pria kulkas

sesampainya dipasar, Elina bi Inah serta tuan mudanya itupun turun dari mobil.

"neng El ayo bibi tunjukkan apa aja makanan kesukaan tuan Arsen!" ujar Bi inah semangat menarik lengan Elina.

"bi hati hati, jangan terlalu bersemangat meskipun ini pasar modern tapi disini juga akan tetap licin!" ucap Arsen cuek namun sedikit mencuri pandang pada Elina.

"oh iya siap tuan, maaf bibi terlalu bersemangat karena biasanya kan bibi sendirian kalau ke pasar sekarang ada teman berbicara jadi bibi semangat hehe maaf ya neng" ujar Bi inah terkekeh.

"iya bi tidak apa apa kok, tidak ada yang perlu dikhawatirkan juga tuan" ujar Elina menundukkan pandangan seraya berjalan melewati Arsen.

"ayo bi, kita cara keperluan bulanan kearah mana nih?" ujar Elina yang kini bersemangat..

Karena biasanya Elina pergi ke pasar pinggir jalan yang masih becek dan kotor, kini dia memasuki pasar modern yang luasnya seperti supermarket hanya saja ini seperti pasar pada umumnya.

"emm ko pasar sebersih ini bau ya, aku jadi ingin muntah begini" gumam Elina disela sela belanjanya.

Elina yang menutup hidung kini wajahnya sedikit pucat pasi dan seperti tak nyaman berada di stand penjual ikan dan daging.

"neng El, neng kenapa ko pucat amat mukanya? Neng udah sarapan belum tadi dirumah?" tanya bi Inah sedikit khawatir.

"oh udah bi, kebetulan tadi aku sarapan disaat selesai sholat subuh dikamar" ujar Elina dengan menutup hidungnya.

"coba bibi mau lihat dulu wajahnya Eneng, takutnya bibi yang salah lihat ini" ujar Bi inah.

Bi Inah pun sedikit memeriksa kening Elina yang nampak sedikit hangat juga wajahnya sedikit pucat, seperti orang yang sedang sakit.

"huekk... Aduh bi disini ko bau sekali ya, mending kita cepat cepat yuk belanjanya!" ujar Elina kini sedikit menjauh dari stand ikan dan daging itu.

Arsen yang hanya melihat dari kejauhan kini heran dan mendekati kedua maidnya itu.

"ada apa bi, kenapa Elina seperti orang yang sakit dan mual begitu?" tanya Arsen sedikit menyelidik.

"aduh neng, daging sama ikan saya ini masih fresh loh gak mungkin kalau bau begitu. neng mah lagi hamil kali makannya begitu" ujar penjual ikan dan daging itu tiba tiba.

"husss, kamu ini ngawur toh bang. Mana mungkin neng El ini hamil, mungkin hanya masuk angin aja. Udah ini aku bayar aja sekarang" ujar Bi inah membayar dan mereka menepi ke arah stand lain.

"Elina, kamu tidak apa. Wajahmu pucat sekali, kau sedang sakit?" tanya Arsen yang sedikit panik itu.

Pasalnya wajah Elina yang putih bersih itu sangat terlihat sekali perubahan nya, wajahnya seperti mayat hidup yang sangat pucat nampak tidak ada darah yang mengalir.

"ah, iya tuan saya baik baik saja kok" kilah Elina yang kini menutup hidung lagi dengan tangnnya.

"huekkkk... Emm bau sekali" gumam Elina yang kini tidak tahan dengan baunya itu.

"loh loh neng, kini duduk dulu dibangku sana aja ya neng bibi malah takut neng kenapa napa lagi. Tuan bolehkan saya membawa neng Elina untuk istirahat sebentar?" tanya bi Inah pada Arsen.

"biar aku aja bi yang bawa Elina, bibi lanjutkan aja belanjanya"

"Alhamdulillah kalau begitu, silahkan tuan istirahat aja sama neng El disana. Masalah belanja biar bibi aja yang bereskan tuan" ujar Bi Inah sedikit lega.

"bi maaf ya Elina jadi merepotkan, harusnya tadi Elina ga usah ikut aja kalau jadinya begini" ungkap Elina lemas dengan suara serak.

"husss neng ga usah ngomong gitu ya, tak apa bibi masih bisa sendiri belanja begini mah kecil, sudah sekarang neng ikut tuan muda saja ya. Tuan muda maaf ya bibi nitip neng Elina dulu" ujar Bi Inah seraya mengusap wajah Elina dengan sayang.

"iya bi, sudah belanja dulu sana biar Elina menjadi urusanku saat ini, ayo El kita ke sana dulu"

Arsen sedikit memapah Elina dengan hati hati untuk sampai ke bangku.

"maaf ya tuan, saya jadi merepotkan begini harusnya saya tadi gak ikut" ujar Elina menunduk menyesal.

"sudah kamu jangan banyak omong, duduk diam disini aku akan mencari obat untukmu!" perintah Arsen dengan aura dinginnya.

Arsen berdiri dan melangkah pergi dari samping Elina entah mencari obat atau semacamnya.

"aduh lupa, harusnya aku tanya dulu tadi apa saja keluhannya" gumam Arsen yang kini berbalik arah dan duduk kembali disamping Elina.

Elina yang sedang misuh misuh sendiri pun kaget karena Arsen kembali.

"galak amat sih pria kulkas itu, jika bukan karena aku ingin menjebak dan membalas dendam aku gak Sudi harus kerja setiap hari bertemu kulkas berjalan itu"

"astagfirullah kaget ya Allah ini kulkas 7 pintu tiba tiba aja nongol lagi disampingku, untung saja aku ngomelnya dengan suara pelan" gumam Elina kaget.

"eh.. Ad-ada apa tuan? Kok tuan balik lagi?" refleks Elina bertanya.

"aduh mati, harusnya ini mulut bisa di rem. Malah ngomong begitu haduh bisa bisa dijutekin lagi ini mah" gumam Elina tak berani menoleh.

"maksud kamu apa bertanya begitu, kamu tak suka saya balik lagi begitu iya?" ketus Arsen menatap Elina dingin.

"kan, baru juga diomongin udah kumat lagi judesnya nih tuan muda" batinnya menggerutu.

"bu-bukan begitu tuan, maksudnya saya apa ada yang tertinggal sampai tuan balik lagi, iya begitu maksud saya hehe" ujar Elina gugup seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal itu.

"ini orang auranya sensian Mulu ya tiap hari, gak ada gitu manis manisnya jadi orang.... Haduh membayangkan jadi istrinya aja aku mah ogah ya Allah kalau bisa jodohku mah modelannya seperti tuan Keenand aja ya Allah hamba ikhlas kalau yang itu" batin Elina lagi.

"malah bengong lagi, El. Elina!" Arsen membentak.

"astagfirullahaladzim... i-i-iyaa tuan, maaf saya sedikit kurang vit hari ini jadi gak fokus hehe" ungkap Elina gugup dan sedikit kesal.

"saya ini baik tahu, saya balik lagi kesini karena mau bertanya. Apa saja keluhan yang kamu rasakan saat ini? Wajahmu juga masih sangat pucat. Apa perlu kita ke klinik saja?" tanya Arsen bertubi tubi.

"hah ini aku gak mimpikan ya, tuan muda kulkas ini bertanya begitu perhatian apa ini halusinasiku saja ya?" batin Elina bengong.

"haduh, kamu ini sepertinya sangat sangat tidak fokus, mendingan ayo kita ke klinik saja sekarang!" titah Arsen seraya bangun dan menarik Elina berjalan.

"ehh tuan tuan, kita mau kemana memangnya disini ada klinik, terus bagaimana dengan bi Inah tuan?" tanya Elina kaget.

Arsen tak menjawab ia terus saja menarik tangan Elina keluar dari pasar itu.

...****************...

tak jauh dari tempat Elina dan Arsen berbincang, ada sosok pria dengan pakaian serba hitam yang sedang mengintainya.

"bagus, ternyata dia ada disini dengan pria kaya raya pula. Aku akan segera melaporkan ini kepada bos" tutur pria itu menyeringai.

"aku akan mengikuti mereka, supaya aku bisa tahu dimana wanita itu tinggal dan segera aku bisa menyelesaikan tugasku ini... Setelah itu aku akan diberi banyak bonus oleh bos " ujar pria misterius itu seraya berjalan mengikuti keduanya keluar pasar.

To be continue......

Terpopuler

Comments

Ririn Endang S

Ririn Endang S

Waaah hamil dech.

2025-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!