Kecurigaan dan Bujukan
Ethan segera meraih ponselnya dan menelepon Kael.
“Tuan, aku menemukan sesuatu,” katanya begitu panggilan tersambung.
“Bicara,” jawab Kael dengan nada dingin.
“Sopir truk yang menabrak Nyona menerima uang dari westwood Holdings. Perusahaan ini cuma kedok. Seseorang berusaha menyembunyikan jejaknya dengan baik.”
Hening. Hanya terdengar suara napas Kael di ujung telepon.
“Lanjutkan penyelidikan. Aku ingin tahu siapa dalang di balik ini,” perintah Kael akhirnya, suaranya terdengar lebih rendah dari biasanya tanda bahwa amarah mulai naik.
“Mengerti.”
Sebelum menutup telepon, Ethan menambahkan. “Tuan…aku punya firasat buruk tentang ini. Mereka bukan orang sembarangan.”
Kael tidak menjawab tapi Ethan tahu bahwa pria itu juga berpikiran sama.
Malam itu, Ethan bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia tahu semakin dalam ia menggali, semakin berbahaya permainan ini.
...…...
Di dalam kantornya yang luas dan mewah, Kael duduk di balik meja kayu yang penuh dengan dokumen militer dan laporan bisnis. Namun pikirannya terus berputar pada satu hal, siapa yang mengincar Aeliana?
Ethan sudah memberikan laporan tentang Westwood Holdings, perusahaan kedok yang mentransfer uang pada sopir truk yang menabrak Aeliana. Tapi siapa dalangnya di balik itu, KAel menggertakkan giginya. Ada beberapa kemungkinan dalam pikirannya.
Seseorang dari masa lalu? Saingan bisnis? Atau seseorang yang memiliki dendam pribadi padanya?
Kael menyandarkan tubuhnya di kursi dan menghela napas berat. Ia tidak bisa mengabaian kemungkinan bahwa seseorang sedang mengincar keluarganya. Pikirannya semakin kusut. Ia harus segera menemukan pelakunya sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.
Tiba-tiba, suara dering ponselnya membuyarkan lamunannya. Melihat nama di layar, wajahnya sedikit melunak. Aeliana.
Kael segera mengangkatnya. “Ada apa?”
“Kael, hari ini cuacanya bagus. Kebetulan juga ada Irina jadi aku dan anak-anak akan pergi keluar,” suara Aeliana terdengar ceria.
Wajah Kael langsung mengeras. “Tidak.”
“Kael.”
“Aku bilang tidak, Aeliana. Aku tidak bisa membiarkan kalian keluar tanpa pengawasanku.”
Di ujung telepon, Aeliana terdiam sejenak sebelum berkata dengan suara lembut, “Tapi aku ingin keluar, Kael. Anak-anak juga pasti butuh bermain di luar.”
Kael mengusap wajahnya. Ia tahu betapa keras kepalanya istrinya ini. “Tetap tidak bisa, Aeliana.”
“Kael. Kami tidak akan pergi jauh, hanya taman di dekat rumah. Aku dengar di sana diadakan festival. Julian dan Juvel sangat menantikannya. Kau tak tega melihat mereka kecewa kan?”
Kael memejamkan matanya. Wanita ini tahu betul bagaimana cara membuatnya luluh. Setelah beberapa detik berpikir, ia akhirnya menghela napas dan menyerah.
“Baiklah tapi dengan satu syarat.”
“Apa” suara Aeliana terdengar penuh semangat.
“Ethan dan timnya akan mengawasi dari jauh. Kau tidak boleh membantah soal ini.”
“Baik, Tuan posesif. Aku akan mengikuti aturanmu.”
“Hanya satu jam dan kau harus kembali.”
“Dua jam.”
“Satu setengah jam.” Kael memperjelas lagi, ingin memastikan bahwa Aeliana tidak akan keluar lebih lama dari itu.
“Tiga jam.”
Kael semakin kesal saat Aeliana menawarkan waktu yang lebih lama lagi. Dia jelas tidak ingin Aeliana dan anak-anak keluar selama itu.
“Dua jam tidak boleh lebih.”
“Ya, dua ajam nanti kami akan segera pulang.”
“Jaga dirimu baik-baik.”
“Iya.”
Setelah menutup telepon, Kael menatap layar ponselnya sejenak. Meskipun ia telah mengizinkan Aeliana pergi, hatinya tetap merasa tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganjal tapi ia tidak bisa menahannya terlalu ketat.
Untuk saat ini, ia hanya memercayai Ethan dan anak buahnya untuk menjaga keluarganya tetap aman.
...…...
Hari sudah gelap ketika Kael akhirnya tiba di rumah. Mobilnya melaju pelan melewati gerbang Mansion dan saat ia keluar dari mobil hawa dingin malam menyambutnya. Langkahnya cepat saat ia masuk ke dalam rumah. Namun alih-alih disambut oleh suara riang Juvel dan Julian atau tatapan lembut Aeliana, yang menyambutnya adalah Lista.
Wanita itu duduk di sofa ruang tamu dengan kaki masih diperban. Begitu melihat Kael senyumnya melebar.
“Kau sudah pulang, akhirnya.”
Kael mengabaikannya dan berjalan, mencari keberadaan istrinya namun yang ia temukan hanyalah keheningan.
“Dimana Aeliana?”
“Belum pulang. Aku juga menunggu cukup lama.”
Kael melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah jauh melewati waktu yang dijanjikan. Dahinya berkerut, rasa cemas mulai merayap ke dalam pikirannya.
“Kau sudah makan malam? Aku akan menghangatkan kembali makanannya.”
“Tidak usah.”
“Atau kau mau mandi, aku akan menyiapkan baju ganti untukmu.”
“Lista, aku sedang tidak ingin makan malam atau apa pun itu. Pergilah istirahat, aku sedang tidak ingin bicara.”
“Kenapa kau terus menghindariku?”
“Itulah yang seharusnya kulakukan. Kita hanya sebatas teman biasa.”” Kael menjawab dengan tegas.
“Apa? Tidak, bagaimana kau bisa mengatakan hubungan kita hanya sebatas teman biasa.”
Lista membantah dengan bingung. Kemudian dia sampai pada suatu kesimpulan. “Apakah Aeliana yang menyuruhmu seperti itu?”
Kael menatap tajam. “Itu keinginanku.”
“Lalu mengapa kau tiba-tiba melakukan ini? Kau membiarkan aku tinggal di sini jadi aku tahu kau masih peduli denganku.”
Kael kelelahan karena bekerja lembur, tapi denyutan di kepalanya bertambah parah saat Lista berbicara. Dia mendengus. “Aku membiarkan kamu tinggal di sini karena kasihan bukan karena ada rasa.”
Lista terdiam, untuk pertama kalinya sejak ia datang ia kehilangan kata-kata. Kael melihat air mata mengalir di mata Lista. Sayangnya air mata itu tidak membangkitkan banyak emosi darinya.
“Istirahatlah.”
Kael berpaling meninggalkan Lista namun baru saja beberapa langkah, ia menambahkan.
“Jangan membuat keributan yang lebih besar dan kembalilah pada suamimu.”
“Tunggu, Kael.”
Lista berhenti di tengah kalimat ketika ia mencoba memanggil Kael yang sedang berjalan pergi. Ia sedih. Air mata kembali mengenang di pelupuk mata Lista.
........
Kael segera menutup pintu kamarnya, dan mengeluarkan ponselnya dan menelepon istrinya.
Nada sambung terdengar lama sebelum akhirnya suara lembut Aeliana terdengar di ujung telepon.
“Kael?”
“Kau dimana?”
“Aku sedang dalam perjalanan pulang. Maaf aku tidak menyadari waktu.”
Kael menghela napas lega, tapi tetap saja hatinya merasa tidak tenang. “Cepat pulang, aku menunggumu.”
Kael berdiri di dekat jendela, matanya tak lepas dari jalanan luar. Hanya ada gelap dan lampu-lampu redup yang menerangi pekarangan rumah. Sesekali, ia melirik ponselnya berharap ada pesan dari Aeliana yang memberitahu kalau dia sudah dekat.
Beberapa menit kemudian, suara mesin mobil terdengar dari luar. Kael segera keluar kamar dan melangkah cepat ke pintu depan. Begitu pintu terbuka, ia melihat Aeliana dan anak-anak yang terlihat mengantuk.
Kael langsung memeluk Aeliana erat seolah memastikan bahwa istrinya benar-benar ada di hadapannya, hidup, utuh tanpa luka. Ia bisa merasakan kehangatan tubuhnya dan detak jantungnya yang stabil. Barulah ia bisa bernapas lega.
“Kau membuatku khawatir,” gumam Kael pelan, suaranya terdengar berat.
“Aku baik-baik saja.”
Sementara itu Julian dan Juvel yang melihat adegan itu langsung tertawa kecil.
Lista yang berdiri di tengah anak tangga, memperhatikan mereka sambil menggigit bibirnya. Lista seakan kecewa, iri, atau mungkin benci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir di karya keren ini. kena flu. pengennya merem terus 😄
2025-03-15
0
Han Sung hwa
kok gue seneng ya lihat lista terluka wkekwkwk ketawa jahat...
2025-03-15
0
Quenby Unna
semangat kak.... 4 iklan untukmu
2025-03-27
0