BAB 4 - Pertemuan dengan Morino

Dirumah Miko,

Dia benar-benar tidak menyangka jika Anie kakak Anabella ternyata tidak bisa bicara, karena lidahnya terpaksa di potong. Mereka mengatakan bahwa Anie mengidap kanker lidah, sehingga harus dipotong. Sangat mengenaskan.

Tapi Anie sempat memberikan sesuatu untuknya. Ia memberikan selembar kertas dan di masukan kedalam sebuah amplop. Ketika Miko menerimanya, ia tidak mengerti tulisan di kertas itu. Tapi tiba-tiba Anie menyuruh Miko segera menyimpan kertas tersebut. Lalu Anie menulis sesuatu lagi di luar amplopnya dengan buru-buru.

'Bacalah jika kau ingin tahu tentang masa lalu. Tidak perlu beritahu Adikku'

Kemudian Anie memaksa Miko mengantongi kertas didalam amplop tersebut kedalam blazer Miko, seolah ia ingin mengatakan -tidak perlu dibaca sekarang- dan mengizinkannya pulang.

Miko yang penasaran terus memandangi kertas di tulisan itu, Miko benar-benar tak mengerti. Tulisan itu mirip seperti sandi atau lebih tepatnya menyerupai cacing-cacing. 'Apa dia serius memberiku tulisan aneh ini?' batin Miko.

Miko tidak punya waktu untuk mencari petunjuk tentang kode tulisan itu. Mungkin lain kali ia akan mencari tahu dan memecahkan misteri tulisan 'cacing' itu.

Miko harus kembali ke kasus Anabella. Hari ini adalah hari konsultasi selanjutnya. Miko akan menanyakan pada wanita itu kenapa ia tidak menceritakan tentang Warlen sebelumnya.

Setelah hampir setengah jam sesi konseling,

“Maaf, Dok. Aku bukan bermaksud menyembunyikan cerita tentang mendiang suamiku. Tapi aku tidak ingin membuka lembaran itu lagi” jelas Anabella.

“Tapi aku khawatir mendiang suami anda adalah penyebab dari kondisi yang anda alami sekarang”

Tiba-tiba saja Anabella menangis lagi. Miko hanya bisa menghela nafas dan menenangkannya.

“Baiklah, Nyonya Anabella. Maaf, aku bukan memaksamu. Aku hanya ingin membantumu keluar dari akar masalahmu”

“Ya, aku tahu, Dokter” Anabella mengusap air matanya. “Bisakah sekarang aku beristirahat dulu. Besok aku akan kembali untuk berbicara lebih banyak, Dok” ucap Anabella.

“Ya, baiklah. Jika itu bisa membuat anda tenang. Istirahatlah dulu” Miko mengusap lengan atas Anabella dengan tenang.

Hampir satu pekan sudah Miko menangani masalah yang di derita Anabella. Tapi ia belum bisa membuat wanita depresi itu benar-benar membaik, atau setidaknya ada kemajuan untuk kesembuhannya.

Di suatu malam,

Di sebrang kedai kopi yang terpampang plang neon bertuliskan ‘Moren Coffee Cafe’. Miko berdiri disana, di depan mobilnya yang mogok. Dengan kap depan mobil yang terbuka, wanita itu mencoba melihat sesuatu di dalam mesin mobilnya, walaupun ia benar-benar tidak mengerti tentang masalah mesin mobil.

Miko memijit keningnya sendiri sambil sebelah tangannya berdecak di pinggang.

‘Ugh! Ada apa dengan mobilku. Akh, sial. Ponselku lowbath” keluhnya di depan mobil yang rusak.

Tak berselang lama, sebuah mobil sedan mewah berhenti setelah melewatinya jarak beberapa meter. Mobil itu menepi. Seseorang keluar dari dalamnya.

Miko seolah hapal dengan mobil tersebut. Seorang pria yang juga tak asing untuk Miko melangkah menghampirinya.

“Dokter? kenapa mobilmu?” tanya Morino yang sudah mendekat kearah Miko.

“Ah, Tuan Morino. Kebetulan sekali. Entahlah, aku tidak terlalu mengerti mesin. Dia mogok tiba-tiba” jelas Miko menunjuk pada mobilnya.

“Biar kulihat”

Morino mendekati kap mobil. Ia mengecek beberapa kabel dan yang lainnya.

“Sepertinya alternatornya bermasalah. Lalu oli gear …” Morino bergumam sendiri.

“Anda bisa memperbaikinya?”

“Um, sepertinya harus di bawa ke bengkel” jawab Morino.

"Ck!" Decak Miko.

“Aku akan menghubungi derek” ucap Morino lagi.

Miko memijit keningnya. “Bagaimana caranya aku pulang” keluhnya pelan, namun ternyata Morino bisa mendengarnya.

“Aku bisa mengantarmu pulang. Besok pagi mobilmu akan diantar kerumahmu. Aku kenal dengan pemilik bengkel di tikungan jalan sana” ujar Morino memberi solusi.

“Tapi, aku jadi merepotkanmu, Tuan Morino” ucap Miko merasa tidak enak.

“Aku tidak merasa direpotkan. Yang mengantar dan mengambil mobilmu montir, kan. Bukan aku” ujar Morino.

“Oya Dokter. Bagaimana jika ku traktir kopi di kedai sana. Kebetulan aku memang ingin kesana tadinya, dan ada yang ingin kubicarakan juga padamu tentang Anabella”

“Begitu ya. Baiklah”

Mereka sampai di kedai kopi. Morino memesan ekspresso, sedangkan Miko memesan latte.

Mereka duduk berhadapan di meja mungil berwarna putih.

“Bagaimana perkembangan istri anda?” tanya Miko memulai pembicaraan.

“Dia masih suka berhalusinasi. Tapi dia lebih tenang beberapa pekan terakhir ini”

Morino mengeluarkan rokok dari jasnya. Ia mulai menyalakan pemantik api, kemudian menyesap lalu menghembuskannya.

“Sepertinya Nyonya Anabella masih tidak mau membicarakan tentang Warlen padaku”

“Dia memang tidak ingin membuka luka lamanya”

“Tapi apa itu berarti Nyonya Anabella tidak ingin berusaha menyembuhkan dirinya sendiri? Karena semakin ia simpan kepahitan itu, dan tidak melepaskannya, semakin dia berada dalam penyiksaan ”

“Aku juga sampai bingung dan kehabisan akal memikirkannya”

Miko diam sejenak, kemudian memandang Morino.

“Sepertinya anda sangat menyayangi Nyonya Anabella” ucap Miko.

“Apa kelihatannya begitu?” Morino tersenyum kecil. “Tapi aku tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya. Banyak teman atau kerabatku yang sudah mengetahui keadaan Anabella, mereka menyarankan aku untuk menceraikannya. Tapi aku bilang pada mereka, tidak. Aku tidak akan menceraikan istriku”

“Maaf, Tuan Morino. Jika sempat juga terlintas pertanyaan yang sama di benakku. Anda memiliki semuanya, kekayaan, jabatan dan semua yang diinginkan pria. Anda juga bisa dengan mudah memiliki wanita manapun yang anda inginkan. Tapi aku sangat salut dengan kesetiaan anda”

Morino tersenyum lebar. “Terimakasih untuk pujiannya, Dokter. Tapi aku merasa belum menjadi suami yang baik untuknya”

“Aku rasa kesetiaan anda sudah lebih dari baik, Tuan Morino”

Morino menatap Miko agak lama. Ketika Miko mulai menyadari dirinya di tatap pria itu, ia agak canggung, menunduk mengalihkan pandangannya kearah kopi latte didepannya. Morino juga akhirnya mengalihkan wajahnya ke sisi lain.

“Oya, aku sempat kerumah Nyonya Anie, kakak Nyonya Anabella. Tapi kenapa anda tidak bilang jika ia tidak bisa bicara?”

Wajah Morino sempat berubah serius.

“Anda kesana?” tanya Morino.

“Ya, kebetulan kemarin aku berada di kota yang sama dengan letak rumahnya”

“Ya, dia memang tidak bisa bicara” ucap Morino dengan wajah datar.

“Baiklah. Bagaimana jika kuantar anda sekarang. Sepertinya sudah semakin malam” ucap Morino.

“Baiklah. Terimkasih untuk semuanya”

Mereka menyusuri kota di malam hari.

Suasananya agak canggung berdua di dalam mobil. Hanya ada suara selintas mobil-mobil di luaran.

“Maaf jika aku bertanya, Dok. Apa, anda belum memikirkan untuk menikah?” tanya Morino tiba-tiba sambil menyetir.

Miko tersenyum sedikit malu.

“Ada keinginan kesana, tapi terkadang aku di sibukkan dengan pekerjaanku, jadi kadang terlupakan”

Morino hanya tersenyum tipis.

"Makanan apa yang paling anda suka Dok?"

Sebuah pertanyaan basa-basi terlontar dari Morino disela suasana yang hening.

"Aku suka yang manis"

"Kalau anda?" Miko ikut berbasa-basi.

"Aku apa saja"

Morino mengantar Miko sampai ke depan pagar rumahnya.

Ketika Miko turun dari kursi mobil, baru satu kaki yang melangkah keluar. Sesuatu berwarna pink jatuh di kursi mobil dari saku blazer Miko.

“Dokter, ada sesuatu yang jatuh!” sambar Morino buru-buru setelah melihat benda yang tertinggal di kursi mobil.

“Ah, mungkin kotak headset wireless-ku” ucap Miko yang sudah keluar dari mobil.

Miko segera menunduk akan mengambil benda miliknya, tapi niatnya berbarengan dengan Morino. Pria itu juga ikut mengambilkan kotak mungil itu dari kursi dan niatnya akan memberikan pada Miko.

Alhasil kedua jemari mereka bertemu. Menindih dan bersentuhan.

“Eh” Mereka sempat bertatap sepersekian detik.

Miko dengan cepat mengambil kotak headset miliknya dan tiba-tiba canggung.

Setelah Miko sudah hampir berdiri dan menutup pintu mobil, pria itu membuka kaca jendela mobil otomatis.

“Maaf merepotkan, Tuan. Terimakasih sekali lagi!” ucap Miko dari luar mobil sedikit menunduk.

“Sama-sama, Dokter. Aku pamit” Kemudian kaca mobil menutup, dan mobil Morino berlalu dari sana.

Morino tersenyum dengan sudut bibirnya sambil mengemudi.

Miko merubuhkan tubuhnya di ranjang. Matanya menerawang memandang langit-langit kamar. ‘Ah, lelahnya’ Miko diam sesaat, seolah memikirkan sesuatu. ‘Beruntungnya Anabella, memiliki suami tampan dan setia seperti Morino’ Tapi tiba-tiba ia melihat pesan masuk di ponselnya. Dengan keadaan malas ia membuka pesan tersebut.

Kepala Miko langsung menegak. ‘Ha, dari Anabella?’ Miko membaca pesannya.

Terpopuler

Comments

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

tuh kan, kayanya morino suka sama miko, tapi kayanya morino juga misterius gitu ya

2024-12-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Istri Pengacara
2 BAB 2 - VISUAL
3 BAB 3 - Kunjungan Penjara
4 BAB 4 - Pertemuan dengan Morino
5 BAB 5 - Yang sebenarnya
6 BAB 6 - Psikopat itu ternyata...
7 BAB 7 - Dia menyukaimu
8 BAB 8 - Pertemuan dengan sang Psikopat
9 BAB 9 - Ledakan mobil
10 BAB 10 - Rencana pindah
11 BAB 11 - Pindah rumah
12 BAB 12 - Helena
13 BAB 13 - Perampok
14 BAB 14 - Tertangkap
15 BAB 15 - Dirumah Morino
16 BAB 16 - Pernikahan
17 BAB 17 - Bulan madu
18 BAB 18 - VISUAL
19 BAB 19 - Miko terusir
20 BAB 20 - Kesadisan Morino
21 BAB 21 - Masa kecil
22 BAB 22 - Kepahitan masa lalu
23 BAB 23 - Belum siap
24 BAB 24 - Ruang di belakang garasi
25 BAB 25 - Ketakutan
26 BAB 26 - Osborn
27 BAB 27 - Anak Duta besar yang kurang ajar
28 BAB 28 - Kelakuan Key
29 BAB 29 - Morino ditangkap
30 BAB 30 - Mencari kebenaran
31 BAB 31 - Curiga
32 BAB 32 - Ketakutan sang Detektif
33 BAB 33 - Menemui Cylia
34 BAB 34 - Menghubungi Kakek Morino
35 BAB 35 - Surat dari Anie
36 BAB 36 - Terungkapnya pengkhianatan
37 BAB 37 - VISUAL
38 BAB 38 - Kediaman Morgan
39 BAB 39 - Pasien
40 BAB 40 - Morino bebas dari tuduhan
41 BAB 41 - Rekaman
42 BAB 42 - VISUAL
43 BAB 43 - Penggoda
44 BAB 44 - Godaan Becky
45 BAB 45 - Penyakit Miko
46 BAB 46 - Masuk rumah
47 BAB 47 - Tragedi Lemari
48 BAB 48 - Menyimpan berita
49 BAB 49 - Miko menenangkan Eve
50 BAB 50 - Tenggelam
51 BAB 51 - Penjelasan Jericho
52 BAB 52 - Kamar hotel
53 BAB 53 - Jebakan
54 BAB 54 - Membuktikan
55 BAB 55 - Tugas untuk Miko
56 BAB 56 - Tidak membunuh lagi
57 BAB 57 - Kepercayaan
58 BAB 58 - Kediaman Josen
59 BAB 59 - di penginapan
60 BAB 60 - Perjalanan mencari 3 anak Josen
61 BAB 61 - Perasaan terpendam Jericho
62 BAB 62 - Rasa yang tersiksa
63 BAB 63 - Jericho Tertembak
64 BAB 64 - Tidak berharga
65 BAB 65 - Berkumpul anak Josen
66 BAB 66 - Sebuah kesalahan
67 BAB 67 - Suasana canggung
68 BAB 68 - Kembali kerumah
69 BAB 69 - Pertemuan Jericho dengan Julia
70 BAB 70 - Anderson
71 BAB 71 - Kepingan puzzle
72 BAB 72 - Pria misterius
73 BAB 73 - Kesalahan
74 BAB 74 - VISUAL
75 BAB 75 - Insting Leo
76 BAB 76 - Miko menghilang?
77 BAB 77 - Miko di tempat Black Joe
78 BAB 78 - Bertemu Black Joe
79 BAB 79 - Lukisan
80 BAB 80 - Tertangkapnya Black Joe
81 BAB 81 - Pria di dekat Julia
82 Bab 82
83 BAB 83 - Kegagalan
84 BAB 84 - Pembalasan dari Morino
85 BAB 85 - Seperti semua akan berakhir
Episodes

Updated 85 Episodes

1
BAB 1 - Istri Pengacara
2
BAB 2 - VISUAL
3
BAB 3 - Kunjungan Penjara
4
BAB 4 - Pertemuan dengan Morino
5
BAB 5 - Yang sebenarnya
6
BAB 6 - Psikopat itu ternyata...
7
BAB 7 - Dia menyukaimu
8
BAB 8 - Pertemuan dengan sang Psikopat
9
BAB 9 - Ledakan mobil
10
BAB 10 - Rencana pindah
11
BAB 11 - Pindah rumah
12
BAB 12 - Helena
13
BAB 13 - Perampok
14
BAB 14 - Tertangkap
15
BAB 15 - Dirumah Morino
16
BAB 16 - Pernikahan
17
BAB 17 - Bulan madu
18
BAB 18 - VISUAL
19
BAB 19 - Miko terusir
20
BAB 20 - Kesadisan Morino
21
BAB 21 - Masa kecil
22
BAB 22 - Kepahitan masa lalu
23
BAB 23 - Belum siap
24
BAB 24 - Ruang di belakang garasi
25
BAB 25 - Ketakutan
26
BAB 26 - Osborn
27
BAB 27 - Anak Duta besar yang kurang ajar
28
BAB 28 - Kelakuan Key
29
BAB 29 - Morino ditangkap
30
BAB 30 - Mencari kebenaran
31
BAB 31 - Curiga
32
BAB 32 - Ketakutan sang Detektif
33
BAB 33 - Menemui Cylia
34
BAB 34 - Menghubungi Kakek Morino
35
BAB 35 - Surat dari Anie
36
BAB 36 - Terungkapnya pengkhianatan
37
BAB 37 - VISUAL
38
BAB 38 - Kediaman Morgan
39
BAB 39 - Pasien
40
BAB 40 - Morino bebas dari tuduhan
41
BAB 41 - Rekaman
42
BAB 42 - VISUAL
43
BAB 43 - Penggoda
44
BAB 44 - Godaan Becky
45
BAB 45 - Penyakit Miko
46
BAB 46 - Masuk rumah
47
BAB 47 - Tragedi Lemari
48
BAB 48 - Menyimpan berita
49
BAB 49 - Miko menenangkan Eve
50
BAB 50 - Tenggelam
51
BAB 51 - Penjelasan Jericho
52
BAB 52 - Kamar hotel
53
BAB 53 - Jebakan
54
BAB 54 - Membuktikan
55
BAB 55 - Tugas untuk Miko
56
BAB 56 - Tidak membunuh lagi
57
BAB 57 - Kepercayaan
58
BAB 58 - Kediaman Josen
59
BAB 59 - di penginapan
60
BAB 60 - Perjalanan mencari 3 anak Josen
61
BAB 61 - Perasaan terpendam Jericho
62
BAB 62 - Rasa yang tersiksa
63
BAB 63 - Jericho Tertembak
64
BAB 64 - Tidak berharga
65
BAB 65 - Berkumpul anak Josen
66
BAB 66 - Sebuah kesalahan
67
BAB 67 - Suasana canggung
68
BAB 68 - Kembali kerumah
69
BAB 69 - Pertemuan Jericho dengan Julia
70
BAB 70 - Anderson
71
BAB 71 - Kepingan puzzle
72
BAB 72 - Pria misterius
73
BAB 73 - Kesalahan
74
BAB 74 - VISUAL
75
BAB 75 - Insting Leo
76
BAB 76 - Miko menghilang?
77
BAB 77 - Miko di tempat Black Joe
78
BAB 78 - Bertemu Black Joe
79
BAB 79 - Lukisan
80
BAB 80 - Tertangkapnya Black Joe
81
BAB 81 - Pria di dekat Julia
82
Bab 82
83
BAB 83 - Kegagalan
84
BAB 84 - Pembalasan dari Morino
85
BAB 85 - Seperti semua akan berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!