Kael yang posesif dan Kael yang Kewalahan
Sinar matahari menyelinap masuk melalu celah tirai, menyinari ruangan dengan lembut. Aeliana menggeliat pelan, matanya mengerjap saat ia mulai sadar. Namun yang pertama kali ia sadari bukanlah cahaya pagi yang menyilaukan, melainkan sesuatu yang hangat dan berat melingkari tubuhnya.
Ia menundukkan kepala dan manyadari bahwa Kael tengah memeluknya erat bahkan wajahnya terkubur di lehernya. Aeliana mengerjapkan mata, merasa kaget sekaligus bingung.
“Kael?” Panggilnya pelan.
Kael merasakan gerakan Aeliana saat ia mulai terbangun. Kael tidak langsung melepaskan pelukannya, tapi ia hanya menariknya lebih dekat dan lebih erat seakan ia tidak ingin membiarkannya pergi.
“Kael bangun…ugh Kael!”
Aeliana terkejut, tubuhnya tiba-tiba dibalik dan dalam sekejap ia sudah terjepit di bawah suaminya. Matanya membulat saat ia menatap langsung ke mata Kael yang sekarang sudah terbuka.
“Aku sudah bangun.”
“Jadi sekarang lepaskan aku.”
Kael mengerutkan keningnya saat Aeliana mengatakan itu. “Tidak, aku tidak akan melepaskanmu. Kau tidak bisa pergi.”
“Aku hanya ingin bangun, Kael. Aku harus membangunkan anak-anak.”
“Tidak.”
Aeliana terdiam. “Apa?”
“Kau membuatku khawatir semalam. Sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja.”
Aeliana membuka mulut tapi sebelum ia bisa mengataan apa pun, Kael sudah lebih dulu mengecup keningnya.
“Kau mabuk Aeliana. Aku tidak suka melihatmu dalam keadaan itu.”
Aeliana merasa sedikit bersalah. “Aku tidak sengaja. Lagi pula aku hanya minum sedikit.”
“Seberapa banyak?”
“Sedikit.”
Kael menghela napas jelas tidak percaya dengan jawaban Aeliana.
“Sedikit? Aku yakin kamu bilang begitu hanya untuk membuatku agar tak marah.”
“Aku berkata jujur.”
“Aku selau khawatir padamu, tahu itu? Mulai sekarang jangan pernah minum alkohol lagi.”
“Walau sedikit?”
“Ya, meskipun itu sedikit atau bahkan hanya setetes.”
“Kau terlalu posesif.”
Kael hanya tersenyum tipis. “Aku memang posesif.”
Aeliana langsung terdiam.
“Kau adalah milikku. Aku tidakk suka jika sesuatu membuatmu tidak bisa mengendalikan diri. Jangan pernah membuatku khawatir lagi, Aeliana.”
Kael menundukkan kepalanya dan menempelkan bibirnya ke pipi Aeliana lalu hampir merambat ke leher Aeiana. Namun sebelum ia bisa merasakan kulit leher Aeliana, suara ketukan di pintu membuat mereka tersentak.
“Ayah! Ibu! Kalian belum bangun?” Suara Julian terdengar dari balik pintu.
Kael menghela napas pelan. “Sial…”
Aeliana terkikik pelan sebelum mendorong dada suaminya.
“Kita harus bangun sekarang, Komandan.”
Kael menatapnya malas sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya. Namun sebelum benar-benar melepaskan Aeliana, ia menariknya lebih dekat dan memberikan kecupan singkat di bibirnya.
Aeliana membeku.
Kael tersenyum puas melihat wajah merah istrinya sebelu akhirnya bangkit dari tempat tidur.
“Ayo kita turun untuk sarapan.”
Aeliana masih terdiam, jantungnya berdetak tak karuan.
“Masih melamun?”
Aeliana mengerjap cepat. “Tidak! Aku turun duluan.”
Aeliana buru-buru keluar kamar dan Kael hanya tertawa kecil melihat tingkah istrinya. Bagi Kael tidak ada yang lebih menyenangkan selain menggoda istrinya.
...…....
Hari itu, langit cerah dengan sinar matahari yang tidak terlalu menyengat. Angin musim semi berhembus lembut, membawa aroma bunga dari taman di sekitar jalanan kota. Aeliana berjalan dengan langkah ringan menuju sebuah kafe yang sudah ia kenal sejak dulu.
Saat membuka pintu kafe, lonceng kecil berbunyi, menandakan kedatangannya. Suasana di dalamnya terasa hangat dan nyaman dengan aroma kopi yang menyebar keseluruh ruangan.
Di sudut ruangan, seorang wanita dengan rambut panjang bergelombang berwarna cokelat melambaikan tangan dengan semangat.
“Aeliana!”
Aeliana tersenyum dan berjalan menghampiri.
“Irina.”
Begitu ia sampai, Irina langsung memeluknya erat.
“Sangat sulit untuk melihat wajahmu Nyonya Lancaster. Kenapa kau terlihat lebih sibuk dariku?”
Aeliana tertawa pelan, membalas pelukan sahabatnya sebelum mereka berdua duduk di kursi yang nyaman.
“Tidak juga. Aku hanya ada banyak hal yang terjadi belakangan ini,” jawab Aeliana.
irina menatapnya penuh selidik sebelum mengangkat alis. “Oh? Itu terdengar sangat menarik. Apa itu ada hubungannya dengan suamimu?”
Seorang pelayan datang, membawa menu dan mereka berdua memesan kopi serta camilan kecil sebelum kembali berbincang.
“Jadi? Ada apa antara kau dan suamimu? Kalian bertengkar? Aku dengar dari suamiku, kau pergi ke rumah orang tuamu beberapa hari lalu dan aku mendengarmu kecelakaan? Ah saat itu aku ingin sekali menjengukmu tapi aku berada di luar kota.”
“Aku baik-baik saja. Begitu pula dengan hubunganku dengan suamiku.”
Irina menatapnya ragu. “Syukurlah kalau kau baik-baik saja tapi Aeliana aku tidak bodoh. Aku bisa melihat dari wajahmu bahwa ada sesuatu yang terjadi.”
Di permukaan, Aeliana tidak memiliki masalah sebagai pasangan suami istri namun di balik permukaan ada masalah yang belum terselesaikan. Aeliana merasa gelisah dengan masalah yang tidak terungkap. Namun jika dia mengatakan apa pun, dia takut kehidupannya yang damai ini akan hancur.
Ketika Aeliana terdiam beberapa saat, Irina secara kasar menebah situasinya.
“Apa ini ada hubungannya dengan Lista?”
Aeliana mengernyit. “Kenapa kau tiba-tiba membawa Lista?”
“Aku hanya menebak. Kudengar dari beberapa orang kalau dia kembali. Kau tahu, dia dulu adalah wanita yang dicintai suamimu, bukan?”
Aeliana terdiam sejenak tapi kemudian tersenyum tipis.
“Aku tahu itu. Masa lalu bukanlah hal yang penting lagi. Apa yang ada di masa sekarang dan masa depan jauh lebih berarti bagiku.”
Irina tahu masalah ini akan muncul suatu saat nanti.
“Apa yang kukatakan padamu sebelum kau menikah? Aku bilang akan ada masalah, bukan?”
“Masa lalu tidaklah penting. Dia bilang dia mencintaiku sekarang. Aku tida perlu mengkhawatirkan sesuatu yang sudah berlalu.”
“Bukankah masa lalu juga penting? Mengapa kau mengatakan itu tidak penting? Pria itu sangat sulit ditebak. Apakah hatinya lebih tulis dari sebelumnya? Bisakah kamu mengatakannya dengan pasti?”
Perkataan Irina menusuk hati Aeliana. Membuat wanita itu terdiam.
“Itulah sebabnya! Aku menyuruhmu menikah dengan Ryon. Kenapa kau memilih pria yang mengerikan.”
“Irina.”
“Apa?”
“Kita berhenti membicarakan hal ini.”
“Aku begini karena aku peduli.”
“Irina, sekarang aku bahagia dengan Kael. Kami bahkan sudah punya anak kembar, Julian dan Juvel.”
“Baiklah, kalau kau sendiri yang mengatakannya. Aku akan percaya. Tapi kalau dia membuatmu menangis, kau tidak akan tinggal diam!”
Aeliana tertawa. “Aku tahu. Kau sahabatku yang paling protektif.”
Mereka mengobrol tentang banyak hal lainnya, tertawa, berbagai cerita lama dan menikmati waktu mereka bersama. Meskipun kehidupan mereka sudah berubah seiring waktu, persahabatan mereka tetap sama.
Dan bagi Aeliana itu lebih dari cukup.
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan anak-anakmu? Julian dan Juvel pasti sudah semakin besar, bukan?”
“Mereka baik, Julian semakin pintar dan Juvel tetap ceria seperti biasanya.”
“Dari caramu bercerita aku bisa menebak kau sangat bangga dengan mereka.”
“Tentu saja, mereka adalah segalanya bagiku.”
Irina mengangguk setuju. “Kau menjalani hidup sebagai seorang ibu dengan baik. Aku sulit membayangkan Aeliana yang dulu adalah Aeliana yang sekarang. Dulu kau lebih suka membaca novel romantis sambil mengeluh tidak ingin menikah cepat-cepat.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Quenby Unna
mbak aeliana kamu kayak aku. bedanya aku belum menemukan kael
2025-03-08
0
Han Sung hwa
3 iklan untkmu kak....semangat/Casual//Casual//Casual/
2025-03-15
0
Elisabeth Ratna Susanti
cowok posesif itu bikin gemas ya😆
2025-03-01
0