"Hay hay hay gaesss... Sini sini mari, ayo siapa yang mau ikut sayembara dari Erlin Ariwahyuni yang cantiknya ngalahin Syahrini," teriakan Erwin ala-ala bencong membuat kegaduhan dalam kelas sontak berhenti, semua mata tertuju padanya.
Bukan Erlin Ariwahyuni, tapi Erwin Ariwahyudi, entah apa yang terjadi pada masa dia dalam perut ibunya, apakah Malaikat utusan Tuhan salah mengantarkan Roh pada Erwin semasa dalam bentuk janin, harusnya roh laki-laki malah roh perempuan akhirnya kaya gini tingkahnya.
Emm mengingat soal tingkah, by the way tingkah Clara justru malah kaya cowok, mungkin saja Roh mereka ketuker dulu, harusnya masuk ke janin Clara malah masuk ke janin Erwin, begitulah sebaliknya.
"Yeeey jangan pada bengong begono lah, ini akyu mau buat sayembara lagi, ga susah, ga repot, buat aja aku bisa di sosor Reza, nanti ini sepatu Collete terbaruku untuk kalian yang menang, aku beli baru kemaren dan ga muat, ahahaha," katanya sambil jingkrak-jingkrak.
"Ya Tuhan! Kenapa aku harus sekelas sama makhluk seperti ini?" keluh Clara. Merebahkan kepalabya di atas meja.
"Bukannya bersyukur, malah protes, dia itu kembaranmu yang terpisah, dan roh kalian tertukar," ucap Eren dan diiringi tawa dari Sely .
Sesaat terlintas di benak Clara dia membayangkan Reza memcium Erwin, rasa mual membuat dia berlari ke toilet, dan benar saja sampai di sana dia muntah-muntah.
"Uda, stop! Jangam bahas ini lagi, aku pemasaran sama cowok kemarin," ucap Eren.
"Dia Vano, calon kakak tiriku," jawab Clara, masih dengan menahan mual.
"Mama kamu mau nikah, Ra?"
"Ya begitulah, nanti aja kapan-kapan aku ajak kalian bertemu dengan mereka jika semua sudah beres."
"Sudah beres maksutnya?" tanya Sely.
"Apa Tante Vivian akan segera nikah secepatnya?" tebak Eren.
"Tepat!" jawab Clara singkat padat.
--------
Clara nampak sibuk menyiapkan gaun untuk acara pernikahan Mamanya, bukan baju pengantin untuk Mamanya, tapi baju untuk dia menghadiri acara itu.
Susah memang banginya, karena dia bukan type gadis fashioneble, yang dia tau cuma kaos jaket dan clana jeans saja. Untuk urusan gaun, big Nol.
Seolah memahami keluhan sang anak, sepulang dari fiting baju pengantin Vivian memberi sebuah tas berisi gaun untuk Clara.
Dibukanya isi dalam tas kertas itu, dan dilihatnya gaun cantik berwarna Merah muda, simple sederhana namun elegan.
Acara pernikahan diadakan di sebuah gedung hotel ternama di Jakarta. Acara berjalan lancar, Vivian nampak sangat cantik, tapi semua mata tidak terfokus hanya pada dirinya, melainkan pada Clara.
Tidak sedikit rekan Andrean yang melontarkan kalimat candaan, "Aku juga mau jadi besan kamu, bro, lihatlah putraku, dia masih single," kata salah satu rekan Andrean.
Memang tidak ada yang janggal dan berfikir jauh tentang kedekatan antara Clara dan Vano, mereka hanya terlihat cocok sebagai kakak beradik saja.
"Kamu cantik Ra pakai gaun itu," puji Vano.
"Telat, kalau kakak baru ngomong aku cantik sekarang, sejak dari dalam perut mama aku juga uda cantik, kok," ucap Clara sekenanya dan keduanya sama-sama tertawa.
Vano merasa jenuh di tempat ramai seperti ini, dengan segelas minuman ditangan kiri, tangan kanannya meraih tangan Clara dan menggandengnya ke balkon.
Pernikahan berjalan lancar, Clara sudah tak lagi menempati rumah di mana dia dibesarkan seorang diri oleh Vivian. Kini dia dan sang mama mulai menjalai kehidupan baru bersama Andrean dan Vano sebagai keluarga bahagia.
Clara tidak merasa risih atau canggung, justru dia merasa hidupnya telah lengkap, harinya tak lagi sepi dengan kehadiran sosok ayah dan kakak laki-laki meskipun saudara dan ayah sambung.

-------
Tiga bulan sudah Clara menyandang sebagai putri Andren, kedekatannya terhadap sanga ayah membuatnya tidak merasa canggung dan sungkan untuk mengajak kedua sahabat dan teman-temannya untuk datang ke rumah, terlebih Andrean dan Vano begitu terbuka dan ramah pada teman-teman Clara, membuat mereka menjadi betah.
---------------------
"Oh, begitu ya ceritanya, jadi enak dong kamu sekarang ya, jadi punya.abang," ucap Sely.
"Ya begitulah, kamu jagan ngiri, nganan aja terus," ucap Clara sambil mengikat rambutnya. "itu kakakku sudah datang." Clars menunjuk ke arah Vano dengan memajukan wajahnya karna kedua tangannya masih sibuk menguncir rambut.
"Hah, astaga Ra, aku tidak pernah berfikir sedikitpun kalau kamu seberuntung ini," ucap Eren bengong melihat Vano.
"Membayangkan dia ganteng aja tidak," sambung Sely ambil ternganga.
Dengan ramah Vano menyapa kedua sahabat adiknnya, tanpa sadar Eren kecepelosan ngomong, "Ra, kali aja dalam sejarah kita ditakdirkan jadi saudara, mau kan kamu menerima aku jadi kakak iparmu?"
Vano hanya tersenyum sedikit dan pergi meninggalkan mereka.
Sedangkan Sely terbelalak menoleh ke arah Eren, "Bagaimana dengan nasib Alfa?"
"Aku rela buang jauh-jauh Alfa Sel, kalau saja gantinya kak Vano." Mata Eren terus menatap Vano seperti orang terhipnotis.
"Hah, kamu mau Ra saudaraan ipar sama Eren?" tanya Sely.
Vano yang bikin hati Ratna meleleh, rela buang jauh-jauh si Alfa asal Vano gantinya.

Sepintas Eren melihat Vano dari pintu belakang sudah mengenakan pakaian rapi, karena tadi saat menemui Eren dan sely dia hanya mengenakan kaos singlet pres body yang memerkan perut sick packnya.
Ternyata kembali Vano ke belakang menghampiri ketiganya, dan berucap kepada Calra, "Ra, nanti kalau papa nanya, bilang saja kakak ke rumah Rio."
Dijawab anggukan dan senyuman saja oleh Clara, lalu Vano mulai beranjak pergi. Menolek kepada Sely dan Eren.
Membuat Eren keceplosan. Lebih tepatnya kelepasan ngomong sih.
"Kak, masih jomblo apa uda pacar orang? Kalau jomblo aku mau jadi pacarnya, kalau uda pacar orang, menikungpun aku tak keberatan."
"Set**!" ucap Sely, "Kesambet kamu Er?"
"Apapun, tapi gimana Clara mau ga jadi adek ipar aku?" kata Eren lagi.
"Sekalian aja, Ren, kamu bikin sayembara seperti Erwin," ucap Clara dan ketiganya tertawa serempak.
Sedangkan Vano, Dia sudah pergi.
---------
Tok tok tok ....
"Masuk aja, ga dikunci!" jawab Clara tanpa menoleh, dia sibuk dengan PR matematikanya.
"Lagi sibuk, ya?" tanya Vano sambil berjalan mendekati Clara.
"Gak. Mumet saja, Kak."
Vano tersenyum dan melihat pada buku tugas Clara, "Oh, matematika."
Clara masih dengan posisi dagu ditopangkan pada tangannya, melirik sedikit ke arah Vano, mendadak dia tersenyum seolah-olah ada bola lampu yang mengisi kepalanya.
"Kak, Papa pernah cerita katanya, kakak pinter matematika, SMA dulu juga pernah menang olimpiade matematika, kan?"
Vano mengangguk pelan sambil tersenyum, dia memang datang bermaksut untuk membantu sang Adik menyelesaikan tugasnya.
--------------------
"Clara mana Ma?" tanya Vano ketika pulang dari kantor tak mendapati Clara.
"Ada di kamar, ngerjain matematika katanya,"
"Oh, ya uda, Vano samperin, Ma. Biar Vano bantu dia." Pria berbadan tinggi itupun berlari menaiki tangga sambil melonggarkan dasinya dan melepas dua kancing teratas kemeja yang ia kenakan.
Obrolannya tadi bersama Vivian, sebelum menghampiri Clara di kamarnya.
"jadi sekarang kakak mau bantu aku ngerjain ini?" tanya Clara girang.
Belajar dengan Vano memang enak, cara menerangkannya mudah difahami, benar-benar beruntung Clara punya kakak tiri yang ganteng baik sekaligus bisa jadi guru lesnya.
Tapi dasar Clara yang bandel, belum juga selesai, tugas masih kurang 2 soal lagi, dia malah molor ketiduran, penjelasan yang disampaikan Vano dianggap sebuah dongeng yang dibacakan langsung oleh pangeran tampan pada tokoh Cinderella.
Vano sendiri juga tidak menyadari sudah berapa lama sang adik tertidur, dia pikir ketika dia menjelaskan Claranya menyimak, tapi ga taunya ....
"Hmmpph! Malah tidur ni anak," gumam Vano sambil geleng-geleng kepala.
Vano memindahkan Clara ke tempat tidurnya dan mau tidak mau dia yang mengerjakan 2 soal yang masih tersisa, padahal dia mau ajak Clara jalan malam ini, tapi sang adik malah molor tak bertanggung jawab.
Vano menggendong Clara dan membaringkannya di tempat tidurnya. Ketika memasangkan selimut, dia melihat wajah Clara yang sedang tidur pulas, cukup lama ia menatapnya, sampai pada akhirnya dia tak dapat menahan pertama kali dia mencium Clara pada kening saat Clara sedang tidur.
Kejenuhan Clara saat mengerjakan tugas matematika. Gimana, tetep cantik, ya?

Pagi itu Clara langsung melompat menyadari PR nya belum terselaikan, dan buku-buku mata pelajarannya belum disiapkan pula, 'Mampus sudah kamu Ra, bakal telat!' umpatnya dalam hati.
Clara bingung sekaligus heran mendapati meja belajarnya yang rapi, bahkan PR nya sudah beres, tidak cuma itu saja, semua matapelajaran sudah rapi dalam tas.
Padahal dia ingat betul semalam dia ketiduran di meja belajar ketika belajar dengan Vano, lalu dia terbangun dari tempat tidur.
jadi kak Vano yang mindahin aku? Batinnya.
Sebenarnya dia sadar kalau mengantuk tapi ia merasa nyaman bersandar dibahu Vano, dan akhirnya tak kuat membuka mata yang terlanjur lengket dan akhirnya membawanya ke pulau mimpi.
Clara mengambil secarik kertas yang dia yakini tulisan Vano, lelah banget ya mikir matematika sampai ketiduran? Lain kali jangan diulangi lagi, soal jadwal besok sudah Kakak siapkan dalam tas. :)
Clara manyun, dan terus memegangi kertas itu, disimpannya dalam buku hariannya yang selalu dia gembok dan menyimpan kuncinya sebagai leontin kalung.
Sejak kejadian itu Clara merasakan hal aneh ketika bersama Vano, rasa sayangnya bahkan melebihi seorang adik terhadap kakaknya. Dia merasa nyaman berada disamping Vano. Rasa rindu selalu datang manakala sore belum melihat Vano pulang. Rasa kecewapum datang jika Vano pulang larut karena lembur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Hany Azaria
fotonya gak bs di buka thoor,greget banget pingin lihat visualbya
2020-11-01
1
Triyani Muafa
jangan biarkan mereka jatuh Cinta thor
2020-03-03
0
Parti ❤ ☕🌹
tafi sma 3 surabaya kok ujung2nya jakarta
2019-12-15
0