Di sisi lain, orang-orang di sekitar istana mulai memperhatikan getaran hebat yang datang dari arah bukit.
"Apa yang terjadi di sana?" bisik prajurit
"Apakah itu serangan?" bisik pelayan
Arlecchino, Gale, dan Tsaritsa yang baru saja tiba di istana juga menyadari keanehan itu.
"Astaga, ada apa di bukit itu? Apa yang sedang dilakukan Ajax kepada Rull?" tanya Tsaritsa
"Gale, bawa tuan putri kembali kepada Yang Mulia Ratu. Aku akan kembali ke bukit untuk memeriksa apa yang terjadi."
"Tunggu, Arlecchino. Untuk apa kau ke sana? Biarkan saja Ajax yang mengurusnya!"
"Apa kau sudah gila? Kau tahu bagaimana sifat Ajax. Kalau dia melewati batas, kita bisa kehilangan kendali atas situasi ini."
Tanpa mendengarkan protes Gale, Arlecchino berbalik dan segera berlari menuju bukit.
Sementara itu, Tsaritsa dan Gale tiba di hadapan ratu. Ratu berdiri di aula besar, ekspresinya menunjukkan perpaduan antara kekhawatiran dan kemarahan.
"Tsaritsa! Darimana saja kamu? Apa kamu sadar tindakanmu sangat berisiko?!" tegur sang ratu
"Ibu, maafkan aku. Aku tidak bermaksud berkeliaran di luar. Aku hanya... aku bertemu seseorang yang tidak menganggap ku kutukan."
"Tsaritsa, justru itulah yang membuat tindakanmu berbahaya. Kau terlalu cepat mempercayai orang asing yang bahwa tidak diketahui bahwa dia itu teman atau musuh."
"Tapi, ibu—"
"Maaf, Tuan Putri, tindakan Anda bisa memberi peluang kepada musuh untuk bertindak. Kita tidak tahu apa maksud sebenarnya orang asing itu." Ucap Jenderal Martiz
"Jenderal Martiz... Anda sudah kembali?" Ucap Tsaritsa
"Itulah alasan ibu memasuki kamarmu lebih awal. Jenderal Martiz kembali hari ini, membawa ramuan yang bisa membantu meredakan kutukanmu."
"Ramuan... untukku?" Tsaritsa tampak terkejut
"Benar, ramuan ini dibuat oleh para ahli sihir terbaik dari Irdlia Draioct. Jika berhasil, kutukan Tuan Putri akan terkendali sementara waktu." Ucap Martiz
Tsaritsa memandang botol itu dengan keraguan.
"Yang Mulia Ratu, izinkan saya berbicara dengan Anda secara pribadi. Ada banyak informasi penting yang saya dapatkan dari misi saya." Ucap Jenderal Martiz
"Baiklah, Jenderal. Pelayan, tolong bawa Tsaritsa kembali ke kamarnya."
"Baik, Yang Mulia."
Setelah Tsaritsa pergi, Ratu menoleh kembali ke Martiz.
"Baik, Jenderal. Apa yang ingin Anda sampaikan?"
"Saat saya menjalankan misi, saya bertemu dengan seorang Resonator Sora (jalur langit) yang memiliki kemampuan untuk membaca fluktuasi energi segel. Dia melihat bahwa segel Dewa Aonghus mulai melemah. Dia menyarankan Irdlia untuk bertindak cepat sebelum semuanya terlambat."
"Melemah? Itu mustahil! Bukankah segel itu telah diperkuat oleh semua pemerintah kota Irdlia? Bagaimana mungkin bisa melemah secara tiba-tiba?"
Martiz mengambil sebuah surat dari kantongnya dan menyerahkannya kepada Ratu.
"Saya menerima laporan dari beberapa pemerintah kota Irdlia.
Pertama: Kota Draioct meminta agar Putri Tsaritsa dibawa ke sana untuk diperiksa lebih lanjut mengenai kutukannya. Mereka percaya ada hubungan antara kutukan tersebut dengan melemahnya segel.
Kedua: Kota Stua mengabarkan bahwa mereka tidak bisa memberikan bantuan apa pun saat ini karena sedang terjadi perang besar di wilayah mereka.
Ketiga: Kota Armur memberikan peringatan keras bahwa pasukan Demous harus segera dihentikan sebelum Armur memutuskan untuk turun tangan secara langsung.
Ratu membaca surat itu dengan wajah muram.
"Hah... Aku juga tengah memikirkan solusi untuk semua masalah ini. Tapi mengapa bangsa Armur begitu terburu-buru? Tidak bisakah mereka menunggu sedikit lebih lama? Karena kita masih butuh banyak persiapan."
"Karena menurut mereka, lebih cepat bertindak maka lebih baik, Yang Mulia. Jika pasukan Demous tidak segera dihentikan, Armur khawatir situasi akan semakin tidak terkendali. Mereka mungkin akan memutuskan untuk bertindak sendiri tanpa koordinasi dengan kita."
Ratu termenung sejenak, matanya menatap kosong ke surat-surat di tangannya.
"Ini semua menjadi lebih rumit dari yang kuduga. Terkait Resonator yang kau bicarakan tadi, Jenderal, mengapa dia ada di Irdlia?”
“Maaf, Yang Mulia, Resonator itu tidak memberikan penjelasan yang jelas. Dia hanya berkata bahwa dia sedang menjalankan sumpahnya.”
“Sumpah? Hm... Baiklah, aku tidak akan memaksakan jawaban. Lalu, mengenai kota Stua yang sedang mengalami perang, apakah mungkin itu adalah penyerangan dari pasukan Demous?”
“Bangsa Stua menyatakan bahwa serangan itu bukan dari Demous, melainkan musuh pribadi mereka.”
“Yang Mulia, maaf jika saya lancang, tapi apakah Anda sudah mempertimbangkan untuk menyatakan perang terhadap Demous? Kita memiliki generasi pendekar muda yang mungkin cukup kuat untuk menghentikan Demous. Jika bangsa Armur sampai turun tangan, itu akan sangat merugikan bangsa Clathria. Armur mungkin akan menggunakan situasi ini untuk mencoba mengambil alih Clathria.”
“Aku mengerti, Jenderal. Tapi kita tidak bisa bertindak gegabah. Lebih baik kita menyusun rencana terlebih dahulu. Kumpulkan pasukan terbaik kita untuk persiapan. Kita tidak boleh membuat keputusan tanpa strategi yang matang.”
“Baik, Yang Mulia. Saya akan melaksanakan perintah Anda.”
Setelah Martiz pergi, Ratu Arendelle menuju kamarnya. Ia duduk di bangku kecil di samping mejanya dan mengambil bingkai foto suaminya, Raja Hollande.
“Hollande... Aku benar-benar pemimpin yang buruk.” gumam Ratu Arendelle, air mata mulai mengalir di pipinya
“Aku tidak tahu harus berbuat apa. Mengapa kau meninggalkan aku begitu cepat? Mengapa aku harus menghadapi semua ini sendirian?”
......................
Region Irdlia memiliki 4 pulau yang masing-masing dipimipin oleh Kerajaan:
1. Kerajaan Irdlia Clathria dari utara
2. Kerajaan Irdlia Draioct dari timur
3. Kerajaan Irdlia Stua dari barat
4. Kerajaan Irdlia Armur dari selatan
Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.
Terimakasih sudah membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments