Dari dapur Vivian berjalan menuju taman belakang menghampiri Andrean, diletakannya dua cangkir teh manis di atas meja untuk dirinya dan Andrean.
Teh manis dan biskuit adalah sajian yang sakral bagi Vivian ketika membicarakan hal serius mengenai putra putri mereka bersama Andreanp, sebab Teh dipercaya bisa merileks kan pikiran dan mencairkan suasana.
"Mas, jangan selalu menyalahkan Vano dalam hal Clara menjadi anak seperti itu," ucap Vivian membuka pembicaraan.
"Lah, emang salah Vano, ngapain dia pake macarin adeknya, begitu dilarang malah adeknya di ajak petualang gitu," jawab Andrean tanpa mengalihkan pandangan pada laptopnya.
"Tapi perlu mas ingat, Clara dulu sangat tomboy dan pecicilan, bisa berubah feminin, juga karena Vano, kan?" Vivian masih belum menyerah.
"Aku mending lihat dia tomboy dari pada feminim tapi suka ke clup malam, mabok dan pulang ke apartemen membawa laki-laki, apa bedanya dengan Vano, Vano yang mengajari adeknya, dia tidak memberi contoh yang baik,"
Andrean mungkin lupa betapa kawatirnya dia melihat Clara yang tomboy dulu.
"Ra, kamu itu jadi perempuan yang kalem sedikitlah, jagan urakan kaya gitu, bicara yang halus, jangan teriak-teriak gitu, dan kalau jalan, ya lewat jalannya jangan lari nglompatin meja kursi, kaya sinetron laga saja," cetus Andran.
"Lelet tau Pa, kelamaan. Lihat tuh Mama, buktinya kalau Papa nungguin Mama dandan sampai jenggotnya tumbuh," bantah Clara lalu ngeloyong begitu saja dari meja makan, entah ke kamarnya atau kemana.
"Hmp, ngapain capek-capek ngomong sama dia, Mas? Ga bakalan dipake, dia kalau dinasehatin masuk dari kuping kanan keluar dari kuping kiri," kesal Vivian.
"Namanya orang tua, ya mengarahkan lah, Vin. Lihat semua laki-laki pada takut sama dia, temasuk Reza, cuma Erwin saja yang berani ke Clara, aku ga mau lah punya mantu seperti Erwin,"
"Hus! Ngomong apa sih, Mas?"
"Ya iyalah, kalau dia feminin banyak yang deketin, dan banyak pula calon mantu untuk diseleksi."
"Halah, kaya ajang pencarian bakat saja, Mas!"
Dua tahun kemudian, Clara berubah jadi sosok yang feminim, lembut dan tidak ada ketomboyan sedikitpun, hal itu membuat Vivian dan Andrean sangat bahagia, terlebih Vano lah yang merubah Clara.
Hal itu mereka ketahui ketika melihat Vano ada di kamar Clara. Menilai penampilan Clara saat mengenakan drees, "Begitu cantik, anggun, feminim, kenapa harus tomboy, sih?"
"Biar semua orang tau, Kak. Kalau wanita itu tidak lemah, contohnya aku!" jawab Clara.
"Iya, Kakak tahu, adek Kakak ini hebat kok," ucapnya lalu berbisik pada Clara, "Selembut atau sekalem apapun wanita itu kuat, Ra. Buktinya obat kuat diciptakan untuk laki-laki buat hadapi Wanita, loh."
Tawa Clara pun langsung meledak, disusul pula oleh tawa Vano, "Hahaha."
"Dasar, fiktor kaka ini," ucap Clara sambil memukul lengan Vano.
Hal itu sukses membuat Clara berubah, perubahan Clara disambut senang oleh Andrean dan Vivian.
Namun hal itu tidak berjalan lama, 4 bulan setelah itu, Vano terang-terangan kepada kedua orang tuanya kalau keduanya saling mencintai dan ingin segera menikah.
Jelas hal itu ditentang oleh kedua orang tua mereka, Andrean kala itu benar-benar marah pada Vano, sampai-sampai dia lepas kendali menghajar Vano, seperti gebukin maling.
Melihat hal itu Clara tidak hanya diam, dia memeluk tubuh Vano untuk melindungi dari pukulan dan tendangan Andrean, sehingga Clarapun juga terkena imbasnya.
"Clara, jangan halangi Papa!"
"Bukan cuma Kak Vano yang salah, Pa, Clara juga, kalau mau mukul, pukul Clara juga! Jangan hanya Kakak."
"Tidak, dia itu play boy, pasti kamu sudah kena rayuannya, dan pasti dia sudah hancurkan kamu."
"Stop Pah, sudah, biar kalian puas,Clara akan pergi," ucap Clara lalu berlari keluar rumah.
Karena Clara dalam kondisi tak seimbang, dia tidak memperhatikan keselamatannya, begitu keluar halaman langsung disambut mesra oleh sebuah mobil yang membuat Clara terpental dan tak sadarkan diri.
Ada hikmah yang bisa diambil Vivian dan Andrean dari kecelakaan itu, Clara yang kritis tidak akan ditangani apabila Vano tidak membuat surat perjanjian untuk menyangi Clara tidak lebih sebagai adik saja.
Memang hal itu sulit bagi Vano dulu, tapi demi keselamatan Clara, mau tidak mau Vano melakukan hal itu, meski dengan cara mengajak tidur banyak wanita di apartemennya, supaya Clara membencinya, tapi Clara justru melakukan hal serupa pula.
Vano sebenarnya sangat terbelenggu dengan semua ini, termasuk menerima perjodohan dengan Yuna, wanita biasa bagi Vano, yang sedikitpun tidak memiliki tempat di hatinya.
"Ayo, diminum tehnya, Mas!" ucap Vivian, namun Adrean masih bergeming.
"Mas, denger ga, sih?"
"Eh, iya, maaf sayang," ucap andean sambil menjawil dagu Vivian.
"Mas, kamu yakin jodohin Vano sama Yuna?"
"Habis, ga ada cara lain, Vin, biar Clara kuliah di USA, sementara itu kita atur pernikahan Vano dan Yuna," jawab Andrean lalu menyeruput teh hangat buatan sang isteri.
"Kok, aku ragu ya Mas, karena mereka masih sama-sama cinta kayanya."
"Clara itu sering melihat Vano berganti-ganti Wanita, pastilah dia mikir 2X untuk tetap mencintai Vano,di tinggal koma 4 hari dan terbaring di RS selama 1 bulan saja Vano uda ga setia, gimana kalau mereka menikah?" jawab Andrean Yakin dengan strateginya.
Vivianpun mengangguk, paham, pikirannya masih teringat beberapa bulan lalu, sebelum Vano dijodohkan dengan anak Sahabat suaminya, mereka berdua di kamar berpelukan dan berciuman.
Tetapi hal itu ditepis, manakala Clara terlihat emosi dan Vano tidak berusaha menenangkan Clara saat pejodohan kemarin, dan ketika Vano pulang dengan muka lebam, keduanya nampak meributkan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Parti ❤ ☕🌹
maaf thor aku bingung alur ceritanya tarik ulur
2019-12-15
1
Fitri Lin
nikahin aja sih mereka
.dalam agama jg gk ngelarang kok..krna mereka tdk ada hubungan darah...dripda ditntang terus nnti ujung2ny jd zina...
2019-10-09
2
Nais Putriismanah
nikahin aja cuma saudara tiri
2019-09-09
2