Mencintaimu, Aku Rela Terluka

Banyak hal yang Aruna lakukan hari ini, mulai dari bermain beberapa wahana permainan di Taman Hiburan, lalu membeli banyak makanan juga. Tidak ada yang dia larang untuk dimakan hari ini, mulai dari makanan pedas, asam, manis, asin, semuanya dia coba.

Pergi ke Mal, makan siang disana dengan berbagai menu yang belum pernah Aruna coba sebelumnya. Faas juga sedikit bingung, kenapa Aruna bertingkah aneh hari ini.

"Kenapa memesan ini? Bukannya tidak suka?"

"Ingin mencobanya, mungkin aku tidak punya kesempatan untuk mencobanya lagi. Haha. Karena mungkin memang aku tidak suka, tapi penasaran mau mencoba sekali lagi, siapa tahu jadi suka"

Faas hanya menggeleng pelan, merasa heran dengan tingkah adik sepupunya ini. Tapi dia tidak banyak membantah apa yang Aruna inginkan saat ini. Karena yang jelas, dia juga tahu jika Aruna hanya berani meminta padanya. Tidak ada orang lain yang bisa Aruna meminta sesuatu selain pada Faas.

"Sekarang mau kemana?" tanya Faas.

Aruna meminum sisa minumannya, mereka sudah selesai makan. Aruna merogoh tasnya, lalu dia mengeluarkan sebuah amplop surat, menyodorkan pada Faas.

"Ini untuk Kak Faas, tapi jangan dibaca sekarang. Aku minta Kak Faas baca saat akhir bulan ini. Pokoknya jangan sampai membohongi aku, mengintip isinya pun tak boleh. Kalau sampai Kak Faas, melakukannya sebelum akhir bulan ini, maka aku akan sangat marah"

Faas terdiam menatap amplop surat ditangannya. Memang tertulis nama Faas di amplop itu. Beralih menatap Aruna. "Ini isinya apa? Tentang permintaan kamu lagi? Kenapa juga harus pakai surat-suratan kayak gini. Seperti tidak akan bertemu lagi"

Aruna terkekeh pelan, dia menatap Faas dengan lekat. "Pokoknya Kak Faas tidak boleh membukanya sebelum tanggal akhir bulan ini. Nanti Kak Faas akan tahu isinya, kalau itu memang permintaan aku, tolong dituruti ya"

"Ah baiklah, lagian ada-ada aja pake surat segala. Padahal bisa kirim pesan"

"Biarin aja, kan biar seperti jaman dulu. Main surat-suratan. Hehe"

Setelah selesai makan, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Hari juga sudah sore, Aruna begitu bahagia saat ini. Bisa menghabiskan banyak waktu dengan bahagia bersama Faas.

"Yakin tidak mau aku antar pulang?"

"Tidak perlu, aku mau naik taksi saja. Kak Faas hati-hati di jalannya ya, kalau sudah sampai rumah kabari. Salam untuk Bibi dan Paman"

"Iya, kapan-kapan main ke rumah. Mama dan Papa sering menanyakan kamu"

"Iya, kalo ada kesempatan aku akan mampir ya. Aku pergi dulu ya, Kak"

Aruna masuk ke dalam taksi yang sudah berhenti di depannya. Melambaikan tangannya pada Faas dari jendela mobil yang terbuka. Faas juga ikut melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Dia kenapa ya? Aku merasa ada yang aneh"

Faas bergumam pelan sebelum dia berlalu ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Sikap Aruna hari ini memang cukup membuatnya bingung. Faas merasa aneh pada gadis itu.

Mobil mulai melaju meninggalkan kawasan Mal, Faas menatap amplop surat dari Aruna yang dia letakan di dashboard mobil.

"Sebenarnya surat apa itu ya? Aku penasaran sekali, tapi aku janji tidak akan membukanya sekarang"

*

Aruna menghentikan taksi yang dia tumpangi di depan sebuah kawasan pekaman umum. Melangkah masuk dengan membawa sebuah buket bunga yang dia beli saat di jalan tadi.

Berhenti di depan sebuah pusara, Aruna berjongkok di depan pusara itu. Mengusap batu nisan dengan pelan, lalu menaruh buket bunga di atasnya.

"Aruna datang Bu, maaf karena sudah lama tidak datang. Aruna kangen sama Ibu, pengen ketemu Ibu, peluk Ibu. Dan kenapa Ibu tidak lagi datang ke mimpi Aruna? Padahal Aruna sangat ingin memeluk Ibu, meski hanya dalam mimpi"

Aruna mengusap air matanya dengan kasar, rasanya terlalu merindukan Ibunya yang sudah meninggal sejak 2 tahun lalu. Hanya dia yang bisa mengerti perasaannya.

"Sekarang aku tidak punya siapa-siapa yang bisa benar-benar mengerti aku, Bu. Mungkin ada Kak Faas, tapi dia juga tidak sepenuhnya bisa ada untukku dan mengerti perasaanku"

Banyak sekali Aruna bercerita disana, bahkan dia juga menceritakan tentang Johan. Suaminya yang dia cintai, tapi tidak pernah mencintainya.

"Aku hanya bisa mencintai tanpa dicintai"

Aruna tersenyum lirih, dia kembali mengusap pelan batu nisan itu. "Runa pergi dulu ya Bu, semoga kita bisa segera bertemu"

Aruna kembali ke rumah hampir gelap, ketika dia masuk ke dalam rumah, dia terkejut melihat Johan yang berada di ruang tengah, duduk diam dengan tangan bersidekap dada. Melirik Aruna dengan tajam.

"Hebat sekali, pergi dengan pria lain tanpa memberitahu suamimu? Haha. Bodoh sekali aku karena mempercayai ucapanmu yang ingin merasakan jadi istriku dalam waktu 3 bulan ini. Sementara kau saja bisa memiliki pria lain selain aku, kenapa kau tidak meminta pisah sekarang saja!"

Deg ... Tubuh Aruna membeku, ucapan Johan barusan benar-benar menusuk ke relung hatinya. Bahkan dia tidak menyangka jika Johan akan berkata seperti itu padanya. Padahal Aruna juga hanya pergi dengan Faas, tapi dimana Johan melihatnya pergi dengan Faas? Bagaimana dia bisa tahu?

"Ak-aku-"

Johan berdiri dan berjalan mendekat pada Aruna, membuatnya begitu ketakutan. Bahkan ucapannya pun langsung terhenti, padahal dia berniat untuk menjelaskan semuanya pada Johan.

Johan mengelus pipi Aruna dengan jemarinya, sedikit tersenyum sinis melihat tatapan Aruna yang penuh ketakutan. Bahkan Aruna sampai memejamkan matanya sekarang. Jemari tangan Johan terus turun sampai tangannya berada di lehernya sekarang, mencengkram leher Aruna dengan kuat.

"Kau hanya masuk dalam pernikahan semua yang akan semakin menyakitimu!"

Wajah Aruna sudah memerah, bahkan dia mulai kesulitan bernafas. Cengkraman tangan Johan di lehernya benar-benar kuat. Matanya sudah mulai berkaca-kaca.

"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela"

Suara tawa Johan terdengar menggelegar di ruangan ini. Sangat menakutkan. "Kau pikir kata cinta yang diucapkan bisa membuat aku luluh? Tidak! Sampai kapanpun kau hanya perempuan penghalang dalam hubunganku dan Jesika. Dan saat aku mulai kasihan padamu, aku bersimpati dengan memberikanmu kesempatan 3 bulan untuk menjadi istriku yang sebenarnya, tapi kau sudah berani pergi dengan pria lain tanpa izin padaku!"

Aruna memejamkan matanya, cairan bening yang langsung meluncur di pipinya. Tentu saja rasa sesak semakin dia rasakan. Wajahnya sudah sangat memerah.

"Kak, sa-kit" lirih Aruna dengan suara tercekat.

"Kau mati sekalipun, aku tidak akan pernah peduli!"

Aruna memejamkan matanya, hatinya teramat sangat sakit mendengar ucapan Johan. "Bu-nuh saja aku jika itu akan membuatmu puas"

Brak.. Johan melepaskan cengkraman tangannya di leher Aruna, membuat gadis itu limbung dan langsung terjatuh ke atas lantai. Mencoba untuk mengatur nafasnya yang sudah tercekat sejak tadi. Aruna mendongak dan menatap Johan dengan mata sayunya.

"Aku tidak akan membunuhmu dengan tanganku. Karena itu hanya sia-sia dan mengotori tanganku"

"Baiklah, karena tanpa kamu lakukan itu, aku mungkin akan menjemput kematianku sendiri, Kak"

Bersambung

Yang mau nangis boleh, mau santet Johan juga terserah. Asalkan novel ini rame, serah kalian lah mau memaki Johan kayak apa.. Haha

Terpopuler

Comments

mbok Darmi

mbok Darmi

semoga saat aruna mati johan ngga jadi nikah sama jesika dan semua keburukan jerika ditulis dilaci yg selama ini dia simpan, matilah tanpa penyesalan aruna damai tdk ada yg menyakiti mu.lagi, untuk johan selamat menikmati penyesalan mu

2025-01-20

0

Rarik Srihastuty

Rarik Srihastuty

Semoga ada keajaiban buat Aruna ya Thor. Johan bilang aja km cemburu, mata hatimu sudah tertutup karena Jesika

2025-01-20

0

Ma Em

Ma Em

Johan lebih baik kamu saja yg mati bersama si pelakor Jesika daripada Aruna biarkan Aruna bahagia.

2025-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!