Pukul 20.00 Clara dan Vano pulang kerumah orang tuanya, dicarinya mama dan papa mereka ke seluruh rumah, ternyata mereka ada di taman belakang.
"Ada yang baru miting, nih," ucap Clara sambil memeluk Vivian dan Andrean.
"Dari mana kalian, kok pulang bareng?" tanya Vivian.
"Tadi aku jalan sama Reza, dan ketemu kakak di Mall. Terus pulangnya bareng ma kakak."
"Oh, ketemu di mall, ya," ucap Andrean sambil meraih teh yang sudah mulai dingin lalu menyeruputnya.
"sendiri apa dengan Cewek dia?" Imbuhnya.
"Mana ada seorang Vano sendiri?"
"Eh, Clara mulai deh, aku sebentar lagi dah mau nikah, Ra," ucap Vano.
"Makanya .... " kata-kata Clara tak lagi dia lanjutkan.
"Kalian sudah makan malam?"
"Sudah Ma," jawab Clara dan Vano bersamaan.
Clara sibuk saja memainkan ponselnya, dia tak lagi nyambung di ajak bicara oleh siapapun, hanya badannya saja yang ada bersama mereka, tapi pikirannya tidak.
"Ma, Pa aku pergi dulu sebentar, Kak, aku pinjam mobilnya," langsung saja dia menyambar kunci mobil Vano yang tergeletak di atas meja, jiwa feminimnya hilang, dengan cepat kilat dia berlari melompati pagar tembok setinggi 1 meter. Bahkan dia lupa kalau memakai rok seatas lutut.
"Dasarnya tomboy ya tetap saja tomboy, dalam situasi mendesak dia melupakan feminimnya lagi," ucap Vano sambil mendengus kesal.
"Sudahlah, Van, memang dia kaya gitu, biarkan saja," kata Vivian.
Andrean pun ikut berkata, "Kalo aku sih, mending dia seperti itu, dari pada selalu ke clup malam pulang mabok bawa laki-laki."
Vano diam menunduk, memang Clara demikian juga karena dia, tapi jika saja orang tua mereka merestui cinta mereka hal itu tak akan terjadi.
Vivian mendengus kesal, emosinya ditahan, "Uda, jangan mulai lagi deh, Mas." Matanya melotot ke arah suaminya.
Andrean pun diam, tak berani berkata lagi, sementara Vano pamit pergi ke kamarnya dulu, "Vano istirahat dulu ya, Pa Ma, selamat malam.”
"Iya, sayang, selamat malam," jawab Vivian, dari awal Vivian memang sudah merasa sayang sama Vano, terlebih setelah dia menikah dengan Andrean, melihat Vano dapat menjaga Clara dengan baik.
Dengan kecepatan tinggi Clara melajukan mobil Vano menuju sebuah rumah sakit, begitu tiba di parkiran IGD dia buru-buru keluar dan bertanya pada suster jaga, "Sus pasien yang baru masuk IGD atas nama Reza aditya .... "
"Maaf, anda siapanya?"
"Kenapa memangnya, apa penting menanyakan hubunganku dengan pasien? Namanya mau besuk ya jelas saya kenal dia." Clara membentak suster itu.
"Maaf begini, pasien diduga memiliki musuh, karena dia dilarikan kesini seperti habis dihajar, maka demi keselamatan pasien, kami harus ketat, itu atas permintaan orang tua pasien."
"Ok, saya temannya, nama saya Clara,"
"Syukurlah, anda sudah datang, dari tadi pasien menyebut-nyebut nama anda," ucap suster itu lalu mengantar Clara menuju ruang di mana Reza di rawat.
Clara menyibak selambu putih sebagai pemisah antara pasien satu dengan pasien lainnya, dia melihat Reza yang babak belur sudah siuman.
"Clara, kamu datang, Ra?" ucap Reza bahagia.
"Kamu, kenapa Za? Siapa yang sudah membuatmu begini?" tanya Clara lirih namun penuh perhatian.
Perlahan-lahan Clara melangkah mendekati sahabat sejak masa SMA itu, dia memegang tangan Reza, "Kamu cepat sembuh, ya, Za."
Dan dibalas anggukan oleh Reza sambil tersenyum.
"Siapa yang melakukan, ini?" tanya Clara sekali lagi.
"Siapaun yang melakukannya, itu tidak penting, yang jelas kamu tidak apa-apa, kan?"
"Seperti yang kamu lihat, aku tidak apa-apa, kok. Aku tanya sekali lagi, siapa yang melakukan ini ke kamu?"
"Aku mau kasih tau, asal kamu jangan temui dia, atau melakukan apapun padanya."
"Iya, tapi siapa dulu?"
"Farel."
"Hah! Farel? Apa sih mau dia, setelah hajar kakakku sekarang kamu, bener-bener tu orang, .... "
"Jangan emosi, Clara, kamu maukan malam ini temani aku di sini? Minimal sampai papa mamaku datang, mereka sedang di Singapura,"
"Iya, Za, aku akan temanin kamu, kamu haus atau lapar gitu?"
"Iya, aku belum makan, Ra," ucap Reza seolah melupakan rasa sakitnya setelah datang wanita yang dia cintai.
"Kamu mau makan, makanan rumah sakit, atau aku belikan di luar?"
"Ini, saja, gapapa kok."
"Ya uda, aku suapin kamu ya," ucap Clara lembut.
Memang tubuh Reza dapat dikatakan babak belur, tapi hatinya sangat bahagia, bisa bermanja-manja pada Clara, terlebih kini dia sedang disuapin.
Berbeda rasanya bagi Reza, meski tadi siang mereka making out di dalam kamar, tapi tadi Clara dalam keadaan emosi sekaligus tidak sadar efek miras, beda dengan malam ini.
pukul 00.00 kedua orang tua Reza belum juga datang, sedangkan Clara sudah sangat mengantuk, tidak tahan dengan kantuk yang menyerang, Clara ketiduran sambil menyandarkan lepalanya di tempat tidur Reza.
Melihat hal itu Reza merasa kasihan dengan Clara, dalam hati dia mengutuk dirinya sendiri, kenapa terlalu egois meminta menemaninya malam ini, jika saja Clara pulang, pasti dia akan tidur lebih nyaman di rumahnya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Reza berusaha bangkit, melepaskan selimut yang dia kenakan untuk menyelimuti Clara, kembali Reza baringan sambil menggenggam kedua tangan Clara sampai keduanya tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Nais Putriismanah
sahabat sejati
2019-09-09
4
Dianna Agustina
bagus ceritanya
2019-07-22
5
cheesecake 🍰
mantuuuulll, keren ceritanya 👍😁
di tunggu lanjutannya 😊😊
2019-06-21
5