Tidur Satu Kamar

Aruna terbangun saat kepala dan perutnya terasa sakit. Berlari ke kamar mandi saat di rasa perutnya begitu mual. Aruna berpegangan pada sisi wastafel, kepalanya begitu pusing dan hampir saja dia terjatuh.

"Minum obat juga percuma, kenapa malah terasa semakin parah ya. Ah, sudahlah aku memang ditakdirkan untuk menderita selama di dunia ini"

Aruna tersenyum menatap bayangan dirinya di cermin. Senyuman yang begitu pahit, bahkan menyimpan banyak luka yang tersirat dari senyuman dan tatapan matanya.

"Sesuai perjanjian, waktu 3 bulan adalah hal yang harus kamu perjuangkan Aruna. Jangan sampai menyia-nyiakan waktu yang begitu singkat ini. Ayo semangat"

Aruna keluar dari kamar, dia tidak akan bisa kembali tidur setelah terbangun. Apalagi perutnya yang masih terasa tidak nyaman. Aruna mengambil air minum dari dapur, lalu duduk diam di kursi meja makan. Menghela nafas beberapa kali, ini sudah pukul 2 malam, dan dia pasti tidak akan bisa tidur lagi sampai pagi.

"Ah, kepalaku sakit sekali" Aruna menjatuhkan kepalanya di antara lipatan tangannya di atas meja. Memejamkan mata untuk merasakan sakit di kepalanya. "Seperti mau mati saja jika sudah seperti ini"

"Kau sedang apa?"

Aruna mengangkat kepalanya saat mendengar suara bariton itu. Dia mendongak dan terkejut melihat Johan yang berdiri disampingnya. "Kak Jo baru pulang? Habis darimana?"

Sejak pergi setelah pulang dari rumah orang tuanya, ternyata Johan baru pulang sekarang. Dan memang Aruna tidak keluar kamar lagi, dia memilih untuk istirahat dan tidak tahu Johan sudah kembali atau belum. Tapi ternyata Johan baru kembali sekarang, di hari yang sudah sangat larut.

"Em, aku ada urusan sebentar" Johan menarik kursi meja makan disamping Aruna, dan duduk disana. "Kau kenapa belum tidur? Apa ada masalah?"

Aruna menggeleng pelan sambil tersenyum dengan wajah pucatnya. "Hanya tidak sengaja kebangun, dan sulit untuk tidur lagi"

Johan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tidurlah di kamarku"

"Hah?" Aruna sampai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya sekarang. Tiba-tiba sekali Johan mengatakan itu. "Ma-maksudnya Kak?"

"Hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan sekarang, dan aku mengizinkan kau tidur di kamarku. Hanya dalam waktu itu saja, anggap saja ini sebagai bentuk kau yang ingin menjadi istri yang sebenarnya selama 3 bulan ini"

Aruna langsung tersenyum, sungguh da bahagia dengan ini. Ada secercah harapan untuknya, meski dia tidak yakin jika Johan memang sudah mulai membuka hatinya atau tidak.

"Terima kasih Kak"

"Em, cepatlah. Aku akan mengunci pintu jika kau tidak bergerak cepat"

Aruna segera berdiri dan sedikit berlari kecil untuk mengejar Johan yang lebih dulu berjalan. Menaiki anak tangga dengan perasaan tak karuan, jantungnya berdegup kencang. Aruna tidak menyangka jika akhirnya dia bisa tidur satu kamar dengan Johan. Karena semalam dia anggap itu hanya sebuah keterpaksaan karena Johan yang mabuk.

Tapi sekarang, itu semua nyata.

Ketika Aruna melangkah masuk ke dalam kamar luas ini, Aruna menatap ke sekelilingnya, menatap tempat tidur king dengan ragu-ragu. Apa dia akan benar tidur satu ranjang dengan Johan, atau mungkin hanya tidur satu kamar saja, tapi Aruna akan tidur di sofa. Tapi begitu pun tidak papa, yang penting Aruna tidur satu ruangan dengan Johan.

"Kenapa kau diam disana?! Naiklah ke tempat tidur, aku mau mandi dulu"

Aruna mengerjap pelan, dia tersenyum penuh kebahagiaan saat mendengar ucapan Johan barusan. Itu artinya, dia akan tidur satu ranjang dengan Johan. Ah, dia senang sekali. Akhirnya bisa benar-benar merasakan sebagai istri yang sebenarnya, meski ini hanya 3 bulan saja.

"Iya Kak, terima kasih"

"Em"

Aruna naik ke atas tempat tidur, memposisikan dirinya dengan nyaman. Lalu, menarik selimut sampai ke dadanya. Mencium aroma dari selimut itu, yang jelas itu adalah aroma tubuh Johan yang membuatnya candu.

Aruna merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar dengan senyuman yang tidak pernah lepas di bibirnya. "Akhirnya aku bisa merasakan tidur bersamanya dengan dia dalam keadaan sadar. Bukan seperti kemarin malam"

Aruna mulai memejamkan matanya, tiba-tiba saja kantuk menyerang ketika dia sudah tiduran di atas tempat tidur milik Johan. Seolah kenyamanan yang langsung dia rasakan saat berada di tempat pria ini.

*

Suara rintik hujan terdengar, hawa di sekitarnya juga berubah menjadi dingin. Aruna membuka matanya, keningnya mengernyit saat matanya belum menyesuaikan dengan cahaya. Tunggu! Apa semalam dia bermimpi? Johan mengajaknya tidur bersama? Di kamar dan tempat tidur yang sama? Apa itu hanya mimpi? Aruna mulai menyadarkan dirinya, semalam jelas dia merasakan hal itu nyata. Tapi, dia tidak ingin terlalu berharap, takutnya semua itu hanya sebuah mimpi.

"Masih pagi, kau mau kemana?"

Sebuah tangan yang menariknya ke dalam pelukan, hembusan nafas yang terasa hangat begitu nyata di pundaknya. Aruna sedikit menoleh, dan benar, itu suaminya. Memeluknya dengan begitu erat. Aruna tidak bermimpi soal tidur bersama, itu adalah kenyataan. Hal itu membuatnya tersenyum.

Jadi aku tidak bermimpi semalam, ini nyata. Dan sekarang dia sedang memelukku.

Jantung Aruna yang tiba-tiba berdegup kencang, apa yang sebenarnya terjadi pada Johan. Hingga dia bisa berubah begitu drastis saat ini. Aruna jadi penasaran dengan apa yang membuatnya berubah seperti ini.

"Kak, bukannya akan bekerja pagi ini?" ucap Aruna dengan takut-takut.

"Em, tapi ini masih terlalu pagi. Diluar juga hujan, sebaiknya kita diam saja dulu. Aku masih mengantuk"

Aruna hanya diam saja saat Johan kembali mengeratkan pelukannya. Ini aneh, Aruna tidak biasa dengan hal ini. Hembusan hangat nafas Johan yang terasa nyata di kulitanya, membuat Aruna sedikit merinding.

Selama hampir setengah jam, Aruna hanya diam saja dalam posisi ini. Tidak berani banyak bergerak karena takut mengganggu tidurnya Johan. Hingga suaminya mulai menggeliat dan melepaskan pelukannya, barulah Aruna bisa terbebas dan dia segera bangun terduduk di atas tempat tidur.

"Kak mau mandi dulu? Biar aku siapkan airnya"

Johan melirik ke arah Aruna, lalu dia bangun. "Biarkan aku siapkan sendiri. Kau juga mandi, dan kita sarapan bersama pagi ini. Itu 'kan yang kau inginkan selama 3 bulan ini?"

Aruna mengangguk pelan, dia tersenyum meski sebenarnya dia kembali harus tersadar jika yang Johan lakukan saat ini hanya karena waktu 3 bulan yang Aruna minta. Semua itu sudah jelas menjawab smuanya, jika Johan memang tidak tulus dari hatinya untuk memperlakukan Aruna dengan baik seperti saat ini.

"Kalau begitu aku turun dulu ya, Kak. Mau mandi dan berganti pakaian"

"Em"

Aruna segera keluar dari kamar, menuruni anak tangga untuk segera menuju kamarnya. Johan hanya mengizinkan mereka tidur bersama, bukan berarti Aruna bisa memindahkan semua barang ke kamarnya. Itu terlalu berlebihan.

"Aruna"

Panggilan itu membuat Aruna tersadar dari lamunannya, dia menatap terkejut pada Jesika yang berada disana. "Kak Jesi, ada apa pagi-pagi disini?"

Jesika menatapnya dengan tatapan tidak suka. "Kau tidur bersama Johan?"

"Em, i-iya"

"Berani sekali kau!" teriak Jesika terlihat marah.

Aruna menunduk dengan takut, suara teriakan seperti ini selalu membuatnya takut. Karena dia terlalu sering mengalaminya.

"Aku pergi ke kamarku dulu, Kak. Permisi"

Aruna segera pergi dari hadapan Kakaknya yang jelas dia selalu takut melihat orang yang marah. Seolah ada sesuatu dalam dirinya yang menolak itu.

Bersambung

Yang mau lihat sedikit cuplikan atau sedikit gambaran yang dilakukan Johan pada Aruna. Ayo follow IG author di @ nita.p_puspita

Terpopuler

Comments

ken darsihk

ken darsihk

Waktu 3 bln itu apa bisa merubah segala nya

2025-01-28

0

Yulianti Arif

Yulianti Arif

dobel up dong Thor

2025-01-18

0

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

lagi dong thor,,,,

2025-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2 Bawa Jesika Pulang
3 Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4 Kenapa Marah?
5 Mencintaimu Adalah Luka
6 Jangan Menikahinya, Kak!
7 Beri Waktu 3 Bulan
8 Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9 Mencintai Tanpa Dicintai
10 Hanya Ingin Dicintai
11 Layani Aku?!
12 Tidak Benar-benar Menjebaknya
13 Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14 Tidur Satu Kamar
15 Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16 Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17 Hanya Rasa Bersalah
18 Memakai Hadiah Dari Aruna
19 Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20 Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21 Sudah Terbiasa Terluka
22 Aku Pergi!
23 Pergi Dan Tak Kembali
24 Surat Terkahir
25 Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26 Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27 Sudah Mencintai Sejak Lama
28 Terasa Berharga Setelah Tiada
29 Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30 Janji Yang Terucap Dalam Hati
31 Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32 Cukur Saja Rambutku
33 Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34 Hati Terlalu Besar Mencintainya
35 Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36 Jangan Mengorbankan Bayiku!
37 Rumah Tempat Kamu Pulang
38 Kau Milikku Selamanya!
39 Foto Yang Terpajang
40 Sebuah Rekaman
41 Kehangatan Keluarga
42 Cahaya Hidupku
43 Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44 Apa Aku Bisa Bertahan
45 Surat Terakhir Dari Gladys
46 Mengambil Keputusan
47 Dimana Bayiku?
48 Keinginan Ayah?
49 Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50 Takut Kehilangan
51 Buah Dari Keikhlasan
52 Memberikan Hak?
53 Bekas Luka
54 Trauma Yang Nyata
55 Pernikahan Tersembunyi
56 Membawa Yulita Pulang
57 Hanya Teman
58 Menjadi Teman
59 Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60 Mencintai Dan Dicintai
61 Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62 Mencarikan Istri Lain
63 Mempublikasikan Pernikahan
64 Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65 Bayi Siapa?
66 Ingin Merawatnya
67 Hanya Kecurigaan?
68 Bukan Hanya Bekas Luka
69 Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70 Apartemen Faas?
71 Anak Jesika?
72 Anaknya Johan
73 Yakin Bukan Anaknya
74 Tidak Punya Ikatan Batin
75 Bisakah Menerima Kembali?
76 Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77 Ikuti Kata Hatimu
78 Apa Dia Juga Lelah?
79 Jangan Berpisah Denganku
80 Memang Bukan Anaknya
81 Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82 Kesempatan Terakhir
83 Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84 Terima Kasih Sudah Bertahan
85 Lima Keinginan Sederhana
86 Jangan Terbebani
87 Jam Tangan Pasangan
88 Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89 Resepsi Pernikahan
90 Final Episode
91 Hanya Wanita Kedua
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Pernikahan Yang Kau Inginkan!
2
Bawa Jesika Pulang
3
Aku Yang Harusnya Dipedulikan
4
Kenapa Marah?
5
Mencintaimu Adalah Luka
6
Jangan Menikahinya, Kak!
7
Beri Waktu 3 Bulan
8
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
9
Mencintai Tanpa Dicintai
10
Hanya Ingin Dicintai
11
Layani Aku?!
12
Tidak Benar-benar Menjebaknya
13
Apa Waktu 3 Bulan Akan Cukup?
14
Tidur Satu Kamar
15
Hanya Menatapnya Dengan Kebencian
16
Malam Ulang Tahun Yang Gagal
17
Hanya Rasa Bersalah
18
Memakai Hadiah Dari Aruna
19
Mencintaimu, Aku Rela Terluka
20
Apa Hatinya Sudah Berpaling?
21
Sudah Terbiasa Terluka
22
Aku Pergi!
23
Pergi Dan Tak Kembali
24
Surat Terkahir
25
Tidak Punya Rumah Untuk Kembali
26
Biarkan Aku Sakit Karena Kehilangannya
27
Sudah Mencintai Sejak Lama
28
Terasa Berharga Setelah Tiada
29
Izinkan Aku Memperbaiki Semuanya
30
Janji Yang Terucap Dalam Hati
31
Harus Memilih Diantara Dua Nyawa
32
Cukur Saja Rambutku
33
Bertahan Untuk Bahagia Bersamaku
34
Hati Terlalu Besar Mencintainya
35
Aku Ingin Jadi Anak Ayah Juga
36
Jangan Mengorbankan Bayiku!
37
Rumah Tempat Kamu Pulang
38
Kau Milikku Selamanya!
39
Foto Yang Terpajang
40
Sebuah Rekaman
41
Kehangatan Keluarga
42
Cahaya Hidupku
43
Biarkan Dia Kuat Untuk Bersamaku
44
Apa Aku Bisa Bertahan
45
Surat Terakhir Dari Gladys
46
Mengambil Keputusan
47
Dimana Bayiku?
48
Keinginan Ayah?
49
Bukan Tatapan Kebencian Lagi
50
Takut Kehilangan
51
Buah Dari Keikhlasan
52
Memberikan Hak?
53
Bekas Luka
54
Trauma Yang Nyata
55
Pernikahan Tersembunyi
56
Membawa Yulita Pulang
57
Hanya Teman
58
Menjadi Teman
59
Mencintai, Tidak Selalu Dicintai
60
Mencintai Dan Dicintai
61
Jika Itu Aruna, Aku Terima!
62
Mencarikan Istri Lain
63
Mempublikasikan Pernikahan
64
Menunjukan Seberapa Besar Cintanya
65
Bayi Siapa?
66
Ingin Merawatnya
67
Hanya Kecurigaan?
68
Bukan Hanya Bekas Luka
69
Luka Masa Lalu, Biarkan Berlalu
70
Apartemen Faas?
71
Anak Jesika?
72
Anaknya Johan
73
Yakin Bukan Anaknya
74
Tidak Punya Ikatan Batin
75
Bisakah Menerima Kembali?
76
Yang Terakhir Membuatnya Terluka
77
Ikuti Kata Hatimu
78
Apa Dia Juga Lelah?
79
Jangan Berpisah Denganku
80
Memang Bukan Anaknya
81
Haruskah Memberi Kesempatan Lagi?
82
Kesempatan Terakhir
83
Ternyata Di Malam Ulang Tahun Itu
84
Terima Kasih Sudah Bertahan
85
Lima Keinginan Sederhana
86
Jangan Terbebani
87
Jam Tangan Pasangan
88
Cinta Mengalahkan Ego Dan Kebencian
89
Resepsi Pernikahan
90
Final Episode
91
Hanya Wanita Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!