Memakai Hadiah Dari Aruna

Aruna kembali ke ruang tengah, tapi dia tidak menemukan Johan disana. Sampai dia mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Aruna langsung menoleh, dia terdiam melihat Johan yang sudah berganti pakaian.

"Mau pergi ya, Kak?"

Sebuah pertanyaan dengan nada yang terdengar sedih. Tapi tentunya Johan tidak akan menyadari itu. "Aku harus pergi menemui Jesika. Nanti malam kita ngobrol lagi. Aku sudah janji dengannya"

Aruna terdiam, menatap Johan yang berlalu begitu saja. Bahkan dia meninggalkan kotak hadiah yang berada di atas meja. Aruna menatap nanar kotak hadiah itu.

"Mungkin dia juga tidak akan membutuhkan hadiah dariku"

Aruna berjalan ke arah meja, mengambil kotak hadiah miliknya dan membawanya ke kamar. Sepertinya dia tidak perlu memberikan hadiah ini, karena Johan juga tidak akan mau memakai hadiah darinya ini. Aruna hanya terlalu percaya diri sampai dia harus memberikan hadiah dengan bersungguh-sungguh pada Johan.

Aruna hanya berdiam di dalam kamarnya, menatap layar laptop yang sudah beberapa kali memutar rekaman video yang sama. Sekarang bahkan Aruna tidak berani untuk memperlihatkan rekaman video itu. Karena dia belum siap untuk semuanya.

"Aku tahu apa yang akan terjadi saat ini. Aku hanya terus berharap tanpa bisa menerima kenyataan jika aku adalah perempuan yang tidak Kak Johan inginkan"

Aruna mengusap sudut matanya yang berair, nyatanya memang tidak pernah mudah untuk melupakan perasaannya yang sudah terlalu besar. Bahkan sejak Johan tahu namanya dan menyadari siapa dia. Aruna benar-benar tidak bisa melakukan apapun dengan perasaannya ini. Untuk bisa menghilangkan perasaannya pun, dia tidak akan bisa.

"Biarkan perasaan ini hilang saat aku benar-benar pergi dari kehidupannya. Karena hanya kepergianku yang akan bisa menghilangkan perasaan ini"

Mencintai, tanpa harus dicintai. Ya, Aruna rela dengan itu. Karena waktunya hanya 3 bulan, dan mungkin sekarang sisa waktunya hanya tinggal 1 bulan lagi. Aruna hanya perlu bertahan saja sekarang, dengan situasi apapun.

*

Johan kembali malam hari, melewati ruang tengah, dia teringat akan hadiah dari Aruna yang bahkan belum dia simpan kembali. Sampai dia melihat kotak hadiah itu sudah tidak ada di atas meja.

"Kemana kotaknya?"

Johan mencari ke bawah meja dan di bawah bantal sofa. Tapi memang kotak hadiah itu sudah tidak ada. Lalu dia menatap pintu kamar Aruna yang tertutup.

"Apa mungkin dia membawanya kembali bersamanya ya?"

Johan berjalan ke arah pintu kamar itu, mengetuknya sebelum dia mengeluarkan suara untuk memanggil Aruna. "Aruna, ini aku. Kau ada di dalam. Buka sebentar"

Menunggu beberapa saat, sampai akhirnya Aruna membukakan pintu kamar. Melihat Johan yang berdiri di depannya sekarang. "Ada apa Kak? Aku sudah mengantuk dan ingin tidur"

Johan menatap Aruna dengan lekat, bola mata hitam yang teduh itu terlihat menunjukan banyak luka. Johan merasakan dadanya sakit.

"Em, apa kau membawa kotak hadiah itu? Kenapa tidak mengambilnya kembali?"

"Karena aku tidak yakin Kak Jo akan memakai pemberian dariku. Jadi, lebih baik aku simpan saja"

Johan menatap Aruna dengan lekat, sedikit tidak suka dengan ucapan Aruna barusan. "Bagaimana mungkin kau memberikan hadiah padaku, tapi kau mengambilnya kembali. Itu tidak boleh terjadi. Alasan aku akan memakainya atau tidak, itu terserah aku. Yang jelas, kau berikan saja hadiahnya padaku"

Aruna menghela nafas, dia mengerti jika memang Johan tidak akan membeiarkan dirinya memakai pemberian Aruna. Yang jelas, Johan hanya ingin hadiah darinya, tanpa yakin dia akan memakainya atau tidak.

"Berikan padaku hadiahnya!" tekan Johan sambil menengadahkan tangannya di depan wajah Aruna.

"Baiklah"

Aruna masuk dan mengambil kotak hadiah itu dari dalam laci, lalu memberikan pada Johan yang menunggu di balik pintu kamar. Sebenarnya dia hanya ingin menyimpannya saja jika memang Johan tidak ingin memakainya.

"Buka!" tekan Johan, membuat Aruna mengerutkan keningnya, tapi dia menurut saja, membuka kotak hadiah itu. "Ambil dan pakaikan di lenganku"

Aruna terdiam melihat Johan yang menyerahkan tangan kanannya dan ingin gelang silver itu Aruna pakaikan ditangannya. Namun, hatinya langsung menghangat ketika Johan perlahan mau menghargai pemberiannya ini. Aruna memasangkan gelang silver itu di tangan kekar Johan.

"Terima kasih hadiahnya, aku akan memakainya" ucap Johan yang langsung pergi dari hadapan Aruna dan membawa kotak gelang itu.

Aruna tersenyum tipis, menatap punggung Johan yang menjauh darinya. "Setidaknya dia menghargai pemberianku. Meski itu mungkin hanya sebuah hal kecil, tapi aku bahagia"

Aruna menghela nafas pelan, dia kembali masuk ke dalam kamar saat ponselnya terdengar berdering. Aruna mengambilnya di atas tempat tidur. Tersenyum saat melihat siapa yang menghubunginya.

"Hallo Kak Faas, apa kabar?"

Sejak kejadian waktu itu, Faas belum lagi menghubungi Aruna. Meski Aruna tahu pasti dia kebingungan karena Aruna yang tiba-tiba pergi tanpa alasan saat pergi jalan bersamanya.

"Aruna, aku baik. Tapi, aku sedikit sibuk dengan beberapa pekerjaan akhir-akhir ini. Em, mau ketemu?"

Aruna langsung tersenyum, hanya dengan Faas dia bisa lebih merasa nyaman. Sepupunya ini yang sudah banyak memberikan bantuan padanya. Ketika Ayahnya yang bahkan tidak pernah peduli pada Aruna, maka selalu ada Faas yang menatapnya dengan penuh kepedulian.

"Boleh, mau ketemu dimana? Oh ya Kak, aku sedang mempunyai banyak permintaan pada Kakak. Harus dituruti ya, karena waktuku tidak akan lama"

Di dalam kamarnya, Faas mengerutkan keningnya dalam, bingung dengan ucapan Aruna barusan. "Apa maksud kamu?"

"Haha. Bukan apa-apa, hanya saja waktu aku bersama Kak Faas tidak akan lama 'kan? Kak Faas sekarang sibuk dengan pekerjaan. Jadi, tidak punya banyak waktu dengan aku. Nah, karena besok Kak Faas ngajak aku ketemu, aku ingin Kak Faas menuruti semua permintaan aku"

"Ah baiklah, memangnya mau apa? Pergi ke Taman hiburan? Atau pergi berbelanja, beli makeup, beli sepatu, kulineran? Apapun yang kamu mau deh"

"Haha. Siap Kak, pokoknya turuti semua permintaan aku ya"

"Iya, iya. Besok tunggu aku ditempat biasa jam 10 pagi ya"

"Oke"

Aruna menutup sambungan telepon, menatap layar ponselnya yang sudah mati dengan senyuman penuh arti. "Setelah ini aku bisa pergi dengan tenang. Pokoknya aku akan banyak meminta apapun pada Kak Faas. Dia 'kan baik, selalu menuruti apa yang aku mau. Haha"

Aruna kembali ke sebuah meja disana, mengambil selembar kertas dan pena. Menuliskan serangkaian kata disana. Matanya berkaca-kaca, tapi tidak sampai menetes. Aruna melipat kertas itu, memasukannya ke dalam sebuah amplop putih. Menuliskan sebuah nama di atas amplop itu dan menyimpannya di dalam laci meja yang di dalamnya sudah ada beberapa amplop yang sama.

"Sebentar lagi, kalian akan sampai ke pemiliknya"

Bersambung

Kalo rame, tambah satu bab lagi. wkwk..

Terpopuler

Comments

Nanik Arifin

Nanik Arifin

ketika tahu kapan ajal kan mendekat, kita bisa mempersiapkan diri, ya kan Aruna ?
saranku, persiapan bekal tuk hidup kekalmu kelak. kumpulkan sebanyak mungkin, waktumu tinggal 1 bl

2025-01-20

0

mbok Darmi

mbok Darmi

ayolah Johan knp kamu jadi suami ngga peka bgt bagaimanapun naura istrimu saat ini sementara jgn ketemu sama jesika dulu hargai permintaan naura 3 bln jadikan istri satu2 nya

2025-01-20

0

Afni Pratiwi

Afni Pratiwi

Rasa penyesalan itu lebih sakit dari apapun dan semoga dirimu kuat nantinya Johan menjalaninya...

2025-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!