"Yuna, ayo makan dulu sayang," kata Rima sambil membawa nampan berisi makanan untuk Yuna.
"Aku tidak enak makan, Ma," jawab Yuna, males.
Dreeeet... Dreeet....
Ponsel Yuna berdering, sebuah pesan masuk,dibukanya pesan dari nomor yang tak dikenal.
Yuna, kamu mungkin sedang berfikir untuk mengatakan kalau aku dan Vano sering tidur bersama, boleh, silahkan, tapi apakah kau tidak di anggap berlebihan? Mamamu menyukaiku loh, dan siapa juga yang akan percaya kalau aku akan tidur dan berhubungan badan dengan kakakku, karena kamu tak ada bukti. Yang ada kamu akan di anggap gila karena kalah cantik dariku.
Ternyata sebuah pesan dari Clara, Yuna mematikan ponselnya dan menaruhnya asal, rupanya obat penenang yang disuntikan oleh dokter tadi pagi masih bekerja.
"Yuna, sebenarnya ada apa, sih? Kenapa kamu hiteris gitu?" tanya Heru yang sedari tadi menemaninya.
"Kenapa sih, aku terlahir jelek, berkulit gelap dan pendek?" ucap Yuna. Wajahnya nampak lesu dan tak bersemangat.
"Kenapa kamu tiba-tiba ngomong begitu, Sayang?" Rima mendekat dsnnmengelus lembut rambut putrinya.
"Tapi iya, kan Ma? Aku selengannya Vano, dan clara, dia memili tinggi yang proposional, bak model mana cantik lagi."
Kembali Yuna teringat akan kata-kata Clara kemarin tentang kenyataan dirinya yang tak secantik Clara.
Lihat cermin itu, mana wajah pas-pasan, pendek lagi. Wajar saja Vano tidak pernah nafsu melihatmu.
Lihat, Vano sedang tertidur pulas, dia kelelahan semalam bermain lama sekali denganku.
Memang kamu mau Vano nikahnya sama kamu, tapi tidurnya di kamarku dan melakukan aktifitas malam bersamaku.
Kata-kata ktu terus terngiang di telinga Yuna secara berulang-ulang, dia mencoba menutupi telinganya dengan kedua tangannya, dia nampak tersiksa.
Mendadak Yuna kembali histeris dan menghancurkan semuanya, Heru dan Rima sangat kebingungan dan panik setengah mati, begitu mendengar kata-kata Yuna, Heru paham apa dan siapa yang membuatnya kaya gini.
"Kenapa aku tidak secantik Clara, kenapa?" teriak Yuna.
Akhirnya mau tidak mau, Yuna dibawa ke pesekiater agar jiwanya lebih tenang. Karena sudah tergolong parah, dia dirawat inap. Agar tidak muncul gangguan-gangguan lagi dari luar.
Tidak terima dengan yang diperbuat Clara terhadap putrinya, Heru naik pitam di suruhnya salah 1 anak buahnya, untuk mencelakai Clara, beruntung bukan salah 1 dari 5 anak buah yang mengeroyok Clara lagi.
Merasa kehabisan akal, digunakannya cara kasar dan menyakitkan.
Siang itu Clara bersama Vano, Reza dan Lusi sedang berada di sebuah taman dekat komplek perumahan Lusi.
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, ada sebuah motor yang dikendarai oleh 2 pria membawa sesuatu yang siap ditumpahkan kepada Clara.
Dia menjauh dari sahabatnya, khawatir salah satu temannya termasuk kakaknya akan menerima imbas dari semuanya.
Jarak beberapa meter dari Clara berdiri pria yang dibonceng mengeluarkan sebuah botol kaca brrisi cairan bening.
Dengan cekatan Clara menendang pergelangan pria itu. Botol berisi cairan di tangannya tumpah dan mengeluarkan asap.
Tak memberi celah Clara menarik baju blakang pri itu dan mereka terjatuh.
Bahkan ads sedikit cairan yang diduga air keras telah mengenai lengan pria yang membawanya.
Tanpa ampun Clara langsung meninju wajah mereka, "Hey apa maksutmu melakukan ini padaku?"
"Maaf, saya hanya disuruh," jawab salah satu dari mereka.
"Siapa yang menyuruhmu?" bentak Vano emosi.
"Tenang, Kak, aku selama ini tidak punya musuh selain Heru, siapa lagi yang menyuruh mereka kalau bukan dia," ucap Clara sambil mengeluarkan HP nya, menyalakan rekaman video.
"Kalian ngaku, siapa yang nyuruh kalian, atau akan kami bawa kalian ke kantor polisi!" ancam Clara.
"I... Iya mbak, maaf, kami di suruh Bos Heru." Pria itu berkata terbata-bata dengan tangan keatas dan ketakutakan
"Apa maksuntnya melakukan ini padaku? Tidakkah dia malu? Dia bekerja jadi staf di perusahaan orang tuaku, anaknya dijodohkan dengan kakakku, lalu kenapa mencelaiku?"
"Maaf mbak, kami hanya disuruh, kami tidak tau, ampun, tolong jangan laporkan kami ke polisi."
"Ya sudah, pergi sana!"
Lusi berlari memeluk Clara, "Ra, kamu tidak apa-apa, kan?"
"Tidak, Lus, aku gapapa, sudahlah jangan panik, semua akan baik-baik saja, kok," kata Clara tersenyum.
Dalam hati Lusi merasa kagun pada Clara, bagaimana seorang wanita bisa seperti itu, pantas saja Reza mengaguminya, selain itu dia juga pemaaf pada yang tak berdaya, wajar kalau Vano juga menyanginya. Batinnya.
"Kamu hebat banget, Ra," puji Lusi.
Belum juga Clara menjawab, Reza dah nyahut duluan, "Rugi kalau ga hebat, latihannya saja juga berat."
Clara hanya tersenyum, karena Reza dulu juga sempat ikut seni bela diri di SMA nya tapi dia hanya betah 2 bulan saja, sedangkan Clara, sudah menekuni sejak kelas 1 SMP.
"Reza, Lusi, kami pulang dulu, ya, kasian ortu kami mereka uda nunggu," ucap Clara memohon diri.
Atas apa yang sudah menimpa Yuna anak semata wayangnya, Heru merasa benar-benar geram, terlebih mendengar anak buah yang diperintahkan menyiram wajah Clara dengan air keras juga gagal, dia benar-benar habis kesabarannya, pada hari itu juga, ia mendatangi Andrean sang sahabat untuk memberitahukan prilaku anak tirinya itu.
"Pah, mau kemana kamu?" tanya Rima.
"Aku akan ke rumah Andrean, akan aku beritahu bagaimana kelakuan anak tirinya itu!"
"Siapa maksut kamu, Pa? Clara?" Rima sangat heran dengan tingkah aneh suaminya.
"Siapa lagi." Heru Mendengus kesal wajahnya juga memerah akibat menahan emosi.
"Memangnya Clara kenapa? Bukannya dia anak baik?"
"Baik dari mana, Ma? Dia yang sudah membuat Yuna seperti ini."
"Apa buktinya?"
"Sudahlah, kau tidak akan pernah tau," ucap Heru lalu pergi meninggalkan isterinya.
Tiba di rumah Andrean, Heru marah-marah, melontarkan banyak makian terhadap Clara, hal itu membuat Vivian merasa sangat terpukul, sebagai ibu dia gagal mendidik anak, malah kini dia mempermalukan ayah tirinya yang jelas-jelas menyanginya.
"Kamu itu terlalu memanjakan Clara, lihat apa yang diperbuat Clara pada Yuna? Anakku dibuat mentalnya terganggu, kini dia dirawat di rumah sakit jiwa."
Andrean dan Vivian kebingungan, dengan apa yang dikatakan oleh Heru sahabatnya, setau mereka, Clara begitu baik kepada Yuna, tapi ini?
"Pak Heru, saya sebagai ibunya Clara sangat mengenal dia dengan baik, selama ini dia selalu dalam awasan kami, jadi sepertinya itu tidak mungkin," ucap Vivian, geram tidak terima mendengar kata-kata buruk tentang putrinya.
"Iya, Ru, Clara itu gadis baik, tidak mungkin dia melakukan itu, memang apa yang dilakukan Clara sampai Yuna separah itu?" Andrean menambahi.
Tidak ada istilah membela berlebihan dalam cara Andrean dan Vivian mendidik kedua anaknya, memang berdasarkan fakta Clara gadis baik, banyak teman dan tidak punya musuh.
"Halah, kalian cuma menutup-nutupi saja, kalau tidak percaya, lihat bagaimana kondisi Yuna gara-gara Clara!" teriak Heru.
Cukup lama Heru berteriak-teriak meluapkan emosinya, sampai Clara dan Vano tiba di rumah.
"Selamat siang Ma, Pa, Om," sapa Clara. Heru memandang keduanya dengan pandangan mendelik.
"Ini ada apa sih, Pa?" tanya Vano, berlagak tidak mengeri.
"Clara, Papa dan Mama akan tanya sesutu ke kamu, tolong ya kamu jawab jujur," ucap Andrean.
"Menurut Papa sama Mama gimana? Apa ada aura permusuhan antara aku dan Yuna selama dia ada di sini?"
"Heh, anak kecil, dasar gadis liar, kamu bisa berbohong kepada orang tuamu, tapi aku tidak bisa kau bohongi, Yuna menceritakan semuanya kepadaku, itulah anak terlalu dipercaya, lihat saja Andrean anak tirimu ini, masih belia sudah berjiwa iblis!" ucap Heru yang naik pitam.
Vivian merasa sakit hati dengan ucapan sahabat suaminya, dalam kata-katanya mengartikan dia tidak pecus menjadi ibu, dan bahkan Andrean ... Vivian hanya bisa mengalirkan air matanya saja.
"Om Heru, jaga kata-kata dan sikap Anda! Jangan sekali-kali mengatai adik saya dengan perkataan buruk, dan jangan lagi hina orang tua saya!" ucap Vanp emosi sambil mengepalkan kedua tangannya.
Sedangkan Clara, dia santai-santai saja, sedikitpun wajahnya tidak mencerminkan rasa sakit akibat ucapan Heru yang tak pantas.
"Jika anda tidak menyukai keluarga saya, ya sudah batalkan saja ide gila perjodohan antara aku dan Yuna, beres, kan?"
"Vano?" gumam Vivian, Andrean masih diam, dia tidak percaya sahabatnya tega mengatai anak gadisnya seperti itu, dan juga dirinya pula tentunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
tiffani
makin kesini malah g suka sikap clara.... koq dy malah suka menghina y...
2019-12-29
2
Parti ❤ ☕🌹
ciat nyap... nyap
2019-12-15
1
Nais Putriismanah
makin seru aja
2019-09-09
3