10. Diam dalam Rasa yang Terpendam

Diam dalam Rasa yang Terpendam

Aeliana memandang Lista dengan mata yang penuh pertanyaan. Ia teringat surat yang ditulis Lista untuk Kael, surat menjadi sumber masalah.

Sebelum Lista sempat melanjutkan pintu kamar terbuka perlahan. Kael masuk dengan langkah tenang tetapi penuh kehadiran yang tak bisa diabaikan.

Ruangan itu tiba-tiba terasa dingin meski Kael tidak mengucapkan sepatah katapun. Lista berdiri dengan gugup, memegang tas kecilnya erat-erat. “Kael…” suaranya nyaris seperti bisikan.

Kael mengangguk kecil, matanya tetap memperhatikan gerak-gerak Lista. Namun, ia tidak menyadari Aeliana sedang memperhatikan dari sudut matanya, mencari petunjuk dalam cara Kael berbicara atau menatap Lista.

Apa dia masih memikirkannya? Pikiran Aeliana terus bertanya tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk mengucapkannya.

“Kalian sudah bertemu sebelumnya? Sepertinya Kael tidak terkejut Lista ada di sini?”

“Kami sudah bertemu sebelumnya,” ucap Lista.

“Dan kurasa kalian juga sudah bertemu sebelumnya,” ucap Kael.

Aeliana langsung terdiam, ia melihat Lista di sana. Pikirannya berkelana menarik benang kesimpulan sendiri bahwa Lista sudah memberitahu Kael.

“Ya, kami juga sudah bertemu sebelumnya. Aku sudah tahu tentang Aeliana tapi mungkin Aeliana tidak tahu siapa aku. Tapi sekarang kami berteman.”

Kael mengangguk, sikapnya seperti teman lama yang berbicara santai. “Tentu, itu hal yang baik.”

Namun, Aeliana hanya diam, memperhatikan interaksi mereka dengan hati yang bergejolak. Cara Kael berbicara dengan Lista dengan nada suara yang lebih hangat dibandingkan biasanya, membuat pikirannya penuh dengan bayangan yang tak ingin ia akui.

Apakah dia masih mencintai Lista?

Aeliana menundukkan kepala sedikit, mencoba menyembunyikan perasaan yang bergejolak di dadanya. Ia menganggam selimutnya dengan erat.

Lista duduk di kursi dekat ranjang Aeliana. “Aku minta maaf jika kehadiranku tidak diinginkan. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

Aeliana memaksakan tersenyum.

Lista berdiri mengambil tas kecilnya. “Aku tidak akan menganggu kalian lebih lama lagi. Aeliana semoga kau cepat pulih dan Kael terima kasih sudah menjaga Aeliana.”

Kael mengangguk, menunjukkan senyum kecil. “Itu sudah tanggung jawabku.”

Saat Lista keluar dari ruangan, pikiran Aeliana penuh dengan pertanyaan yang masih belum terjawab. Kael berbalik dan menatap Aeliana, menyadari keheningan yang aneh darinya.

“Kau baik-baik saja?”

Aeliana mengangguk tapi senyumannya terasa dipaksakan.

“Kalau ada sesuatu yang menganggu pikiranmu, kau bisa memberitahuku.”

Aeliana menatap Kael, ingin sekali mengungkapkan semua ketakutakannya. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Kael duduk di kursi samping tempat tidur membaca laporan dari tabletnya sementara Aeliana memandangi cahaya lampu kota yang terlihat dari balik jendelanya.

Pikirannya masih tak bisa tenang. Ada yang terus mengganjal hatinya. Sebuah pertanyaan yang selama ini ia pendam karena takut memicu konflik tapi malam ini, ia merasa harus mengatakannya.

“Kael,” suara Aeliana akhirnya memecah keheningan.

Kael menoleh dengan alis sedikit terangkat. “Ya?”

Aeliana menarik napas panjang, berusaha menguatkan dirinya. “Kenapa…kenapa kau tidak pernah bertanya padaku soal kebohonganku?”

Kael memiringkan kepalanya, jelas bingung dengan arah pembicaraan ini. “Maksudmu?”

Aeliana menatapnya, mencoba mencari keberanian di matanya. “Aku bilang aku pergi menemui ibu tapi kau tahu itu tidak benar.

Kenapa kau tidak pernah bertanya kenapa aku berbohong.”

Kael terdiam sejenak, menatap dalam mata Aeliana. Ia menaruh tabletnya di meja kecil di samping kursi dan menghela napas.

“Kau pasti punya alasan untuk bersikap seperti itu. Aku hanya menunggu kau mengatakannya sendiri.”

Aeliana terkejut mendengar jawaban itu. Aeliana menelan ludah, merasa dadanya semakin sesak. Ia memalingkan wajahnya, mencoba menghindari tatapan Kael. Ia mengusap air matanya yang tak sengaja turun lalu menatap wajah Kael kembali.

“Apa kau mencintaiku?”

Kael tidak mengerti apa yang dikatakan istrinya.

“Kenapa kau mempertanyakan hal yang jelas-jelas kau tahu jawabannya.”

“Aku ingin mendengar langsung darimu.”

Kael menghela napas. “Tentu saja aku peduli padamu. Au adalah ibu dari anak-anakku dan—“

“Kael, aku tidak bertanya apakah kau peduli padaku. Aku bertanya apakah kau mencintaiku,” potong Aeliana, nadanya lebih tegas.

“Aeliana ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Kau masih dalam masa pemulihan. Apalagi besok kau minta untuk kembali. Kau harus istirahat sekarang.”

“Tidak! Aku ingin tahu sekarang. Apakah aku hanya sekedar kewajibanmu untukmu atau kau benar-benar mencintaiku? Sekarang aku memintamu untuk menjawabku.”

“Kenapa kau memaksaku untuk mengatakan sesuatu yang sudah jelas? Kau sudah tahu jawabannya.”

“Aku tahu kau tidak mencintaiku!” Aeliana hampir berteriak, suaranya bergetar oleh emosi.

“Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau berpikir seperti itu?!”

Kael akhirnya kehilangan kendali. Ia menggerakan tangannya dengan kasar, suaranya meninggi. Aeliana terdiam, terkejut mendengar ledakan emosi dari Kael yang biasanya begitu tenang.

Kael merasa bersalah dan semakin bersalah melihat Aeliana menatapnya dengan penuh air mata . Ia ingin mengungkapkan isi hatinya pada Aeliana tapi alih-alih mengungkapnya ia memilih untuk melangkah mundur, menjauh.

“Kau butuh istirahat. Kita akan bicara lagi besok.”

“Kael.”

Aeliana mencoba menahannya dengan suara gemetar. Namun Kael tidak berhenti. Ia mengambil mantelnya yang tergantung di kursi tanpa menoleh.

“Menurutku tidak baik membicarakannya saat emosi kita sedang memuncak.” Katanya sebelum membuka pintu dan keluar meninggalkan Aeliana yang terisak di tempat tidur.

Aeliana merosot di bantalnya, hatinya terasa hancur. Ia merasa sakit. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi pipinya.

“Jangan pergi. Tolong peluk aku. Katakan kau menyesal, katakan kau tidak bermaksud seperti itu. Hibur aku. Katakan aku satu-satunya yang kau inginkan. Jangan pergi.”

Aeliana melafalkan kata-kata yang tak bisa diucapkannya sendiri. Banjir emosi begitu kuat sehinggaia tidak tahan jika tidak melakukannya. Hanya suara isak tangis yang memenuhi ruangan untuk beberapa saat.

Sementara itu, Kael berjalan di lorong rumah sakit dengan langkah cepat. Wajahnya terlihat keras tetapi pikirannya penuh dengan kekacauan. Kael ingin menyelesaikan masalah secara rasional namun ia tidak tahu bahwa keputusannya malah menambah keputusasaan, kekecewaan dan kesedihan dalam diri Aeliana.

Rasionalitas Kael yang sangat dia banggakan terlalu dingin untuk Aeliana.

...…...

Langit yang tadinya gelap kini berubah menjadi cerah, membingkai perjalanan Kael dan Aeliana dengan suasana tenang namun penuh ketegangan. Mobil yang melaju di jalan raya it terasa terlalu sunyi, hanya suara mesin yang memecah keheningan.

Kael duduk di kursi kemudi, matanya fokus pada jalan di depannya. Sementara itu, Aeliana memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong, menyandarkan kepala di kaca. Tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan sejak keluar dari rumah sakit.

Namun dibalik ketenangan itu, pikiran Kael dipenuhi kekhawatiran. Sesekali ia meliirk ke arah Aeliana yang wajahnya terlihat pucat dan lelah.

Dia pasti masih sakit. Harusnya aku tidak membiarkannya pulang secepat ini. Tapi dia yang memaksa.

Kael mengepalkan tangan di setir, mencoba menenangkan pikirannya. Ia ingin bertanya, ingin memastikan bahwa Aeliana benar-benar merasa nyaman tapi mulutnya seperti terkunci.

Sesampainya di depan rumah mereka, Kael segera mematikan mesin mobil. Namun tidak ada yang turun lebih dulu. Aeliana tetap duduk di kursinya, matanya terpaku pada pintu rumah yang terlihat begitu familiar namun terasa asing baginya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Aku tahu perasaanmu Aeliana, wanita itu btuh kpastian, pujian,ungkapan cinta...
dasar Kael gk peka! 😤

2025-03-12

0

Yhunie Arthi

Yhunie Arthi

Oke, kutarik lagi ucapanku yang bilang nggak marah ke dirimu Kael! aghh! greget kali lah kao ini 😠

2025-02-04

0

Quenby Unna

Quenby Unna

apa susahnya bilang cinta bang

2025-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!