8. Cinta diambang Kehilangan

Cinta diambang Kehilangan

Kael duduk di kursi di sebelah tempat tidur, menatap wajah istrinya yang tampak begitu rapuh. Ia meraih tangan Aeliana dan menggenggamnya seakan takut jika ia melepaskannya, Aeliana akan hilang.

Dia menggertakan giginya karena rasa panas di dalam. Dia seharusnya melindunginya.

“Aku harusnya ada di sana. Aku harusnya ada di sisimu. Aku harusnya melindungimu. Maafkan aku,” bisiknya, suaranya penuh dengan rasa bersalah.

Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya jatuh, mengalir di pipinya. Untuk pertama kalinya, Kael membiarkan dirinya terlihat lemah.

“Bangunlah Aeliana. Aku hanya ingin kau kembali. Untukku, untuk Juvel dan Julian.” Bisiknya pelan.

Saat matahari pagi terbit dan menyinari seluruh dunia. Aeliana perlahan membuka matanya. Pandangannya masih buran dan rasa nyeri menusuk seluruh tubuhnya. Namun hal pertama yang ia lihat adalah wajah Kael yang menunduk, tertidur di tepi tempat tidurnya dengan tangan yang masih menggenggam miliknya.

“Kael..” suara Aeliana terdengar lemah hampir seperti bisikan.

Kael langsung terbangun, matanya terbuka lebar saat mendengar suara itu. Ketika ia melihat Aeliana menatapnya, perasaan lega meluap di dalam dadanya.

“Aeliana.. bagaimana perasaanmu?”

Aeliana mulai menitikkan air mata. Aeliana menatap suaminya dan menangis karena merindukkannya. Pemandangan itu begitu menghancurkan bagi Kael sehingga ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Hati Kael sakit melihat ujung jarinya yang gemetar dan langsung memeluknya tanpa membuang waktu. Ia memeluk istrinya untuk menenangkannya tapi entah mengapa ia merasa lebih tenang.

“Kau aman sekarang. Aku di sini, tidak ada yang perlu kau takutkan sekarang.”

Kael menyentuh pucuk kepala Aeliana mengelus sayang di sana.

“Tidak apa-apa.”

Setelah menangkan Aeliana dan ia mulai tertidur kembali. Kael keluar dari ruangan, di luar sudah ada Ethan yang berdiri beberapa langah menunduk dengan penuh penyelsana. Ia tahu betapa berharganya Aeliana bagi Kael dan kegagalannya melindungi wanita tu adalah beban yang tidak akan mudah ia lupakan.

“Tuan…”

Ethan mencoba berbicara tetapi suaranya hilang ketika Kael menoleh dengan tatapan tjam

“Ceritakan semuanya. Apa yang terjadi?” Kael bertanya, suara rendah namun penuh tekanan.

Ethan menarik napas dalam-dalam.

“Saya mengikutinya dari hotel, seperti perintah anda. Nyonya Aeliana tampan ingin segera kembali ke rumah. Tapi di perjalanan sebuah truk melaju di jalur yang salah. Semuanya terjadi begitu cepat. Saya tidak sempat mencegahnya.”

Kael memejamkan mata, menahan emosi yang bergolak di dadanya.

“Bagaimana dengan truk itu? Apa yang terjadi pada pengemudinya?”

“Sopir truk melarikan diri. Polisi sedang menyelidiki tapi saya curiga ini bukan kecelakaan biasa.”

Mata Kael terbelalak. “Maksudmu?”

“Saya merasa ada yang aneh, Tuan. Truk itu seperti sengaja diarahkan ke jalur mobil Nyonya Aeliana.”

“Cari tahu siapa yang bertanggung jawab. Jika ini memang bukan kecelakaan biasa, aku tidak akan tinggal diam.”

...…...

Keesokan harinya, suasana rumah sakit terasa lebih hangat dengan sinar matahari terik yang kian naik menembus kamar perawatan Aeliana. Di sisi tempat tidur, Kael tetap setia menemani Aeliana. Sesekali memeriksa kondisinya yang perlahan membaik.

“Heungh.”

Bulu lentik kelopak mulai berkibar perlahan dan matanya mulai membuka dengan perlahan. Ia menoleh dan menadapi Kael di sana. Mata mereka saling bertemu.

“Apa ada yang membuatmu tidak nyaman? Dimana?” Kael bertanya sambil menatap Aeliana.

Aeliana mengamati wajah suamianya saat dia mendekat. Ia melihat Kael yang lembut dan penuh kasih sayang.

“Aku baik-baik saja.”

“Serin sudah membawakan bubur buatmu. Kau harus makan.”

Kael menyiapkan makan untuk Aeliana.

“Bagaimana kabar anak-anak?” Aeliana bertanya setelah Kael kembali ke sisinya.

“Anak-anak menangis melihatmu sakit. Mereka terus menempel padamu sepanjang pagi tapi sekarang mereka di luar bersama Serin.”

Aeliana mengangguk.

“Kamu sudah makan?”

“Aku menunggumu bangun agar kita bisa makan bersama.”

“Kalau aku tak bangun-bangun bagaimana?”

Kael menggeleng. “Jangan berkata seperti itu.

Kael langsung menyuapi Aeliana dengan telaten. Pada saat itu, sesuatu terlintas dalam pikiran Aeliana.

“Dimana tasku? Dan barang-barangku?”

Aeliana bertanya sambil mengamati ekspresi Kael. Dia ingin tahu apakah Kael menemukan suratnya.

“Ada padaku. Tenang saja, apa kau ingin melihatnya?”

“Ya.”

“Habiskan dulu makanannya.”

Aeliana langsung makan makannaya meskipun pelan namun Aeliana berhasil menghabiskannya.

Kael menegangkan wajahnya karena suasana yang agak mencurigakan itu. Ia merasa seolah-olah istrinya menyembunyikan sesuatu darinya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki kecil terdengar di lorong rumah sakit. Julian dan Juvel, kedua anak mereka, berlari kecil menuju kamar perawatan dengan ditemani Serin.

“Ayah!” Panggil Juvel dengan nada ceria tetapi langkahnay terhenti begitu melihat ibunya sudah bangun.

Mata Juvel langsung dipenuhi air mata ketika melihat Aeliana yang pucat dan beberapa tubuhnya diperban.

“Mama…. Bangun…”

“Mama….sudah kubilang kan Juvel, mama pasti bangun.”

Aeliana tersenyum tipis saat melihat kedua anaknya.

“Juvel, Julian.” Panggil Aeliana lemah.

“Mama, jangan sakit lagi ya.” Julian langsung mengenggam tangan Aeliana.

Air mata menetes di pipi Juvel saat ia duduk di sisi lain. “Kami rindu mama di rumah.”

“Mama janji akan pulang secepatnya jadi Juvel berhenti menangis ya.”

Juvel mengangguk cepat dan mengusap air matanya.

“Mama, jangan pergi sendirian lagi. Ajak Julian juga.”

“Juvel juga.”

Aeliana langsung tersenyum. Sementara Kael menyaksikan momen itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia merasa bersalah karena tidak mampu melindungi keluarganya sepenuhnya, tapi ia juga merasa bangga betapa besar cinta anak-anak mereka pada Aeliana.

...…...

Setelah makan malam dan minum obat, Aeliana tidur kembali. Sementara Juvel dan Julian sudah kembali ke rumah. Kael sudah memberikan tas Aeliana. Aeliana tentunya langsung memberi pesan pada Lista, jika bertemu dengan Kael untuk tidak membahas apa-pun tentang surat-surat pada Kael. Karena besar kemungkinan mereka akan bertemu.

Di tengah malam, Aeliana terbangun perlahan. Membuka matanya yang masih lelah. Pandangannya pertama kali jatuh pada Kael yang wajahnya tampak tenang dengan sedikit kelelahan.

Kemudian, tatapannya beralih ke Jubel dan Julian. Melihat anak itu terlelap dengan wajah damai, hati Aeliana terasa hangat. Ia bisa merasakan cinta dan kepolosan mereka, seolah-olah mereka menajdi jangkar yang menahan dirinya agar tidak tenggelam dalam badai keraguan.

Mata Aeliana mulai berkaca-kaca. Ia teringat pada pemikirannya sebelumnya, keinginannya untuk menyerah, meninggalkan semua ini. Jika mereka bercerai, ia mungkin harus berpisah dengan kedua anaknya.

Aeliana kembali menatap wajah Kael, pria yang dicintainya. Mereka sudah hidup beberapa tahun dan hatinya masih berdebar namun hanya dengan memikirkan bahwa dia telah menipunya dengan wajah seperti itu, ia membencinya.

Otaknya menyuruhnya untuk menyerah tapi hatinya terus bersikeras untuk mempertahankannya.

“Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku bertanya kepadanya tentang segalanya?”

Imajinasinya meningkat menjadi lebih menakutkan dan kejam. Hati Aeliana sakit mendengar nada kasar yang terngiang di telinganya.

Terpopuler

Comments

Han Sung hwa

Han Sung hwa

kak meskipun banyak typonya aku suka bacanya

2025-01-30

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

ahhhh aku meleleh terharu

2025-02-07

0

Quenby Unna

Quenby Unna

2 bunga untukmu

2025-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!