Monster itu terus mengejar Rull, memaksanya mundur hingga tepi tebing. Napasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar, dan pikirannya kacau.
"Sial, aku harus gimana sekarang? Seseorang, tolong aku!"
Monster itu menggeram, tubuhnya yang besar mendekat dengan langkah berat, siap melahap Rull dalam satu serangan. Namun, tiba-tiba kepala Rull terasa pusing, seperti ada sesuatu yang membakar pikirannya.
Dalam bisikan yang tak jelas, ia mendengar sebuah kata:
"Black Iron."
Tanpa Rull sadari, sebuah logam hitam mengalir dari telapak tangan kanannya, membentuk sesuatu yang mirip dengan bilah tajam.
"Apa ini? Mengapa tanganku mengeluarkan... besi?"
Monster itu melompat, membuka rahangnya yang besar untuk menyerang. Tanpa berpikir panjang, Rull mengayunkan bilah Black Iron itu tepat ke kepala monster.
GRAAAAAARGHH!
Monster itu meraung kesakitan, kepalanya terluka, dan darah hitam mengucur deras. Monster itu mengayunkan cakar besar ke arah Rull, menghantam tubuhnya hingga terpental ke tanah.
BAM...
Rull mengerang kesakitan, tubuhnya terasa remuk. Ia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya terlalu lemah.
"Sial... Bagaimana aku bisa mengalahkannya? Aku bahkan tidak tahu cara bertarung!" pikir Rull
Monster itu, meski terluka, masih berdiri kokoh. Ia menatap Rull dengan mata penuh amarah dan bersiap untuk menyerang kembali.
Namun, sebelum monster itu dapat melancarkan serangan terakhirnya, suara desiran angin terdengar dari atas pohon.
Whoosh...
Dari atas, seorang wanita misterius dengan jubah panjang melompat turun, memegang pedang yang memancarkan api. Ia menebas monster itu dalam satu ayunan.
Sring...
Monster itu meraung terakhir kali sebelum tubuhnya hancur menjadi abu.
Wanita itu berdiri tegak, ia menatap Rull dengan dingin dari balik tudungnya.
"Kau... siapa?" tanya Rull
"Apa yang kau lakukan di sini, bocah?" ucap wanita itu dengan nada dingin.
"Hah, bocah?"
Wanita itu hanya mendengus pelan. Namun, sebelum ia menjawab, seorang pemuda dengan pakaian elegan muncul dari balik pohon.
"Hei, Arlecchino, urusanmu sudah selesai? Ayo, kita kembali ke istana."
"Arlech—? Nama yang... cukup susah diingat." Ucap Rull
"Cih, menyusahkan saja, cepat pergi dari sini kalau kau masih menghargai nyawamu." Ucap Arlecchino
Dengan satu gerakan cepat, Arlecchino membalikkan badan dan berjalan pergi bersama pemuda tadi.
"Tunggu... Ada yang ingin kutanyakan!" Ucap Rull sambil mengejar
Namun, Arlecchino bergerak terlalu cepat. Dalam beberapa detik, ia sudah menghilang di balik pepohonan.
"Sial, dia cepat sekali," gumam Rull
Ia memandang sekeliling, mencoba menebak arah Arlecchino pergi. Namun, pandangannya teralihkan oleh pemandangan yang menakjubkan di kejauhan. Sebuah kota besar dengan bangunan megah tampak di depan matanya, dikelilingi oleh dinding kokoh. Di tengah kota itu berdiri sebuah istana besar yang menjulang tinggi ke langit.
"Hah? Aku berada di dekat sebuah kota? Kota apa ini?"
Rasa penasaran mengalahkan kebingungannya. Ia mengenakan tudung jaketnya untuk menyembunyikan wajahnya, lalu berjalan menuju kota. Keramaian mulai terasa semakin dekat—suara tawa anak-anak, para pedagang yang berteriak menawarkan dagangan, dan dentingan logam dari pandai besi yang sedang bekerja.
Rull merasa kagum, ini pertama kalinya ia melihat kota sebesar itu. Namun, di balik kekagumannya, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Arlecchino dan istana megah di kejauhan.
"Aku harus tahu lebih banyak," gumamnya sambil melangkah masuk ke keramaian kota
Memasuki Kerajaan Irdlia
Rull berjalan mengikuti kerumunan, mencoba mencerna segala sesuatu yang ia dengar. Di depannya, seorang anak kecil dengan penuh semangat bertanya pada ibunya.
"Ibu, kapan festivalnya dimulai?"
"Nanti malam, sayang. Sekarang istana sedang mengadakan upacara terlebih dahulu."
"Aku tidak sabar ingin melihat Tuan Putri, aku dengar dari seseorang nama Tuan Putri adalah Tsaritsa, aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya." Ucap seorang wanita
"Ya, terakhir kali aku melihatnya, dia masih balita. Sekarang kira-kira berapa ya usianya?" ucap seorang pria tua
Rull mencoba memahami percakapan di sekelilingnya.
"Irdlia? Apa itu nama kota ini?"
Tiba-tiba, suara nyaring seorang prajurit terdengar dari arah depan.
"Perhatian, perhatian! Gerbang istana Kerajaan Irdlia akan dibuka!"
Kerumunan langsung riuh oleh tepuk tangan dan sorak-sorai. Orang-orang mulai bergerak lebih cepat menuju gerbang istana. Rull hanya bisa mengikuti, matanya melirik ke segala arah. Ia merasa asing, namun tidak bisa menahan rasa penasaran.
"Akhirnya, kita bisa makan-makan!" seru seorang pemuda di depan Rull
"Jack, jaga tata krama. Jangan sampai kau membuat hal memalukan di depan banyak orang," tegur temannya
"Santai saja, Blade. Aku hanya ingin menikmati makanan. Tidak lebih," sahut pemuda bernama Jack
Mendengar kata makanan, perut Rull langsung berbunyi. Ia menggigit bibirnya, merasa malu sekaligus sangat lapar.
"Makanan? Apakah itu gratis?" pikirnya
Ia meraba-raba perutnya yang kosong, mencoba menahan rasa lapar yang semakin menyiksa.
Ketika gerbang istana terbuka, Rull tertegun melihat kemegahan di dalamnya. Halaman luas dengan taman-taman indah, dihiasi air mancur dan lampu-lampu kecil yang bersinar lembut. Para pelayan berlalu lalang dengan nampan penuh makanan, sementara tamu-tamu mulai menikmati hidangan yang tersaji.
"Wow mewah sekali."
langkahnya perlahan mendekati keramaian. Ia mencoba menyelinap ke area makanan, berharap bisa mencuri sedikit untuk mengisi perutnya.
Namun, sebelum ia sempat mencapai meja, seorang prajurit bertubuh besar menatapnya curiga.
"Hei, siapa kau? Kau bukan warga lokal, bukan?"
......................
Jika ada kesalahan typo atau sulit dimengerti silahkan komentar saja.
Terimakasih sudah membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments