakin membaik, dan kamu bisa terus bahagia, Kak" ucap Aruna.

Johan mengangguk, melihat senyuman Aruna yang begitu tulus dan tatapan mata yang selalu menunjukan penuh luka. Ada sebuah debaran menyakitkan dalam dadanya.

Setelah mengucapkan doa dalam hatinya, Johan langsung meniup lilin di atas kue ulang tahun itu. Aruna tersenyum melihat Johan yang akhirnya meniup lilin di atas kue yang dia buat kemarin dengan susah payah.

"Ayo potong kuenya, aku sudah penasaran dengan rasanya. Kau tahu jika aku suka kue coklat?"

Aruna tersenyum, dia mengambil pisau kue dan mulai memotong kue ulang tahun itu. Memindahkannya ke atas piring kecil yang tersedia. Lalu, memberikan pada Johan.

"Cobalah, tapi kalau tidak enak, jangan di makan. Aku baru pertama kali buat kue. Ini juga lihat resep dari internet"

Johan tersenyum tipis, dia mengambil sendok kue di atas piring kecil yang berada di tangan Aruna. Mengambil satu sendok kecil kue dan memakannya. Rasa manis dan sedikit pahit dari coklat terasa sangat pas di dalam mulut. Ini enak, sungguh Johan merasa ini enak.

"Bagaimana?" tanya Aruna dengan sedikit cemas. Dia takut kue ini tidak enak. "Apa bisa di makan? Aku takut bahkan kue ini tidak bisa di makan"

Johan tersenyum, sungguh sebuah senyuman yang selalu ingin Aruna lihat. Hanya ingin melihat pria yang dia cintai, tersenyum tulus dan bahagia seperti itu. Sudah cukup bagi Aruna yang tidak mempunyai banyak waktu untuk bisa bersamanya.

"Ini enak, dan tentu bisa di makan. Kau cobalah"

Aruna terdiam saat melihat Johan yang menyodorkan satu sendok kue itu ke arahnya. Dia menyuapinya? Apa ini hanya sebuah mimpi? Atau mungkin hanya sebuah apresiasi dari Johan karena dia sudah membuatkan kue ulang tahun untuknya. Atau hanya sebatas rasa bersalah atas kejadian semalam, dan Johan membiarkan Aruna menunggunya?

Entahlah, tapi yang jelas hati Aruna berdebar senang. Seolah mendapatkan sedikit saja dari perhatian Johan padanya. Meski dia tidak tahu bagaimana isi hatinya sekarang.

"Enak 'kan?" ucap Johan saat Aruna sudah menerima suapan darinya. Dan Aruna hanya mengangguk saja.

Hatiku benar-benar tidak aman. Aruna hanya mampu berteriak dalam hati. Bahkan dirinya saja tidak pernah membayangkan jika hal ini akan terjadi. Johan menyuapinya? Apa ini sekadar mimpi?

"Ayo kita makan lagi, sampai kue ini habis" ucap Johan.

Aruna tertawa pelan, meski tidak terlalu besar, tapi kue itu jelas tidak akan mungkin bisa mereka habiskan berdua saja.

"Kita bagi Evi dan Mia ya" ucap Aruna.

Johan menatapnya dengan tersenyum tipis, lalu dia mengangguk. Melihat Aruna yang memotong kue dengan ukuran sama, lalu memindahkan ke dalam piring. Dan membawanya ke arah belakang.

"Sial, kenapa aku merasa bersalah karena semalam tidak pulang dan membuatnya menunggu. Biarlah hanya rasa bersalah"

Johan menatap punggung Aruna yang pergi ke arah dapur. Namun, ada perasaan yang belum bisa Johan jelaskan, yang jelas dia merasa tidak nyaman dengan perasaan ini. Seolah memang dia sendiri tidak mengerti perasaannya ini. Suara dering ponsel membuat Johan menatapnya, itu telepon dari Jesika. Segera dia menerima telepon itu.

"Hallo Honey, kamu dimana? Aku kangen. Bukannya janji ingin membawaku ke Kantor kamu hari ini, mumpung libur. Jadi aku bisa belajar sama kamu, kan tahu aku juga akan mengurus Perusahaan Ayah aku"

Johan terdiam, dia lupa akan hal itu. Janji yang dia buat karena Jesika yang terus memaksa ingin ke Perusahaannya dan ingin belajar tentang mengelola Perusahaan.

"Baiklah, sebentar lagi aku pergi. Ketemu disana saja"

"Oke Honey"

Bersambung

Aku kasih satu bab lagi. Bonus bonus. Jangan lupa Like komen di setiap chapter ya.. Oh ya, pada pengen banget Aruna pergi. Sabar ya.. Haha..

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Thor kasihan sama Aruna cinta tulusnya di sia siakan sama Johan semoga Aruna mendapatkan kebahagiaan dan sebaliknya Johan merasakan penderitaan dan menyesal karena telah menyia menyiakan cinta Aruna dan untuk si pelakor Jesika segera dapat karma yg sangat..sangat menyakitkan

2025-01-19

0

mbok Darmi

mbok Darmi

semoga aruna bila waktunya tiba bisa meninggalkan dgn tenang dan bahagia krn keinginan nya untuk bisa menjadi istri johan sesungguhnya sdh tercapai

2025-01-19

0

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

thor ayo dong buka kedok jessica,,,,
aruna jngn di bikin meninggal dong thor,,,,kasian dia

2025-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!