BAB 5 - Yang sebenarnya

-Dokter, besok aku ingin berkonsultasi di rumahku. Aku akan menceritakan sesuatu pada anda. Pembayaran biaya konsultasi anda sudah aku masukan ke rekening-

Seperti ada yang aneh …

Itulah yang terpikir oleh Miko. Ia mengerutkan alisnya. Mencoba menerka apa yang akan dikatakan pasiennya besok.

Sebuah suara notifikasi bunyi di ponsel Miko. ‘Ha! Dia mentransfer tiga kali lipat dari pembayaran seharusnya?!’ mata Miko membulat seketika, melihat angka di layar ponselnya.

Miko mencoba menghubungi Anabella berkali-kali. Tetapi sepertinya Anabella sudah me-non aktifkan ponselnya.

‘Baiklah, besok akan kutanyakan tentang ini’ Miko kembali merebahkan kepalanya di kasur.

Esok paginya, Anabella mendadak membatalkan jadwal konsultasinya. Ia mengirim pesan pada Miko. Kebetulan Miko juga diberi tugas untuk ke kantor Polisi di hari itu. Menangani pasien yang di duga mengidap gangguan jiwa dan berkaitan dengan kasus pidana.

“Bukankah ini tugas Dokter Aldist, Dok?” protes Miko pada atasannya yang meminta Miko menangani pasien tersebut di hari itu di sebrang telepon.

“Ya, memang. Tapi Dokter Aldist sedang ke luar Kota juga beberapa Psikiater Forensik, dan cuma anda yang punya jadwal lowong untuk menggantikannya, Dokter Miko. Tolong ya, kali ini saja” suara seorang pria agak tua sedikit memaksa Miko.

“Yah, mau bagaimana lagi, Dok” Miko menyerah.

Akhirnya Miko melajukan mobilnya ke kantor Polisi.

Di kantor Polisi, pasien itu sudah duduk di kursi ruang introgasi.

Miko di temani Penasihat hukum si pasien dan seorang penyidik, ia mulai mewawancarai pasien tersebut.

Hampir setengah jam di dalam ruangan, mereka sudah menyimpulkan hasilnya. Miko akhirnya keluar pintu ruang introgasi setelah beberapa saat yang lalu bersalaman dengan dua pria berjas disana.

Miko akan kembali kerumah sakit memberi laporan pada atasannya. Tapi di koridor sebelum sapai ke ruang informasi, mendadak Miko berpapasan dengan seseorang yang ia kenal.

“Tuan Morino?” alis Miko mengerut.

“Dokter? Sedang apa di sini?” tanya Morino yang mendadak menghentikan langkahnya.

Entah kenapa Miko sedikit tercengang hingga hampir lupa akan berkat apa.

“Ah, ini- aku dari ruang Interogasi” jawab Miko masih sedikit gugup sambil jemarinya menunjuk ruang yang berada beberapa meter di belakangnya.

“Siapa yang di interogasi?” selidik Morino lagi.

“Itu, pria dengan dakwaan pembunuhan. Aku hanya menggantikan Dokter Aldist melakukan pemeriksaan kondisi kejiwaan tersangka”

“Ah, begitu”

“Anda sendiri?” Miko diam sejenak, “Ah, maaf, seharusnya aku tidak perlu bertanya. Dari tugas anda pastinya berhubungan dengan kantor Polisi” tukas Miko yang menjawab sendiri pertanyaannya.

“Aku sudah selesai, tinggal menyerahkan dokumen” Morino sedikit tersenyum memperlihatkan beberapa map di tangannya. “Ah, ya. Dokter Miko, apa kau punya waktu sebentar untuk sekedar minum kopi. Dua gedung dari sini sepertinya ada mesin kopi. Mungkin kita bisa bicara sebentar beberapa menit di taman”

“A, bagaimana ya, Tuan Morino. Bukan aku menolak, tapi aku harus segera ke-”

“Aku janji tidak akan lama. Sebentar saja Dokter”

Ah, tatapan pria itu. Miko sampai salah tingkah. Tatapan Morino begitu tegas menembus kedalam manik mata Miko.

Miko diam sesaat.

“Bagaimana, Dokter?” tanya pria itu lagi.

Miko luluh, akhirnya mengatakan, “Baiklah, tapi sebentar saja, ya”

Mereka menuju mesin kopi otomatis yang berada di depan gedung percetakan. Lalu mereka menuju bangku taman tak jauh dari kantor Polisi.

“Apa yang ingin anda bicarakan, Tuan Morino?” tanya Miko sambil menunggu kopinya sedikit hangat.

“Biasa, tentang istriku”

Setelah mereka membicarakan hal tentang Anabella.

“Dokter, aku ingin bertanya satu hal. jika seseorang mengalami perasaan ingin membunuh orang lain, yang kutahu itu termasuk penyakit kejiwaan, lalu apa katagori penyakitnya?” tanya Morino tiba-tiba.

“Bisa jadi dia mengalami Antisocial Personality Disorder atau bisa juga dikatagorikan psikopat atau sosiopat. Atau bisa jadi dia mengalami Skizofrenia paranoid. Semua tergantung analisis setelah dilakukan pemeriksaan”

Morino terdiam.

Miko menatap Morino lekat. “Apa klien anda ada yang mengalami kondisi seperti itu, Tuan Morino?”

“Um, tidak. Aku hanya bertanya”

“Sebaiknya diperiksakan dulu, agar lebih jelas penanganannya”

“Ya, baik. Terimakasih informasinya, Dok”

“Ohya, besok sesi konseling istri anda. Apa anda akan menemani?”

“Sayang sekali, aku harus ke luar Kota besok” jawab Morino.

“Ah, baiklah”

“E, Dokter ...” Morino memenggal kalimatnya. Membuat Miko menatapnya serius, menunggu kata selanjutnya.

“Ya?, apa ada yang ingin anda sampaikan lagi, Tuan Morino?” tanya Miko akhirnya.

“Tidak. Maksudku, maaf, jika aku sedikit menyinggung anda. Tapi- sepertinya sayang sekali wanita seperti anda jika harus terus sendiri. Anda cerdas, dan-”

“Maksud anda? Aku harus segera memiliki pasangan?” senyum Miko memiliki arti dalam.

“Maaf sekali lagi. Aku bukan siapa-siapa. Tidak berhak mengatur hidup anda”

“Tidak apa, Tuan Morino. Teman-temanku juga banyak yang bertanya hal yang sama. Kapan aku akan menikah, kapan aku bisa memperkenalkan pada mereka pasanganku. Itu hal biasa untukku”

Senyum di bibir Miko mengembang. Ia menunduk merapihkan beberapa map di pangkuannya.

“Tapi aku memang belum menemukan pria yang cocok. Atau memang belum ada yang mau mendekatiku”

“Itu tidak mungkin!” sanggah Morino cepat, entah sadar atau tidak.

“Maaf?” alis Miko menyempit tidak mengerti kalimat Morino.

“Ah, maksudku, tidak mungkin tidak ada pria yang mencoba mendekati anda. Barangkali selera anda yang terlalu tinggi, Dok” tukas Morino membuat Miko tersenyum renyah.

“Anda terlau melebih-lebihkan, Tuan Morino. Aku tidak punya selera tertentu dalam memilih pasangan. Maaf, apa obrolan kita terlau jauh, ya?”

Wajah Miko sudah bersemu merah. Ia berusaha menahan malu dengan sesekali menunduk.

“Maaf, kalau begitu” Morino juga ikut menunduk sesaat

Morino menatap Miko dari samping. Tatapan pria itu tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia terpesona dengan kecantikan Miko.

“Maaf Tuan Morino, jika sudah selesai aku akan segera ke rumah sakit”

“Ah, ya. Aku rasa sudah. Terimakasih untuk waktunya Dokter. Tapi aku rasa aku akan menghabiskan kopiku sebentar lagi”

“Baiklah. Aku duluan kalau begitu. Permisi”

Miko bangkit dari kursi taman, dan berlau berjalan kaki kembali ke kantor Polisi mengambil mobilnya.

Mereka berpisah di taman itu.

Morino masih duduk di bangku taman sambil menghabiskan sisa kopinya. Ia terus menatap Miko dari kejauhan, hingga wanita itu menghilang dari pandangannya.

 

Esoknya,

Miko ada jadwal konseling di rumah Anabella. Tapi seseorang mengetuk pintu rumah Miko pagi-pagi sekali.

Miko yang belum sempat merapihkan rambutnya, melihat dari kaca jendela. 'Ah ternyata Nyonya Elie' Miko membuka pintu.

Seorang wanita tua agak kurus menunggu Miko di depan pintu.

"Selamat pagi Nyonya Elie. Ada yang bisa kubantu?" Sapa Miko ramah.

"Ini Nak, ada titipan untukmu. Tadi ada seorang pria tampan memberiku sekotak kue, dan ia menitipkan ini juga untuk diberikan padamu. Kebetulan tadi aku sedang depan pagar. Ah, Miko, dia sangat tampan. Apa dia calon suamimu?" Senyum wanita tua itu membuat alis Miko menyempit

"Seorang pria? Aku belum punya kekasih, Nyonya. Terimakasih telah mengantarnya untukku" Miko tersenyum ramah pada wanita itu.

"Ya, aku juga mendapat sekotak kecil dari si pria tampan tadi. Ah, dia romantis sekali. Andai aku masih muda sepertimu, Miko" Miko tertawa kecil mendengar kalimat demi kalimat si wanita tua hingga ia melangkah pergi dengan langkah pelan.

Miko membuka kotak putih tersebut, ternyata isinya kue lapis kacang dengan saus coklat diatasnya.

Mata miko membulat, berbinar memandang kue lezat di hadapannya.

Ia tidak menemukan sebuah kartu apapun. Miko hanya bisa menebak-nebak siapa pengirimnya.

"Apa mungkin ini dari suami Anabella, Morino? Kemarin dia sempat bertanya padaku makanan yang kusuka. Tapi apa iya dia yang mengirim?"

Miko langsung melahap kue itu. Seolah lupa dengan tebakan siapa si pemberi kue. "Emph...enaknya" pipi Miko menggembung seketika.

Di rumah Anabella,

“Apa yang ingin anda ungkapkan, Nyonya? Aku sangat tidak sabar mendengarnya” ucap Miko yang duduk bersebelahan dengan Anabella di sofa mewah di rumah yang juga mewah.

“Dokter. Sebaiknya anda cepat meninggalkan Kota ini atau jika perlu anda pergilah ke Luar Negeri. Jangan lagi bertemu dengan suamiku. Setelah pengakuanku ini, anda jangan lagi berada disini”

Miko menjadi tegang mendengar kalimat pembuka dari Anabella.

“Memangnya apa yang sebenarnya terjadi?”

“Sebenarnya penyakitku tidak akan bisa disembuhkan, Dok. Bahkan dengan konsultasi pada anda. Karena sumber masalahku masih selalu berada di dekatku. Morino, suamiku adalah sosok pria yang ada di halusinasiku. Dan sebenarnya itu bukanlah halusinasi, tapi itu adalah kenyataan”

Deg!

Terpopuler

Comments

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

aku udah curiga sih kl morino gak sebaik tampilannya, ya kali laki2 berkelas, dikejar2 perempuan, kaya raya mau punya istri gangguan kejiwaan, setia pula... pasti ada apa2nya ya kan

2024-12-13

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Istri Pengacara
2 BAB 2 - VISUAL
3 BAB 3 - Kunjungan Penjara
4 BAB 4 - Pertemuan dengan Morino
5 BAB 5 - Yang sebenarnya
6 BAB 6 - Psikopat itu ternyata...
7 BAB 7 - Dia menyukaimu
8 BAB 8 - Pertemuan dengan sang Psikopat
9 BAB 9 - Ledakan mobil
10 BAB 10 - Rencana pindah
11 BAB 11 - Pindah rumah
12 BAB 12 - Helena
13 BAB 13 - Perampok
14 BAB 14 - Tertangkap
15 BAB 15 - Dirumah Morino
16 BAB 16 - Pernikahan
17 BAB 17 - Bulan madu
18 BAB 18 - VISUAL
19 BAB 19 - Miko terusir
20 BAB 20 - Kesadisan Morino
21 BAB 21 - Masa kecil
22 BAB 22 - Kepahitan masa lalu
23 BAB 23 - Belum siap
24 BAB 24 - Ruang di belakang garasi
25 BAB 25 - Ketakutan
26 BAB 26 - Osborn
27 BAB 27 - Anak Duta besar yang kurang ajar
28 BAB 28 - Kelakuan Key
29 BAB 29 - Morino ditangkap
30 BAB 30 - Mencari kebenaran
31 BAB 31 - Curiga
32 BAB 32 - Ketakutan sang Detektif
33 BAB 33 - Menemui Cylia
34 BAB 34 - Menghubungi Kakek Morino
35 BAB 35 - Surat dari Anie
36 BAB 36 - Terungkapnya pengkhianatan
37 BAB 37 - VISUAL
38 BAB 38 - Kediaman Morgan
39 BAB 39 - Pasien
40 BAB 40 - Morino bebas dari tuduhan
41 BAB 41 - Rekaman
42 BAB 42 - VISUAL
43 BAB 43 - Penggoda
44 BAB 44 - Godaan Becky
45 BAB 45 - Penyakit Miko
46 BAB 46 - Masuk rumah
47 BAB 47 - Tragedi Lemari
48 BAB 48 - Menyimpan berita
49 BAB 49 - Miko menenangkan Eve
50 BAB 50 - Tenggelam
51 BAB 51 - Penjelasan Jericho
52 BAB 52 - Kamar hotel
53 BAB 53 - Jebakan
54 BAB 54 - Membuktikan
55 BAB 55 - Tugas untuk Miko
56 BAB 56 - Tidak membunuh lagi
57 BAB 57 - Kepercayaan
58 BAB 58 - Kediaman Josen
59 BAB 59 - di penginapan
60 BAB 60 - Perjalanan mencari 3 anak Josen
61 BAB 61 - Perasaan terpendam Jericho
62 BAB 62 - Rasa yang tersiksa
63 BAB 63 - Jericho Tertembak
64 BAB 64 - Tidak berharga
65 BAB 65 - Berkumpul anak Josen
66 BAB 66 - Sebuah kesalahan
67 BAB 67 - Suasana canggung
68 BAB 68 - Kembali kerumah
69 BAB 69 - Pertemuan Jericho dengan Julia
70 BAB 70 - Anderson
71 BAB 71 - Kepingan puzzle
72 BAB 72 - Pria misterius
73 BAB 73 - Kesalahan
74 BAB 74 - VISUAL
75 BAB 75 - Insting Leo
76 BAB 76 - Miko menghilang?
77 BAB 77 - Miko di tempat Black Joe
78 BAB 78 - Bertemu Black Joe
79 BAB 79 - Lukisan
80 BAB 80 - Tertangkapnya Black Joe
81 BAB 81 - Pria di dekat Julia
82 Bab 82
83 BAB 83 - Kegagalan
84 BAB 84 - Pembalasan dari Morino
85 BAB 85 - Seperti semua akan berakhir
Episodes

Updated 85 Episodes

1
BAB 1 - Istri Pengacara
2
BAB 2 - VISUAL
3
BAB 3 - Kunjungan Penjara
4
BAB 4 - Pertemuan dengan Morino
5
BAB 5 - Yang sebenarnya
6
BAB 6 - Psikopat itu ternyata...
7
BAB 7 - Dia menyukaimu
8
BAB 8 - Pertemuan dengan sang Psikopat
9
BAB 9 - Ledakan mobil
10
BAB 10 - Rencana pindah
11
BAB 11 - Pindah rumah
12
BAB 12 - Helena
13
BAB 13 - Perampok
14
BAB 14 - Tertangkap
15
BAB 15 - Dirumah Morino
16
BAB 16 - Pernikahan
17
BAB 17 - Bulan madu
18
BAB 18 - VISUAL
19
BAB 19 - Miko terusir
20
BAB 20 - Kesadisan Morino
21
BAB 21 - Masa kecil
22
BAB 22 - Kepahitan masa lalu
23
BAB 23 - Belum siap
24
BAB 24 - Ruang di belakang garasi
25
BAB 25 - Ketakutan
26
BAB 26 - Osborn
27
BAB 27 - Anak Duta besar yang kurang ajar
28
BAB 28 - Kelakuan Key
29
BAB 29 - Morino ditangkap
30
BAB 30 - Mencari kebenaran
31
BAB 31 - Curiga
32
BAB 32 - Ketakutan sang Detektif
33
BAB 33 - Menemui Cylia
34
BAB 34 - Menghubungi Kakek Morino
35
BAB 35 - Surat dari Anie
36
BAB 36 - Terungkapnya pengkhianatan
37
BAB 37 - VISUAL
38
BAB 38 - Kediaman Morgan
39
BAB 39 - Pasien
40
BAB 40 - Morino bebas dari tuduhan
41
BAB 41 - Rekaman
42
BAB 42 - VISUAL
43
BAB 43 - Penggoda
44
BAB 44 - Godaan Becky
45
BAB 45 - Penyakit Miko
46
BAB 46 - Masuk rumah
47
BAB 47 - Tragedi Lemari
48
BAB 48 - Menyimpan berita
49
BAB 49 - Miko menenangkan Eve
50
BAB 50 - Tenggelam
51
BAB 51 - Penjelasan Jericho
52
BAB 52 - Kamar hotel
53
BAB 53 - Jebakan
54
BAB 54 - Membuktikan
55
BAB 55 - Tugas untuk Miko
56
BAB 56 - Tidak membunuh lagi
57
BAB 57 - Kepercayaan
58
BAB 58 - Kediaman Josen
59
BAB 59 - di penginapan
60
BAB 60 - Perjalanan mencari 3 anak Josen
61
BAB 61 - Perasaan terpendam Jericho
62
BAB 62 - Rasa yang tersiksa
63
BAB 63 - Jericho Tertembak
64
BAB 64 - Tidak berharga
65
BAB 65 - Berkumpul anak Josen
66
BAB 66 - Sebuah kesalahan
67
BAB 67 - Suasana canggung
68
BAB 68 - Kembali kerumah
69
BAB 69 - Pertemuan Jericho dengan Julia
70
BAB 70 - Anderson
71
BAB 71 - Kepingan puzzle
72
BAB 72 - Pria misterius
73
BAB 73 - Kesalahan
74
BAB 74 - VISUAL
75
BAB 75 - Insting Leo
76
BAB 76 - Miko menghilang?
77
BAB 77 - Miko di tempat Black Joe
78
BAB 78 - Bertemu Black Joe
79
BAB 79 - Lukisan
80
BAB 80 - Tertangkapnya Black Joe
81
BAB 81 - Pria di dekat Julia
82
Bab 82
83
BAB 83 - Kegagalan
84
BAB 84 - Pembalasan dari Morino
85
BAB 85 - Seperti semua akan berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!