Clara dan Vano melepas kerinduan yang selama ini mereka pendam, pelukan mereka semakin erat, sesekali Vano mengusap belakang kepala Clara dan mencium ubun-ubun Clara.
Meski setiap hari bertemu, tapi tetap saja terasa jauh, jika keduanya saling bungkam dan saling memanas-manasi satu sama lain.
"Apakah kamu masih lelah menentang kehendak papa dan mama, Ra?"
Tanya Vano dalam pelukannya.
"Tidak, ini sudah cukup, cukup mengalah pada mereka, kita juga memiliki tujuan dan kebahagiaan sendiri untuk masa depan," jawab Clara sambil melepaskan pelukan Vano.
"Kita akan sama-sama berjuang kembali untuk mendapatkan restu orang tua sekarang?" tanya Vano.
"Iya, tapi tidak sekarang, akan ku urus dulu keluarga Heru, terutama Yuna," ucap Clara sambil mengalungkan kedua lengannya pada leher Vano.
Keduanya saling menatap, hingga akhirnya ciuman Vano mendarat di kening Clara, semakin lama semakin turun ke pipi, bibir dagu lalu leher jenjang Clara.
Clara tersenyum geli ketika merasakan sesuatu yang menonjol di bawah sana, dengan lirikan genit Clara berkata pada Vano, "Kepengen ya?" godanya sambil memegang lengan Vano yang mulai bermain di bawah.
Vano tersenyum pandangannya terpaku menatap Clara. Kembali dia mengecup kilat bibir Clara, mau tidak mau Vano memaksa dirinya untuk menyudahi semuanya. Karena dia tidak mau kebablasan.
Vano bangkit dan langsung menuju kamar mandi di kamar Clara, dia mengguyur tubuhnya dengan shower air dingin, setidaknya ini lebih baik untuk menahan nafsu, batinnya.
Memang Vano sering melakukan dengan wanita lain, tapi dengan Clara dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan sebelum keduanya menikah.
Terlebih mengingat janjinya kepada Vivian dulu, kalau Vano akan selalu melindungi Clara dalam situasi apapun, dalam hal ini, dia tidak ingin jadi pagar makan tanaman.
Walau tidak jarang bisikan setan datang untuk mematahkan iman Vano.
Kamu sering melakukan dengan wanita lain, kenapa harus menunggu sampai nikah jika ingin melakukannya dengan Clara?
Ingat, Clara tidak jarang membawa laki-laki masuk ke dalam kamarnya, apa mungkin mereka tidak ngapa-ngapain? Seperti halnya kamu, Vano?
Sementara sisi baik Vano juga berusaha mengingatkan Vano.
Boleh saja kamu sering melakukan dengan wanita lain, tapi Clara sebelum kalian menikah dia adalah adikmu, tugas seorang kakak untuk menjaga adiknya.
Bukannya kamu sering bermain dengan banyak wanita, jadi tanpa melakukan, kamu tau dan bisa kan membedakan mana yang masih bersegel dan tidak? So Clara itu masih bersegel Van.
Kedua sisi baik dan jahat Vano terus berperang ketika dirinya keluar dari kamar mandi dan melihat Clara hanya memakai tangtop.
Tanpa pikir panjang, Vano mengambil blezer yang ada di atas ranjang, meletakan pada pundak Clara untuk menutupi tubuhnya yang terbuka sambil berbisik, "Jangan terus memakai pakaian sexy, ya."
Clara tersenyum memandang Vano, "Sekarang, kita berprilaku normal saja layaknya kakak beradik, aku akan pura-pura mendukung perjodohanmu di depan orang tua kita, tapi begitu tiba saatnya, akan kuhancurkan hubungan kalian."
Vano tersenyum dan mencium kening Clara, "Kamu lapar tidak? Diner di luar yuk!"
Dengan semangat Clara mengiyakan saja ajakan Vano, diambilnya tas nya dan bersiap untuk berangkat.
"Sayang, kita diner di restoran, bukan mau dugem di bar, ganti dulu pakaianmu itu,” ucap Vano sambil melirik paha Clara yang terexpos karena dia mengenakan hotpants.
"Ups, sory lupa, kakak," goda Clara, sambil menyapukan tangannya di perut bawah Vano lalu berganti dengan dress yang pantas dan keduanya pergi meninggalkan apartemen.
Usai makan malan, sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Clara tiada habisnya memandang wajah Vano, "Apakah kau pernah mencium Yuna?"
"Tidak, kenapa kau tanya begitu?"
"Aku tidak rela saja!"
Vano tersemyum, tangan kirinya mengusap kepala Clara dan menarik kearah bahunya.
"Bagaimana kalau kita kembali ke apartemen atau cek in ke hotel aja."
"Nagapain?" gugup Vano.
"Mungkin dengan aku mengandung anakmu semua beres."
Terlalu panik dan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari Clara. Vano menghentikan mobilnya, jantungnya sudah tidak karuan, "Kamu serius?"
Clara mengangguk, tersenyum manja, meraih wajah Vano dan menciumnya.
"Sayang, stop, pleace! Jangan pancing nafsuku," erang Vano.
"Kau yang memancingku tadi saat di kamar."
"Clara .... " ucapannya tak ia teruskan, menatap gadis disebelahnya dengan tatapan mata berkabut penuh nafsu.
"Yeah, malam ini dan seterusnya aku milikmu, Van!"
"Jangan, sayang, aku ini masih kakakmu," mengecup lembut bibir Clara.
"Tapi, kau selalu merayuku!"
"Maaf, kita langsung pulang saja, ya."
Dibalas oleh anggukan oleh Clara. Mobilpun kembali melesat cepat menuju kediaman mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Nais Putriismanah
smakin pnasaran aja
2019-09-09
6
Jenny Eka
love you vano😘
2019-07-27
4