Berita Pagi:
"Kecelakaan tragis terjadi semalam di kawasan jalan pegunungan. Sebuah mobil terjun ke jurang akibat tabrak lari oleh truk yang diduga dikemudikan dalam keadaan mabuk. Korban adalah seorang ibu dan anak laki-laki. Sang ibu dilaporkan terluka parah, sementara anaknya dalam kondisi terluka ringan, korban dengan cepat dilarikan kerumah sakit."
...----------------...
Di rumah, Elsa menonton berita dengan perasaan tidak nyaman. Ia melihat mobil korban yang ditampilkan di layar.
"Ibu, di mana laptopku?" tanya Elsa
Namun, ibunya malah menunjuk layar televisi. "Elsa, bukankah itu mobil Ibu Victoria? iya itu seperti mobil Ibu Victoria."
"Tidak... ini tidak mungkin. Itu pasti bukan Rull." Ucap Elsa tidak percaya
Dia segera meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Rull. Tidak ada jawaban. Panggilan berikutnya juga tak diangkat. Elsa mulai panik.
Dia kemudian menghubungi Bobby dan Bunga.
"Hei, kalian lihat berita pagi ini? Aku pikir itu Rull. Aku tidak bisa menghubunginya. Kita harus ke rumah sakit sekarang!"
...****************...
Di Rumah Sakit:
Rull duduk di ruang tunggu, tubuhnya gemetar. Wajahnya penuh luka kecil, tetapi lebih dari itu, hatinya hancur berkeping-keping.
"Ini semua salahku... ini semua salahku... ibu terluka karena aku... aku seharusnya bisa menyelamatkannya."
Seorang dokter keluar dari ruang perawatan dengan wajah serius.
"Kamu Rull Anderson, anak dari Ibu Victoria?"
"Iya, dok. Bagaimana keadaan ibu saya? Tolong katakan kalau dia baik-baik saja."
Dokter itu menghela napas dalam-dalam. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi... takdir berkata lain."
"Apa maksud Anda...? Apa yang Anda katakan...?"
Dokter menunduk penuh simpati. "Ibu Victoria telah meninggal dunia."
Dunia Rull seolah runtuh. Dia terdiam, tubuhnya kaku seperti patung. Beberapa detik kemudian, dia memegang kepalanya dengan kedua tangan.
"Tidak... ini tidak mungkin. Ini tidak benar..." ucapnya pelan
Teriakannya yang penuh kepedihan pecah di ruang tunggu.
"IBU......"
Suaranya menggema, membuat beberapa perawat dan pasien menoleh.
Dokter mencoba menenangkannya.
"Kami mengerti kesedihanmu, Nak. Kami akan mengurus jenazah ibumu sebaik mungkin."
Namun, Rull sudah terlalu tenggelam dalam rasa bersalah dan kesedihan. Dia hanya duduk di lantai dengan kepala tertunduk, air mata mengalir deras.
Di luar ruang tunggu, Elsa, Bobby, dan Bunga tiba, melihat Rull dari kejauhan. Elsa menutup mulutnya, air mata mulai membasahi pipinya.
"Rull..."
...****************...
Keesokan Harinya di Sekolah
Berita kecelakaan yang menimpa Rull dan ibunya telah menyebar ke seluruh sekolah. Suasana di kelas terasa lebih sunyi dari biasanya.
"Baiklah anak-anak, hari ini kita turut berdukacita atas kehilangan yang dialami oleh teman kita, Rull Anderson, yang baru saja kehilangan ibunya. Mari kita doakan agar dia diberi kekuatan untuk melewati masa sulit ini."
Para murid terdiam sejenak, beberapa di antaranya menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
...****************...
Tiga Hari Kemudian
Elsa menatap bangku kosong di sudut kelas. Rasanya ada lubang yang sulit diabaikan.
"Rull masih tidak masuk," gumamnya penuh kekhawatiran
Saat jam istirahat, Elsa, Bobby, dan Bunga berkumpul di kantin.
"Aku sudah tiga hari tidak melihat Rull," ucap Elsa
"Dia pasti masih sedih karena kehilangan ibunya," tambah Bobby.
"Itu wajar, aku kasihan padanya. Dia sekarang sendirian. Tidak punya siapa-siapa lagi..." ucap Bunga
Sementara itu, di sudut lapangan, Zacky bermain basket bersama gengnya. Tawa mereka yang riuh terdengar hingga ke kantin.
"Yah, mungkin dia kualat akibat melempar bangku, aku hampir terlalu karena orang aneh itu, tapi enak juga sih dia nggak ada di sini. Nggak ada si culun itu yang bikin suasana kelas jelek." Ucap Zacky
Kata-kata itu sampai ke telinga Elsa. Wajahnya berubah, tangannya mengepal erat. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil bola basket dari tepi lapangan dan melemparkannya keras-keras ke wajah Zacky.
BAK...
Bola itu tepat mengenai wajah Zacky, membuatnya terhuyung. Tawa di sekelilingnya langsung terhenti. Semua mata tertuju pada Elsa.
"Jaga ucapanmu, Zacky!" bentak Elsa
Zacky memegang hidungnya yang merah akibat lemparan bola itu.
"Hei... Apa-apaan kau, Elsa?!" teriaknya.
"Aku tidak akan diam jika kau terus menghina Rull, apalagi di saat dia sedang mengalami hal seperti ini!"
Suasana menjadi tegang. Teman-teman Zacky mencoba menahan diri agar tidak ikut campur, sementara beberapa murid lain hanya menonton dengan canggung.
"Kau pikir siapa kau bisa seenaknya bicara begitu? Kau tidak tahu apa yang dia rasakan... Kau tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupmu!"
Zacky terdiam, terkejut oleh keberanian Elsa. Untuk pertama kalinya, ia merasa kalah tanpa harus menyentuh bola basket.
Elsa mengambil napas dalam-dalam, menahan air matanya.
"Jika kau tidak punya hati, setidaknya jangan jadi orang yang menambah beban bagi orang lain."
Dia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Zacky yang masih kebingungan. Bobby dan Bunga segera menyusul Elsa, memberinya dukungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments