Ajax melihat kekuatan Rull yang tiba-tiba
muncul dan bersiap untuk melancarkan serangan.
"Kau pikir aku akan gentar dengan kekuatanmu itu?Akan kutunjukkan kekuatan ku yang sesungguhnya!"
Namun, sebelum Ajax sempat melakukan serangan, Rull tiba-tiba terjatuh pingsan.
"Hei, apa-apaan ini? Mengapa kau tiba-tiba tumbang?" seru Ajax bingung
Namun ia segera menyerang Rull dengan pedangnya.
Tang...
Tiba-tiba Arlecchino muncul di hadapan mereka, menangkis pedang Ajax.
"Ajax, sudah cukup. Dia itu bukan tandingan kita."
"Minggir, Arlecchino. Kau hanya mengacaukan rencanaku!"
"Sudah cukup, Ajax. Jika kau menghabisi dia hanya untuk kepuasan diri, maka martabat kita sebagai pendekar pedang akan hancur."
Mata Ajax tajam menatap Arlecchino.
"Hei, apa kamu ini melindunginya? Apa kamu peduli dengannya?" Ucap Ajax penuh tantangan
"Aku tidak peduli dengannya. Bukankah kita lebih baik membawanya ke istana untuk diinterogasi lebih lanjut?" Ucap Arlecchino
"Cih... Baiklah, jika itu kemauanmu, aku akan membawanya ke hadapan ratu."
Dengan itu, Ajax dan Arlecchino membawa tubuh Rull yang pingsan menuju istana, untuk dibawa ke hadapan ratu dan diinterogasi lebih lanjut.
...****************...
Rull tersentak dari kegelapan alam bawah sadarnya, merasa dirinya terperangkap di dalam kehampaan.
"Apa aku sudah mati?"
Namun, sebuah suara bergema dari kejauhan.
"Shadow Army..."
Rull melihat sesosok bayangan mendekat, namun sebelum ia dapat memahami lebih jauh, suara yang berbeda membuyarkan lamunannya.
"Oi, oi, oi, jaket merah, mau sampai kapan kau pingsan?" suara Arlecchino terdengar
Rull membuka matanya dan mendapati dirinya sudah berada di sebuah ruangan besar yang megah. Di hadapannya duduk Ratu Arendelle dengan ekspresi tegas, dikelilingi oleh Jenderal Martiz, Ajax, Gale, dan Arlecchino.
"Hah? Dimana aku?"
"Jangan banyak bicara. Kau jawab jujur jika sang ratu bertanya." Ucap Arlecchino
Ratu Arendelle memandangnya.
"Siapa namamu, nak? Dan di mana kamu tinggal?"
"Aku... Aku Rull. Aku tidak tahu di mana aku tinggal." jawabnya dengan suara gemetar
"Lalu kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya sang ratu
"Entah mengapa... Jika aku jelaskan, akan sulit dipahami."
Ajax, yang berdiri di dekatnya, tampak tidak sabar dan segera menekan kepala Rull ke bawah dengan paksa.
"Ucapanmu itu seperti merendahkan Yang Mulia!"
Namun, Ratu Arendelle mengangkat tangannya, menghentikan aksi Ajax.
"Pendekar Ajax, aku tidak memintamu untuk melakukan itu."
Ajax segera melepaskan cengkeramannya dan menundukkan kepala.
"Aku terbangun di dalam sebuah gua tanpa ingatan apa pun tentang siapa aku atau dari mana aku berasal. Dalam tidur, aku terus bermimpi tentang sesosok makhluk galaksi yang berbicara tentang takdir dan kekuatan." jelas Rull
"Makhluk galaksi? Makhluk apa itu?" tanya Ratu Arendelle penasaran
Jenderal Martiz menjelaskan sesosok mahluk galaxy kepada ratu.
"Maaf, Yang Mulia. Dari informasi yang saya peroleh selama perjalanan saya, makhluk galaksi adalah entitas ilahi. Mereka berada di luar pemahaman manusia biasa, bahkan keberadaan mereka tidak dapat disaksikan oleh kebanyakan makhluk fana. Mereka memiliki kehendak yang besar, bahkan jauh melampaui dewa-dewa yang kita sembah."
"Darimana kau mendapatkan pengetahuan ini, Jenderal?"
"Selama misi saya, saya bertemu dengan seseorang yang memiliki wawasan mendalam tentang sejarah masa lalu. Orang itu menyebut dirinya seorang Penerjemah Dosa. Ia menjelaskan bahwa ada rahasia besar tentang masa lalu dunia ini, tetapi rahasia tersebut dianggap dosa besar jika diceritakan kepada orang lain."
Rull yang mendengar itu langsung menyela.
"Siapa orang itu? Aku ingin bertemu dengannya! Aku ingin tahu tentang kebenaran yang ada dalam diriku dan kejadian-kejadian yang terus menghantuiku."
Ajax, maju dengan ekspresi marah.
"Beraninya kau memotong pembicaraan Jenderal! Kau pikir kau ini siapa?"
"Aku minta maaf, tapi aku benar-benar ingin tahu. Aku ingin memahami apa yang sebenarnya terjadi padaku, apa yang ada di dalam diriku, dan mengapa aku berbeda. Tolong, Yang Mulia, izinkan aku mencari tahu kebenaran ini."
"Apa kamu seperti Tsaritsa? Apakah kamu juga membawa kutukan dalam dirimu?"
"Aku tidak tahu pasti, Yang Mulia. Tapi jika ini adalah kutukan, mengapa aku bisa mengendalikannya? Dan satu hal lagi... ketika Tsaritsa menyentuhku, aku tidak merasakan apa-apa. Bahkan kutukannya tidak memengaruhiku."
Kata-kata Rull membuat Jendral dan Ratu terkejut.
"Kau... kebal terhadap kutukan Tsaritsa?" Ratu Arendelle terkejut
"Yang Mulia, maaf jika saya lancang menyela. Namun, saya merasa anak ini mungkin adalah orang yang dimaksud oleh Resonator yang saya temui dalam misi saya."
"Apa maksudmu, Jenderal?"
"Saat pertemuan saya dengan Resonator tersebut, saya meminta bantuannya untuk mencari solusi atas kutukan Putri Tsaritsa. Resonator itu mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membantu secara langsung. Namun, dia memberikan sebuah saran:
kutukan itu hanya dapat dihentikan oleh seseorang yang kebal terhadapnya.
Mendengar cerita anak ini tadi, tentang kebalnya dia terhadap kutukan Tsaritsa, saya yakin anak inilah yang dimaksud Resonator itu."
Ratu Arendelle perlahan berdiri dari singgasananya.
"Jadi... doaku akhirnya didengar oleh Dewa Aongus? Anak ini... kau adalah harapan bagi putriku."
Rull, bingung dengan situasi ini.
"Yang Mulia, apa maksud Anda? Aku tidak mengerti..."
"Jika apa yang dikatakan Jenderal Martiz benar, maka kau adalah kunci untuk menyelamatkan Tsaritsa. Selama ini, aku telah memohon kepada Dewa Aongus untuk mengirimkan bantuan bagi putriku. Dan kini, kau hadir di hadapanku... seseorang yang kebal terhadap kutukan itu."
"Yang Mulia, aku tidak yakin apa yang bisa aku lakukan. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri."
Ratu menatapnya dengan lembut.
"Tidak apa-apa, kita akan mencari tahu bersama. Yang penting, kau adalah bukti bahwa harapan masih ada. Demi Tsaritsa, demi kerajaan ini, dan mungkin demi takdirmu sendiri."
"Baiklah, Yang Mulia, tapi aku ingin menanyakan sesuatu. Darimana Tsaritsa mendapatkan kutukan itu?"
Ekspresi ratu Arendelle tiba-tiba berubah menjadi muram.
"Jika kau ingin tahu, aku akan menceritakan semuanya secara pribadi. Ikutlah ke ruanganku. Jenderal, aku akan berbicara dengannya secara pribadi. Sementara itu, siapkan pendekar untuk rapat dan susun rencana kita ke depan."
"Baik, Yang Mulia. Pendekar, kembali ke markas. Kita akan mengadakan rapat sesegera mungkin."
"Siap, Jenderal." balas para pendekar serentak sebelum meninggalkan ruangan
......................
Mengungkap mahluk galaxy yang bertemu dengan Rull akan disinggung dicerita kedepannya agar tidak spoiler.
Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.
Terimakasih sudah membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments