So as long as I live I love you
Will heaven hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Ponsel Clara berdering, sebuah panggilan dari nomor tak dikenal masuk.
"Halo," jawabnya.
" .... "
"Owh, apakah sudah beres?"
" .... "
"Semua rapi, kan?"
" .... "
"Ok, ada rupa, ada harga, aku akan kesana sekarang."
Dengan cepat Clara mengambil tasnya, dia langsung pergi ke sebuah tempat yang ditunjukan pada si penelfon tadi, meski sudah malam dan dapat sangsi dimarahin oleh Vivian, dia tak peduli.
Pasalnya ini lebih penting bagi Clara daripada sekedar jaga image wanita keluar sendiri jam 1 malam.
Minggu yang cerah, Yuna nampak semngat menyambut pagi, ini kali pertama Vano mengajaknya jalan.
Dia bermaksut mendatangi Vano ke apartemennya. Karena dia sudah memilik dublikat kunci apartemen Vano, dia tidak perlu susah-susah pencet bel dan menunggu lama di depan. Langsung saja dia buka pintu dan masuk kedalamnya.
Tapi selama ini Yuna hanya mendapatkan kunci pintu utama, bukan pintu kamar Vano, jadi dia mau tidak mau mengetuk pintu kamar itu, kali saja Vano masih tidur, sekalian dia memberi surpries untuknya, dengan begitu, Vano tidak perlu repot-repot menjemputnya.
Toook took took ...
"Van, Vano .... "
Dicobanya membuka pintu itu, tapi di kunci, kembali Yuna mengetuk pintu dan memanggil-manggil nama Vano. Dan ketukan ketiga, pintu dibuka, tapi bukan Vano yang membukanya. Melainkan Clara.
Dengan muka kucel, dan linggeri yang sebelah lengannya lolos dari pundaknya Clara membuka pintu kamar Vano, menyambut Yuna.
"Ngapain pagi-pagi kesini? Kamu lihat Vano! Dia masih tidur karena kelelahan semalam bermain denganku, " ucap Clara sambil menggeserkan tubuhnya kesamping, membuka pintu lebih lebar agar Yuna bisa melihat Vano yang tidur berselimut dalam kondisi telanjang dada.
"Oh, kamu mau jalan-jalan sama Vano, ya? Semalam dia juga bilang, tapi entahlah, Vano memang tidak bisa tahan kalau berada di dekatku, kamu lihat ini!" Clara menunjukan banyak tanda merah di area leher dan dadanya. "Biar dia cowok cool bagai gunung es, tapi ganas dan liar dalam urusan ranjang."
Yuna kembali menunduk tak berani memandang Clara ataupun Vano yang lelap tertidur, Clara masih terus mengamati air muka Yuna. Dia nampak terpukul, kini Clara faham, Yuna sudah mulai mencintai Vano.
"Kenapa kau diam saja? Oh, memikirkan perkataanku tadi, ya? Bodoh sekali aku ini, kenapa aku ceritakan bagaimana Vano ketika di ranjang, toh kamu belum tau, dan tidak akan pernah tau, jadi tidak bisa membuktikan perkataanku." Clara tersenyum miring sambil melioat kedua tangannya di depan dada.
"Apa bagaimana cara Vano memperlakukan wanita kau juga tidak pernah tau, berapa lama kau kenal dia, merasakan ciumannya saja belum, kan?"
Yuna masih bungkam bergeming, dia merasa tulangnya terlepas dari tubuhnya hingga lemas tak karuan, belum lagi hatinya yang hancur.
"Kenapa, Yun diam menunduk saja? Lihatlah Aku, Vano atau minimal menataplan lurus kedepan, di sana ada Cermin yang menangkap bayangan kita, dari body atau fisik kita memang beda jauh, wajar saja Vano tidak pernah nafsu sedikitpun ke kamu, padahal uda dipoles mekap, bagaimana kalau polosan sepertiku seakrang? Hah, aku berantakan aja uda cantik memang, ya? Jangan mimpi terlalu tinggi bersanding dengannya, di hatinya hanya ada aku."
Air mata Yuna mulai menetes.
"Kalau aku boleh tahu, memang apa, sih, yang membuatmu percaya diri untuk dijodohkan dengan Vano, dari segi ekonomi jelas kaya orangtua kami, papamu pun juga bawahan Vano, dan kamu tau tidak, semua uang yang dimiliki Vano itu aku yang berleluasa, dia memang memanjakannku, satu lagi, jika kau ingin tau ini yang keberapa, jangan berfikir ini yang pertama kali kami melakukannya, karena seperti yang kau tau, kamar kami berjajar di lantai atas, jika malam hari Vano menyusup ke kamarku, ortu kami tidak akan tahu."
Kata-kata Clara sangat tajam, mulutnya berbisa, hanya dengan perkataan itu, berhasil membuat Yuna berlari pergi dan menangis, tapi Clara tidak peduli, memang itu tujuannya.
"Hemp, main-main kok sama aku, dasar bodoh, semalam kami hanya bergadang nonton film horor kali, dan aku juga menutupi linggeriku dengan kimono ini," gumamnya seorang diri, lalu kembali merebahkan tubuhnya karena dia benar-benar ngantuk efek kurang tidur.
Tapi jika mau bahas soal cupangan atau bekas merah yang banyak di leher dan dada Clara, memang benar, Vano lah pelakunya.
Yuna menangis terisak-isak, dia benar-benar tidak berdaya melawan Clara, bahkan kata-kata Clara yang menujukan dirinya tak sesempurna dia selalu terngiang-ngiang di telinganya.
Yuna, kamu lihat, body kamu ga standart, wajah pas-pasan saja, meski sudah kau poles mukamu dengan mekap, dan semua pakaianmu brendet tetap saja tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku.
"Aaaaaaaaaa..."
Yuna berteriak di dalam kamar sekencang-kencangnya, ucapan Clara berhasil merusak kepercayaan dirinya dan juga akal sehatnya, berkali-kali Yuna memukuli telinga dan kepalnya.
Tidak puas dengan itu, dia hancurkan cermin yang ada dalam kamarnya, apapun yang memantulkan bayangan dirinya dia langsung menghancurkan sambil berteriak dan menangis histeris.
Belum lepas dengan kata-kata Clara yang mematikan, kembali Yuna teringat masa lalunya, dimana dia sama teman-tamannya dikata cewek cebol hitam dan jelek.
Ya begitulah, kulit putih Yuna itu hasil dari suntik, tidak alami seperti kulit Clara dan Vano.
Mendengar teriakan histeris Yuna dari dalam kamarnya, Rima mamanya Yuna langsung berlari menuju ke kamarnya.
"Yuna! Apa yang kamu lakukan, Nak?" tanya Rima kaget melihat kondisi Yuna dan kamar yang sudah berantakan, beling cemin berserakan di mana-mana.
Beruntung, Rima datang tepat waktu, karena jika tidak, wajah Yuna sudah hancur oleh beling kaca yang digenggamnya, Rima melihat Yuna mengarahkan beling itu ke wajahnya sendiri.
"Ada apa ini, Ma? Astaga, Yuna, apa yang terjadi, apa yang terjadi pada Yuna, Ma?" tanya Heru panik.
"Aku juga tidak tahu, Pa, tiba-tiba saja dia tadi teriak-teriak, ketika aku masuk, dia sudah menghancurkan semuanya," ucap Rima sambil menangis.
"Ya sudah, ayo kita bawa Yuna keluar dari sini, kamu, hubungi dokter, ya!" ucap Heru pada Rima.
"Dok, ada apa dengan putri kami, Dok?" tanya Heru dan Rima bersamaan.
"Putri Bapak dan Ibu mengalami trauma dan tekanan batin, apakah dia sekarang ditekan melakukan sesuati yang dia tidak mampu?"
Heru dan Rima saling pandang, lalu Heru lah yang menjawab, "Tidak dok, dia merasa nyaman-nyaman saja dengan hidup yang dia alami.
"Mungkin jika dengan kalian dia bisa bicara terbuka, tapi ingat jangan banyak menayakan banyak hal kepadanya, tadi saya sudah menyuntikan obat penenang, itu akan membuat dia akan lebih baik."
"Ini, pak resep yang perlu anda tebus, permisi," kata Dokter itu lalu memohon diri.
Heru dan Rima melihat Yuna yang tertidur pulas efek obat tidur, apa yang menyebabkan putrinya seperti itu mereka tidak ada yang tau.
"Permainan akan segera berakhir," ucap Clara kepada Vano yang keluar dari kamar mandi.
"Permainan, apa?"
"Hemp! Aku lupa, kalau kamu tidak mengetahui apa rencanaku, jadi ya sudahlah, tinggal nunggu episode selanjutnya, dan buuummmm, semua akan berakhir dan TAMAT,"
Bukannya selama ini kau hanya memintaku mengikuti alur, saja?"
"Iya, benar, ya sudah, sekarang Kakak mau di sini saja atau ikut keluar denganku?"
"Kemana?"
"Ke rumah pacarnya Reza,"
"???"
Vano bengong, memang siapa pacarnya Reza, Clara tidak pernah cerita, andai Reza memiliki wanita atau gebetan, apakah tidak cemburu jika sikap Reza begiti dengan Clara?
"Uda jangan mikir berat, kak, Reza dah punya pacar, dia dah ga jomblo lagi, jadi, aku tenang jika akan menikah denganmu nanti."
Memang Reza sudah jadian dengan Dokter cantik yang menanganinya dulu, meski dia sudah babak belur, tapi pengorbanannya terhadap Clara tidak sia-sia, tau sendiri gimana Clara yang merasa bersalah kemarin, dan sekarang dia malah jadian dengan dokter Lusi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Sakila Azahra
cinta memang bth perjuangan lanjut kan tor
2020-01-25
0
Parti ❤ ☕🌹
yuna kalang kabut
2019-12-15
3
Nais Putriismanah
hebat clara
2019-09-09
5