Clara terus mondar-mandir keluarasuk kamar aparemen Vano, antara mau pulang dan tidak, melihat jam di tangannya sudah menunjukan pukul 23.00. Jika pulang, pasti akan di marahi mamanya, terpaksa menginap sendirian di sini.
Dia mengambil soft drink dari dalam kulkas dan beberapa makanan ringan, membawanya ke ruang tengah. Mencari koleksi film yang ada untuk mengatasi kebosanannya selama belum ngantuk.
Baru beberapa menit film di putar terdengar suara gesekan pintu apartrmen di buka. Clara menoleh, setaunya hanya dia dan Vano saja yang memiliki kunci apartemen ini.
Clara turun dari kursi, dengan hanya menenakan dres mini 15cm dari lutut tanpa lengan berjalan perlahan menuju ruang utama, dengan tangan kiri masih mengenggam remot DVD.
"Vano!" pekiknya berhambur memeluk sosok yang dipanggilnya. "Kamu sudah pulang? Kok ga ada kasih kabar, sih?"
"Ngasih surpriese aja, kok belum tidur?"
"Tadi pulang kuliah aku kecapean, rebahan bentar malah ketiduran. Baru bangun setengah sebelas malam," ucap Clara sambil menaruh ransel bawaan Vano, serta membantu melepas jas, dasi, dan kemejanya. "By the way kok tau kalau aku ada di apartemen?"
"Tadi aku telfon papa, Bilang besok uda selesai. Dan nanya kamu,"
Ucapnya sambil bejalan menuju ruang tengah. "lagi nonton, nih?"
"Iya, buat lepasin borring," jawab Clara menuju dapur. "Mau minum apa sayang? Kopi susu atau teh panas?"
"Kopi hitam saja!"
Tak lama kemudian Clara kembali dengan secangkir kopi hitam, diberikannya kepada Vano. "Tumben ga pake susu," ucapnya sambil duduk di sebelanya.
"Mau lembur, koreksi hasil laporan buat dikasih papa besok. Temenin aku, ya," jawab Vano. Melirik pada paha Clara. "kamu sexy sekali."
"Oh, aku ga sengaja makenya, kan aku di sini sendiri." Clara merasa tidak nyaman dan menarik ujung dresnya ke arah lutut.
Vano tersenyum tipis melihat bibir Clara bergerak, menaruh tangan kanannya di atas paha, menggunakan tangan kiri merangkul tubuh Clara menggigit telinga sang adik dengan gemas. "Makin nakal ya sekarang kamu."
"Aaaa! Geli, Van," ucap Clara sambil terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman Vano. "Van, lepasin aku!"
"Aku ga bisa lepasin, kamu harus tanggung jawab,"
"Hey, kalau kamu bilang akan kemari, aku akan ganti pakaianku,"
"Ya sudah, tidurlah denganku lagi malam ini, aku kerja dulu."
Sejak keduanya kembali dan lebih dekat, Clara merasa tidak nyaman berhubungan dengan pria manapun selain hanya teman biasa. Bahkan dengan Reza, dia berubah menjadi wajarnya seorang teman atau sahabat.
Terlebih Farel, mati-matian berjuang berusaha mendapatkan kembali dirinya, juga ia abaikan. Yang pas di hatinya hanyalah Vano saja. Bukan yang lain.
Hal lain yang membuat Clara merasa sakit adalah kedekatan Vano bersama Yuna, meski Clara tak pernah melihat keduanya bermesaraan, dan Vano sudah berkali-kali menjelaskan hubungan keduanya tak lebih dari sebagai teman SMA dan Ayah mereka adalah parner kerja, tetap saja Clara tidak menyukai.
Pulang dari kampus Clara menghubungi Vano, mencari tahu dia berada di mana. Ternyata ada di Apartemen bersama Yuna.
Jawaban itu membuat Clara merasa emosi, dia remas HP di tanganngannya lalu melemparnya.
Diambilnya napas dalam-dalam, berusaha menenagkan diri, mencari peralihan perhatian agar tak hanyut dalam emosi.
Dipungutnya kembali benda yang tadi sempat Ia lembar, dihubunginya Eren, Selly dan Reza mereka akan ngopi bareng di Caffe milik Reza.
Bersama para sahabatnya ia berusaha menggembalikan suasana hatinya, melupakan Vano bersama Yuna.
Pukul 17.00 Clara sampai rumah, di sana dia melihat bibi dan Vivian sibuk menyiapkan makanan, seperti akan ada acara makan malam menyambut tamu besar saja.
"Clara, kamu baru pulang, Nak? Kamu ganti pakaian yang rapi ya, kita akan makan malam bersama keluarga Om Heru!" seru Andrean sambil tersenyum lebar kepada Clara.
Clara hanya diam lalu naik ke tangga menuju kamarnya.
Awalnya Clara berniat mengetuk pintu kamar Vano, tapi dia urungkan, dia langsung saja berganti pakaian dan bermake up bagaimana supaya dia terlihat menarik agar si Yuna tak terlihat lagi pesonanya karena silau oleh pesona Clara.
Acara makan malam akan segera di mulai, tapi Clara masih saja belum turun.
"Saya panggil dulu putri kami," ucap Vivian kepada Rima, istri Heru dan Yuna putri mereka.
Baru saja Vivian menginjak 1 anak tangga, yang ditunggu sudah turun.
Benar saja, penampilan Clara malam ini membuat semua mata terpana. Termasuk sang Kakak, si Vano.
Dengan balutan drees maroon panjang semata kaki dan belahan sepaha yang menyingkap saat ia melangkah memperlihatkan betis sexy dan pahanya yang mulus, benar-benar nampak luar biasa dengan paduan make up glam, seolah kecantikan Clara begitu terpancar malam ini.
Clara tersenyum ramah kedapa keluarga Heru.
"Aww!" tiba-tiba Clara memekik karena pahanya dicubit oleh Vivian.
"Gila kamu, pakai baju kaya gini, lihat pahamu terbuka kalau jalan." Vivian melototi anak gadisnya.
Clara hanya diam dan tersenyum kecil, lalu ambil kursi untuk duduk, dia sengaja duduk di samping Vano, karena tidak mau kalah dengan Yuna.
"Kamu cantik sekali malam ini, perfakc," puji Vano.
"Thank's Brother," Clara tersenyum sinis melirik Yuna di sebelah kiri Vano.
Acara makan malam selesai, Andrean selaku pemilik tuan rumah sekaligus kepala keluarga memulai pembicaraan.
"Terimakasih kepada Pak Heru dan Bu Rima sudah berkenan menghadiri acara makan malam di rumah kami, tujuan kami mengundang keluarga kalian, tak lain adalah menjalin silahturohmi dan mempererat persahabatan untuk menjadi keluarga, jadi kami sudah bersepakat untuk menjodohkan Vano putra kami dengan Yuna putri pak Heru."
Clara terbelalak kaget mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Papanya. Jadi kami sudah sepakat untuk menjodohkan Vano putra kami dan Yuna putri Pak Heru.
Kalimat itu terasa menusuk kendang telinga Clara dan terus berulang-ulang terngiang di telinganya, dia merasa tak rela kalau sang kakak akan menikah dengan wanita lain. Termasuk Yuna. Dia merasa hanya ia lah yang berhak menjadi istrinya dan membahagiakan sang Kakak.
Diarahkannya pandangan Clara kepada Yuna dan Vano, Yuna nampak tersenyum malu-malu tapi hatinya luar biasa bahagia, sedangkan Vano memasang ekpresi datar. Bahkan cenderung kaget, membuktikan kalau dia memang benar tak tahu menahu prihal perjodohan gila ini.
Clara berusaha menyembunyikan amarahanya minimal sampai keluarga Heru memohon diri.
Ketika mereka berpindah ke halaman belakang untuk saling ngobrol dan memberi Vano dan Yuna untuk ngobrol serta saling mengenal, Clara hanya mematung di sudut taman terus memandang ke arah keduanya dia merasa benci dan tidak suka dengan apa yang terjadi ini.
Ini tidak boleh terjadi, Vano hanyalah miliku, aku tidak rela dia bersama siapapun termasuk Yuna. Batin Clara sambil meremas gelas berisi minuman di tangannya.
"Clara, ternyata kamu cantik banget ya," sapa Rima tiba-tiba. Yang membuat Clara kaget.
"Eh, tante," sapanya sambil tersenyum ramah.
"Selama ini tante itu penasaran sama kamu, Ra. Cuma lihat di foto saja, dan akhirnya malam ini Tante melihat kamu yang asli, ternyata aslinya lebih cantik dari fotonya, ya," ucap Rima lagi.
"Ah, tante berlebihan," jawab Clara, padahal dalam hatinya dia berguman, Baguslah kalau kamu sadar, dibandingkan dengan Yuna putrimu aku ini bagaikan langit ke tujuh tentunya dan Yuna di bumi.
Semua keramahan Clara malam itu kepada orang tua Yuna hanyalah palsu, jauh di dal hatinya dia sangat membenci mereka. Begitu acara makan malam selesai dan para tamu sudah pergi, buru-buru Clara naik ke atas menuju kamarnya.
Berkali-kali ketukan pintu di luar tapi Clara mengabaikannya. Clara tau itu adalah Vano, tapi dia masih tidak ingin bertemu apalagi ngobrol dengannya.
Jalan satu-satunya dia pergi dari rumah. Dengan buru-buru Clara keluar kamar membwa tasnya, sebentar dia memandang Vano di depan pintu tapi dia mengabaikannya lalu menuruni tangga.
Vano hanya melihat dari atas mobil Clara keluar dari halaman meninggalkan rumah lalu lenyap dari pandangannya.
"Kemana adikmu, Van?"
Vano menoleh dilihatnya Vivian sudah berdiri di belakangnya.
"Vano, tidak tau Ma."
"Biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau, sebentar lagi Mama akan kirim dia ke USA, biar dia melanjutkan pendidikannya di sana.
Vano hanya diam saja tidak menjawab, karena dia juga sudah tau alasan di balik semua ini.
-------
"Vano, Papa tidak mau kamu merusak adikmu, kamu sudah berjanji pada Papa dan mama untuk menjaga dia, lihat dia sekarang berubah menjadi nakal sepertimu, kalau kamu play boy kenapa harus kamu ajarkan pada adikmu?" bentak Andrean marah pada Vano, suatu hari.
"Sekarang dari penampilan Clara memang sudah berubah feminim tapi kalau boleh jujur, Papa lebih suka Clara tomboy dan pecicilan saja kaya dulu, dari pada tiap malam mendatangi clup malam, apa kamu tidak memikirkan bagai mana perasaan mamamu?"
Vano masih saja diam, karena dia memang merasa salah.
"Mungkin dengan cara memindahkan Clara ke USA dan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa bisa memperbaiki semua ini," ucap Andrean lalu pergi meninggalkan ruang kerja Vano.
Tapi dia tidak menyangka kalau sahabat yang dimaksud papanya adalah om Heru, ayah Yuna.
Vano bergumam dalam hati, Andai hubungan kami kalian restui dari dulu, tidak akan seperti ini.
-------
"Vano, ini sudah malam, cepatlah masuk ke kamarmu," ucap Vivian membuyarkan lamunan Vano.
Sudah lebih dari satu jam Vano masih saja tidak bisa tidur, dia kepikiran dengan Clara, berkali-kali dia berusaha menelfon Clara tapi tidak juga di angkatnya.
Tanpa pikir panjang lagi bermodal GPS Vano keluar rumah mencari Clara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Mandha Bawell
Maaf thor bukanya gak menghargai tpi critanya kayak muter"
2020-05-20
0
Triyani Muafa
sampai sini saja aku bacanya soalnya ceritane tidakkkk mengertiii smngt berkary
2020-03-03
0
tiffani
knp sih ortu mrka egois gt... y mrka harus sadar ding vano dan clara bukn sodara kandung dh jls beda ayh dan ibu dan ketemunya jg pas dh gede dh tw tentang pacar.. gmn mw nganggap kk adek klo gt... yg ada y saling suka lh
2019-12-29
5