Bab 3 : Hari Selalu Buruk Jika Disekolah

Keesokan harinya, alarm di kamar Rull berbunyi keras, memecah keheningan pagi. Dari lantai bawah, ibunya berteriak, "Waktunya sekolah, sayang!"

Rull mengerang pelan, meraih alarmnya, dan mematikannya. "Baik, Bu," balasnya dengan suara malas.

Setelah mandi dan bersiap-siap, Rull turun ke bawah dengan wajah lesu. Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan memandangnya dengan cemas.

"Rull, mengapa kamu selalu lesu saat berangkat sekolah?" tanya ibunya

"Ibu, jujur saja, aku benci hari sekolah."

"Kenapa? Sekolah itu penting, tahu, untuk bekal di masa depan. Anak Ibu ini kan pintar. Ibu bahkan bisa melihat masa depan yang cerah di wajahmu, sayang."

"Banyak sekali orang di sekolah yang mengejek dan menyakitiku, Bu. Mengapa mereka melakukan itu? Mengapa mereka merenggut kebahagiaanku, padahal aku tidak pernah mengambil kebahagiaan mereka? Kadang aku berpikir... jika aku kuat, aku ingin menindas mereka seperti yang mereka lakukan padaku."

"Ssst, dengarkan Ibu baik-baik, ya. Untuk mencapai suatu tujuan, pasti ada rintangan. Tapi jika kamu berhasil melewati rintangan itu, kamu akan mendapatkan tujuan yang lebih besar dari yang kamu bayangkan. Jangan biarkan mereka menghancurkan semangatmu."

Ibunya lalu menarik Rull ke dalam pelukan hangat. "Ibu percaya bahwa anak Ibu satu-satunya ini kuat. Kamu lebih baik dari mereka, Rull. Jadilah dirimu sendiri, dan jangan pernah menyerah."

Rull menghela napas panjang dalam pelukan ibunya. Kata-kata itu terasa menenangkan, seperti embun pagi yang menyegarkan jiwanya yang sempat lelah.

"Terima kasih, Bu," bisik Rull pelan.

Ibunya tersenyum, mengusap rambut Rull. "Sekarang, makanlah dulu sebelum berangkat. Ibu yakin hari ini akan jadi lebih baik."

...****************...

Di kelas, Elsa tampak antusias menunjukkan novel buatannya kepada teman-teman.

"Wah, ending yang romantis. Aku ingin membaca ulang!" seru salah satu temannya.

"Kau hebat, Elsa," ucap yang lain dengan kagum.

Elsa tersenyum bahagia. "Saat pulang nanti, aku akan mem-publish novel ini."

"Aku yakin, pasti banyak yang suka dengan novelmu," ujar seorang teman dengan antusias.

Namun, ketika bel pelajaran berbunyi dan semua murid mulai duduk rapih, Elsa mendapati bangku Rull kosong. Ia memandang bangku itu dengan cemas. "Rull... apa dia tidak masuk hari ini?" pikirnya.

Tiba-tiba, suara sinis terdengar dari belakang. "Hei, Elsa, ke mana si culun itu?" tanya Zacky, murid terkenal sekaligus paling ditakuti di sekolah.

Elsa menatap Zacky tajam, tapi tidak menjawab.

Tak lama kemudian, guru mereka masuk ke kelas. "Baiklah, anak-anak. Pelajaran pertama hari ini kita akan mempelajari fotosintesis pada tumbuhan," ucap Bu Guru sambil membuka buku pelajaran.

Di tengah suasana kelas yang mulai tenang, pintu terbuka perlahan. Rull masuk dengan langkah ragu, wajahnya menunduk.

"Maaf, Bu, saya terlambat," ucapnya pelan.

Seketika, kelas menjadi ricuh. Beberapa murid mulai meneriaki Rull. Hanya Elsa, Bobby, dan Bunga yang tetap diam.

Bu Guru menatap Rull dengan tajam. "Rull Anderson, lihat sudah jam berapa sekarang. Kamu terlambat di jam pelajaran Ibu."

Rull mencoba memberikan penjelasan. "Maaf, Bu, tadi saya—"

Namun, sebelum ia selesai bicara, Zacky memotong dengan suara nyaring.

"Bu Guru, Rull telat karena malas. Ibunya pernah bilang ke saya kalau dia suka begadang bermain game."

Kelas langsung heboh dengan suara tawa murid-murid lain.

"Tidak, Bu Guru, itu tidak benar!" ucap Rull dengan memohon

"Ibu tidak ingin mendengar alasanmu. Sekarang kamu berdiri di depan sampai jam istirahat selesai."

Rull menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan amarah dari fitnah Zacky. Dengan langkah berat, ia berjalan ke depan kelas dan berdiri di dekat papan tulis.

Elsa menatapnya dengan prihatin. "Zacky dia bohong beraninya dia memfitnah Rull seperti itu." gumamnya pelan kepada Bobby dan Bunga. Mereka mengangguk setuju, tetapi tidak berani melawan keputusan Bu Guru.

Sementara itu, Zacky tersenyum puas, merasa berhasil mempermalukan Rull di depan semua orang.

Jam istirahat tiba, Rull duduk di pojok kantin, mencoba menyelesaikan tugas hukuman dari Bu Guru. Kepalanya tertunduk, fokus pada buku catatannya. Namun, rasa malu dan amarah masih terasa jelas di wajahnya.

Elsa dan Bunga menghampirinya, membawa nampan makanan.

"Rull, mengapa kamu bisa terlambat? Apa yang dikatakan Zacky itu benar?" tanya Elsa

Rull menghela napas, berhenti menulis, lalu menjawab pelan.

"Alasan aku telat karena aku naik bus yang melewati jalur dekat hutan Semeru."

"Hah? Mengapa kamu tidak lewat jalur biasa? Bukannya itu lebih cepat? Kenapa kamu malah memutar ke jalur yang jauh?" Ucap Elsa terkejut

"Aku penasaran dengan hutan Sumeru. Ibuku bilang di sana ada kuil misterius yang dapat mengubah takdir seseorang menjadi lebih baik."

"Rull, apa ini karena novel yang aku berikan kepadamu?" ucap Elsa

Rull terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.

"Rull, semua itu hanyalah mitos. Jangan terlalu percaya pada cerita fiksi seperti itu. Kadang, kenyataan tidak seindah yang kita baca di buku."

Rull hanya mengangguk pelan, meski pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran.

Tiba-tiba, sebuah bola basket melayang ke arah mereka dan mengenai kepala Rull dengan keras.

BUK...

"Ups, maaf, tidak sengaja," suara Zacky terdengar, diikuti tawa ledekan dari teman-temannya.

Elsa berdiri, memandang Zacky dengan tajam.

"Zacky, bisakah kau lebih hati-hati jika bermain?"

"Maaf, sayang. Mungkin bola ini saja yang ingin mengenai kepalanya," katanya sambil tertawa, disambut gelak tawa teman-temannya.

Rull menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan emosi.

"Hei, Rull, mau tanding basket denganku? Lumayan, biar kamu belajar jadi orang normal."

"Maaf, aku tidak ada waktu." ucap Rull

"Oh, aku baru sadar. Kan orang seperti kamu pasti nggak ngerti apa itu basket. Hahaha.... Karena apa? Karena tulang lunak, hahahaha...."

Tawa teman-temannya semakin keras, memenuhi kantin.

Rull mengepalkan tangannya erat, menahan diri agar tidak meledak. Bunga menyentuh bahu Rull, mencoba menenangkannya. Elsa berdiri di depan Rull, menghadapi Zacky.

"Zacky, sudah cukup. Jangan terlalu berlebihan," ucap Elsa dengan tegas.

"Oh, jadi kau membela si tulang lunak ini, ya? Hati-hati, Elsa. Kau tidak ingin ikut-ikutan seperti dia, kan?"

"Tidak ada yang salah dengan Rull. Yang salah adalah sikapmu, Zacky." ucap Elsa

Suasana kantin menjadi tegang. Semua mata tertuju pada mereka. Namun, Zacky hanya tertawa kecil dan mundur.

"Santai saja, aku cuma bercanda," ucap Zacky

Rull menghela napas panjang, menatap Elsa dan Bunga dengan mata penuh rasa terima kasih.

"Terima kasih... kalian sudah membelaku," bisiknya pelan.

Elsa menepuk pundaknya lembut. "Kami di sini untukmu, Rull. Jangan pedulikan mereka."

......................

Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.

Terimakasih sudah membaca 🙏

Terpopuler

Comments

Lia_Vicuña

Lia_Vicuña

Wah, kepala otakmu pasti kreatif banget, thor!

2025-01-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!