Tersadar

Setelah pergumulan tersebut, Elina terkapar lemah matanya terpejam dengan damai, Arsen pun kini sudah mulai lelah dengan aktivitas tersebut.

mereka berdua tertidur dengan kepala yang saling bersandar dikasur itu, terlihat akur dan damai.

Ke esokan paginya, Arsen bangun dengan tergesa dari kasur itu lekas membersihkan badannya.

"Manis juga ternyata wanita ini, mengapa dia menjual dirinya ditempat seperti ini ya? apakah dia gadis miskin sampai merelakan tubuhnya dengan uang!" monolog Arsen tersenyum seraya memakai semua pakaiannya dengan rapih.

Drttt drttt...

Panggilan telepon itu bergetar namun hening, Arsen yang melihatnya bergegas menjawab.

"Ada apa kau menghubungiku?" tanyanya datar.

"Tuan, ada masalah.. Bisakah kita bertemu dan berbicara ini masalah bisnis dunia bawah tanah anda tuan!" ujar sang pria.

"Memangnya kenapa, apa masalahnya sampai kau begitu langsung padaku? bukankah kau bisa menelpon Erik, dia bawahanku tangan kananku!" jawab Arsen dengan sedikit emosi.

"Tidak bisa tuan, ini harus anda yang menanganinya. kita hanya punya waktu 1×24 jam saja" jawabnya lagi.

"Baiklah, aku akan kesana! check lokasi dan kirimkan padaku segera!" perintah Arsen.

"Baik tuan"

Tutt...

panggilan pun berakhir, Arsen menaruh kartu dan serta check 100 juta rupiah di atas nakas disamping ranjang lalu ia bergegas keluar.

"Sampai jumpa dilain waktu wanita manis" monolog Arsen tersenyum samar.

"Rasanya setelah menghabiskan malam bersamanya. Hasratku tak sebesar sebelumnya yang selalu menginginkan meniduri wanita wanita virgin lainnya, Ah sudahlah, kenapa aku jadi meracau" kesalnya seraya memasuki mobil mewahnya.

~Di sisi lain, saat Rudi yang baru sampai dirumahnya kini dihadang sang istri dengan memberondong semua pertanyaan yang ada dibenaknya selama berhari hari.

"Heh pria tua bangka, dimana kau sembunyikan putriku hah! gila ya kau, hisa bisa nya kau pergi bersama putrimu lalu pulang tanpa kabar dan putriku tidak pulang bersamamu! heh jawab aku! kau tuli ya, mana putri kita Rudi?!" teriak sang istri pada Rudi.

"Tidak ada, dia tak akan kembali. Lebih haik kau ikhlaskan saja karena mulai sekarang kita sudah tidak ada sangkut pautnya lagi dengan anak itu" jawab Rudi dingin seraya masuk ke dalam kamar.

Tatapan Rudi kosong, seolah mengingat kejadian yang beberapa hari lalu ia lihat. ada sedikit penyesalan namun banyak keegoisan dihatinya, ia tak mengakui jika ia telah salah sudah menjual anak gadisnya itu pada pemilik rumah bordil tersebut.

"Heh, kau harus jawab pertanyaanku Rudi" teriak Minah dari luar kamar berjalan masuk ke kamar.

"Kenapa! kenapa denganmu! aku bilang ikhlas kan ya ikhlaskan, apa kau tuli dan bodoh Minah!" jawab Rudi tak kalah sengit denga mengacak rambutnya.

"mana mungkin aku bisa ikhlaskan anakmu, sedangkan dia aku rawat dan aku besarkan dengan kasih sayang... aku yang mengandung da melahirkannya! dan kau seenaknya bilang aku untuk ikhaskan, tidak bisa! cepat katakan padaku dimana Elina sekarang!" Teriak Minah penuh emosi dengan berderai air mata.

"Kita tidak akn pernah bisa bertemu dengan Elina, dia sudah bersama majikannya jadi kau jangan membuat kekacauan" ujarnya dingin menatap dengan tatapan kosong.

"APA! KAU SUDAH GILA YA RUDI! tidak, tidak mungki.. anakku tidak boleh hancur masa depannya. Dasar b*jingan keparat kau Rudi!" tangis Minah pecah seraya memukul mukul Rudi tak terima.

"Maafkan aku, tapi tidak ada cara lain lagi selain menjualnya ke wanita sialan itu Minah, maafkan aku" dengan suara bergetar Rudi pun kini ambruk ke lantai menunduk diam sesegukan.

"Kau memang gila, kau tak pantas menyandang gelar seorang ayah. Tega kau menghancurkan masa depan Elina! sekarang semuanya sudah terlambat, bagaimana bisa anak sebaik dan sesholeha Elina menjadi wanita penghibur" racau Minah menangis kencang.

Tiba tiba saja, badan Minah ambruk didepan Rudi tak sadarkan diri.

"Minah bangun!!! jangan bercanda kamu ini! ayo cepat bangun!"

Kini Minah dilarikan ke rumah sakit terdekat yang ada di desa, Rumah sakit itu berbatasan dengan kota. Suara ambulan pun terdengar disana, lalu membawa tubuh rapuh Minah itu masuk ke dalam ambulance diikuti oleh suaminya Rudi.

"Ya allah kenapa dengan istriku ini" rintihnya didalam mobil seraya mengusap air matanya yang mulai turun.

~di lain tempat, Elina terbangun seraya mengingat dimana ia berada.

"Dimana ini, sshhh sakit sekali seluruh badanku ini. Seperti di gebuki orang orang banyak saja"

"Aaarrggghhhhh... kenapa aku tak memakai baju seperti ini! tidak tidak mungkin" Elina terjangkit kaget seraya akan duduk dikasur itu.

Flash back

"Jangan panggil aku tuan, malam ini aku milikmu. Panggil aku Arsen sayang" ucap Arsen yang mulai menggila dengan racauan dan desahan sang gadis.

"Sial, desahannya sangat merdu hingga aku seakan tak puas mendengarnya" monolog Arsen.

"Ahhh sayang hentikan, hentikan kamu membuatku melayang ahhhh ahhhh" ujar Elina dengan gairahnya yang mulai memanas itu.

"Yes,,, baby I'm your mine tonight sshhh ahhh" desah Arsen.

Arsen menuntun Elina membuka celana dalam itu perlahan. Dan ia pun beraksi dengan menciumi setiap inci tubuh molek wanita itu dengan gairah, hingga turun ke area sensitif sang gadis.

Flash back off

"Ti-tidak! tidak mungkin aku-aku.. tidak mungkin aarrgghhhh" teriak Elina histeris dengan yang ia ingat semalam dengan samar.

"Bagaimana ini, bagaimana mungkin aku bodoh sekali ya allah.. aku sangat berdosa, bagaimana aku akan menjalani hidupku dimasa depan astagfirulloh" tangisnya pecah badannya luluh ke lantai.

"Tidak bisa, aku aku harus pergi dari tempat sialan ini.. jika tidak aku akan semakin hancur"

Elina beringsut dari duduknya, ia membersihkan dirinya dengan baju yang ia pakai kemarin dengan sangat tidak nyaman.

15 menita kemudian dia dari kamar mandi hentak melangkah kan kakinya ke luar kamar, namun ia terpaku pada suatu hal.

"Apa itu?" monolognya seraya menghampir benda yang ada dinakas tempat tidur.

"kartu nama siapa ini? Kalaxabiru Arsen.. apakah dia pria yang semalam telah menjamahku! bajingan itu harus bertanggung jawab atas perlakuannya!" kesalnya meremas sprei tersebut.

"Pria bajingan memberiku check ya, baiklah akan aku tunjukan kalau aku bukan wanita lemah. Memangnya dia siapa berani sekali menyentuh wanita manapun seenaknya, pria bajingan itu harus mendapatkan karmanya!"

Elina melenggang keluar kamar dengan mantap dan yakin, dia tidak boleh jadi wanita lemah lagi yang mau ditindas.

"Aku harus keluar dari tempat terkutuk ini, ya robb berikan aku kemudahan. Aku akan membalas semua perbuatan Pria bajingan itu!"

sesampainya di kamar, ia bertemu dengan teman sekamarnya Febby.

"E-el, kamu sudah kembali ya.. mengapa aku tidak mendengarmu membuka pintu harusan?" tanya Febby, wajahnya menegang setelah melihat Elina masuk dengan wajah datar.

"Memangnya kenapa, apa aku ini harus laporan dulu padamu lalu bisa masuk ke kamar ini, lagi pula ini bukan hanya kamarmu tapi kamarku juga!" tegas Elina dingin matanya berkilah marah.

"Kenapa Elina menjadi berbeda setelah menghabiskan malam dengan pria itu, apakah dia tidak kenapa napa?" tanya batinnya Febby seraya melirik gadis itu.

"El, kamu tidak apa apa kan.. Ko kamu jadi beru-" pertanyaan Febby disela Elina dengan datar.

"Aku tidak apa apa, sudahlah kamu tak perlu pusing memikirkan aku yang begini atau begitu, lagi pula apa perdulimu padaku!" jawab Elina ketus.

"Tapi El, kamu jadi berbeda setelah malam itu.. apa kamu yakin?" tanya Febby ragu.

"Yakin, lebih baik kita akhiri semua obrolan ini.. aku ingin istirahat" cuek Elina merebahkan tubuhnya ke kasur yang berada disebrang Febby.

To be continue...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!