Jangan (Salahkan) Cinta
Pagi-pagi sekali Clara sudah tiba di sekolahan. selain hari Senin upacara, dia tak ingin lagi jadi langganan masuk ruang BP.
Selama ini selain tomboy, Clara juga terkenal sedikit nakal dan tak jarang membuat onar. Kasusnya tak lain adalah perkelahian. Dia tak pernah mau diganggu, terlebih jika merasa dilecehkan kaum pria, dia tak segan-segan memberikan perlawanan.
"Clara!" panggil seseorang dari belakang.
Merasa tidak asing dengan suara itu, Clara langsung menoleh, dilihatnya sosok berkulit kuning langsat, setengah berlari kearahnya sambil menebar senyuman membuat wajahnya semakin nampak tampan dan kharismatik, "Kak Febry?" serunya membalas senyuman sang kakak kelas.
"Hey," sapa Febry canggung.
"Cuma hey?" ucap Clara riang.
Keduanya bingung mau berkata apa, akhirnya mereka hanya beriringan menuju ruang kelas masing-masing.
"Lho, Kakak mau kemana?"
"Ikut kamu lah, kutunggu di sini, ya?" ucap Febry berhenti didepan pintu kelas Clara.
"Oh, ok. Bentar ya, aku taruh tas dulu," ucap Clara lalu masuk kelas. Tak lama kemudian dia sudah keluar menghampiri Febry.
"Kamu uda sarapan belum? Ke kantin, yuk!" ajak Febry
"Boleh, ayok!" Clara pun berjalan beriringan dengan Febry tanpa peduli dengan kejadian kemarin.
Kembali keduanya beriringan menuju kantin sekolahan, namun di tengah koridor tiba-tiba saja ada sosok yang mengenggam tangan kanan Clara erat.
Clara nampak kaget. Dikiranya Febry yang memegangnya, ternyata bukan, tapi Reza. Entah sejak kapan dia datang dan menyela tau-tau sudah berada di antara Clara dan Febry.
"Mau ke kantin kok ga ajak-ajak?" ucap Reza sambil menatap Clara penuh kasih sayang, membuat Febry semakin ciut saja nyalinya.
"Reza? Sejak kapan kamu dateng? Ah jangan gandengan lah, malu sama kak Febry, Sely dan Eren mana?" ucap Clara santai.
"Mereka sepertinya belum datang." Tangan Reza beralih merangkul pundak Clara dan mengajaknya ke kantin.
"Oh, ya uda, aku jalan di depan, kalian di belakangku, ok!" Seru Clara, melangkah layaknya seorang bos denhan dua bodyguard di belakangnya.
Dia tidak mau melukai hati sahabatnya, namun dengan begini dia juga berharap, Febry mengerti kalau antara dirinya dan Reza tidak ada apa-apa.
----------------
Bell tanda pulang sekolah berbunyi. Kali ini Reza tidak memberinya kesempatan kepada Febry, dia segera mencari cara untuk bisa pulang bersama Clara tanpa Febry.
Reza sangat mengenal Clara, dia punya sebuah strategi untuk keinginannya.
Clara mengendarai motornya meninggalkan area parkir sekolahan. Dia melihat di depan Reza menuntun motor sportnya.
"Motor kamu kenapa, Rez?" tanyanya penuh perhatian.
"Bannya kempes, kayanya bocor, Ra. mana tadi ibuku pesen suruh ke rumah paman dulu, dan adikku titip buku di gramedia," ucap Reza dengan.ekpresi sok dimelasin.
Clara tersenyum, "Ya uda, ayo bareng aku, itu taruh di bengkel saja, dulu, nanti kita ambil."
"Yes." Tangan kananya mengepal memberi isyarat atas kesuksesan misinya. Dia tertawa penuh kemenangan di belakang Clara.
sebenarnya soal ban motornya tidak bocor, memang sengaja dia kempesin.
Agar bisa bareng dengan Clara tanpa adanya sang senior di antara mereka.
Selama ini Clara adalah penggemar rahasia Febri, dia sudah lama menyukainya. Namun, dia memilih diam dan memendam perasaannya saja. Cuma Sely dan Eren saja yang tau.
Di sisi lain Clara pun menyukai Reza, tapi tidak lebih dari seorang sahabat, Reza baginya sahabat yang baik dan selalu bisa mengerti dirinya setelah Sely dan Eren menyerah.
-------
"Vano, papa mau bicara sama kamu, Nak," ucap Andrean lalu duduk di sebalah Vano.
"Iya, ada apa, Pa? Ngomong aja!" jawab Vano santai. Sambil tangannya membuka koran berita tetang bisnis yang ia jalani.
"Papa tau, kamu masih trauma dengan wanita, dan berfikir semua wanita itu sama, Papa juga faham kamu belum bisa memaafkan Mamamu, dan juga Della." Andrean nampak ragu-ragu dan sangat berhati-hati untuk menyampaikan keinginannya.
"To the point aja, Pa," lirik Vano, tersenyum kecil seolah tahu maksut Andrean.
"Andai Papa mau menikah lagi, apa kamu bisa bersikap hormat dengan Isteri Papa?"
"Asal dia bisa menjadi Isteri yang baik buat Papa, dia akan Vano perlakukan layaknya ibu kandung Vano." Menatap sang ayah dengan serius dan meletakan koran serta berkas-berkas di atas meja.
Andrean tersenyum dan memeluk putranya, berkat Vivian, dia kembali mendapat semangat hidupnya yang sempat hilang karena sebuah penghianatan. Dari Vivian pula, Vano menemukan sosok ibu yang sesungguhnya dalam dirinya.
Namun dia juga sadar bahwa putranya, Vano, masih saja belum bisa memaafkan sang Ibu kandung, karena yang memergoki perselingkuhan sang Istreri adalah putranya sendiri.
----
"Clara, besok sore kamu ada acara tidak?" tanya Vivian sambil menyiapkan makan malam.
"Ga tau. Kenapa, Ma?" jawan Clara mengambil piring dari dalam rak.
"Mama mau ajak kamu ketemu sama seseorang,"
"Siapa, Ma?"
"Namanya Om Andrean, calon Papa kamu," ucap Vivian sambil tersenyum malu.
"Orangnya gimana Ma? Ganteng gak? Baik atau gimana, gitu?" Dengan rasa kepo Clara terus bertanya layaknya wartawan yang tengah bertugas.
"Uda, besok saja kamu juga bakal tau, besok sore habis magrib, ya," Vivian memutus perkataan sambil mulai meletakan nasi pads piringnya.
"beres, Ma."
-----
Clara berlari kencang menerobos para siswa yang penuh di depan pintu gerbang sekolah, dia nyaris terlambat.
"Hulff, akhirnya .... " dia pun bernapas lega dan duduk di bangku urutan nomor 2 dari depan.
Tak terasa sudah kelas 2 saja, jadi ga bisa berangkat sekolah mepet, karena mau tidak mau dia dan semua teman seangkatannya, harus memberi contoh pada siswa baru.
Kini tak ada lagi Febry si kakak kelas yang sangat di idolakan Clara, dia sudah lulus dan entah meneruskan di fakultas mana Clara tidak tahu.
Sengaja dia tidak mencari tahu, supaya dapat membuang rasa aneh yang ada pada hatinya ketika bertemu dan merasa rindu.
Clara kini kembali menjadi dirinya yang ceria, suka bercanda dan asik, tentang persahabatannya dengan Reza, selamanya begitu. Tak ada saling cinta di antara mereka, yang ada cinta Reza bertepuk sebelah tangan.
Reza adalah tempat di mana Clara merasa tidak lagi di fahami oleh Ratna dan Nita, Reza lah yang paling nomor 1 ada kala Clara terjatuh.
Pria pertama maksutnya, kalau Nita dan Ratna jelas mereka gak akan pernah saling meninggalkan dalam kondisi apapun.
Siang itu sangat terik, bersama sang Bos, Vivian menikmati jam istirahat mereka dengan makan bersama di kantin kantor.
Kabar soal kedekatan mereka memang sudah di ketahui oleh semua staf dan karyawan, termasuk juga Vano, Putra Andrean yang juga turut bekerja di kantor ayahnya sebagai meneger perusahaan.
Vano tidak pernah merasa keberatan sedikitpun, dia selama ini juga mengenal baik Vivian, hanya saja, Vano tidak tau jika kelak Papanya menikah dia akan mendapatkan adik perempuan yang usil dan bisa merubah dirinya 180°. Dari sifatnya yang cuek dinging beku bagaikan gunung es jadi cair meleleh.
"Bagaimana dengan acara kita nanti sore, Vin?" Andrean memulai pembicaraan.
"Insyaallah, Mas, Clara sudah aku beri tahu kemarin," jawab Vivian tanpa menatap Andrean di sebelahnya dsn terus berjalan.
"Lalu bagaimana ekpresinya?"
"Seneng kelihatannya, Mas. Mungkin dia juga ingin memiliki seorang ayah seperti teman-temannya,"
"Walau aku belum pernah bertemu secara langsung dengan dia, aku yakin dia baik dan sangat sayang sama kamu, dia tidak sekedar inginkan seorang Ayah, tapi sosok yang bisa menjaga Mamanya yang cantik ini." tangan jahil Andrean menjawil dagi Vivian dengan gemas.
Sambil tersenyum malu-malu Vivian berkata, "Ah, Mas ini, ngomong apa sih?"
"Tapi benar, kan?"
Andrean tersenyum gemas ketika dia teringat cerita Vivian tentang Clara yang menghajar habis-habisan seorang laki-laki yang menyusup ke dalam rumah mereka untuk melecahkan sang Ibu.
Di kata tomboy Clara tidak terima meski dirinya menekuni seni bela diri, serta prilakunya cenderung seperti laki-laki, dia hanya mau di kata kehilangan feminimnya saja, karena jika tomboy itu sudah menyerupai laki-laki. Dari prilaku juga penampilan.
Sedangkan Clara meski sedikit pecicilan, dia tetap cantik dengan rambutnya yang panjang dan ikal.
"Mas, senyum-senyum sendiri saja?"
"Oh, haha iya maaf aku teringat ceritamu dulu, aku jadi ga sabar untuk ketemu Clara nanti malam,"
"Aku malah was-was ajak dia, takut dia bikin ulah," jawab Vivian cemberut.
Usai exrakulikuler bela diri di sekolahnya, Clara buru-buru pulang ke rumah, takut keduluan sang Mama sampai duluan.
Dia tidak sempat berganti pakaian, dia hanya melepas sabuk dan menutupi atasan dengan mengenakan jaket.
Ketika sampai rumah.
"Clara, mama sudah bilang, kamu harus cepat pulang, kenapa sampai jam 4.30 begini?"
"Ada kegiatan, Ma, kan acara juga masih nanti jam 18.15WIB,"
"Iya, tapi untuk memilih baju kamu bisa sampai 5 jam sendiri,"
"Itu tidak akan terjadi, Ma "
Tepat pukul 18.00 Clara sudah siap dengan hells hitam dan dress coklat tua, dia nampak cantik dan anggun, bahkan sikap pecicilannya sedikitpun tidak nampak.
"Clara, wow .... " Vivian tergagum melihat penampilan Clara dari atas sampai bawah.
"Sudah lah Ma, Clara ga akan bikin malu Mama pokoknya. Ok," ucap Clara sambil mengedipkan sebelah matanya.
Dengan mengendarai taxi, keduanya menuju restoran yang sudah disepakati oleh Vivian dan Andrean.
Mulanya Vivian menoleh mencari seseorang dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut restoran, pandangannya terhenti pada sosok pria usia 37 tahunan dengan postur tubuh tinggi dan tegap melambaikan tangan padanya.
"Itu, Om Andrean," bisik Vivian pada Clara dan menggandeng putrinya menuju ke meja Andrean.
"Maaf Mas, kami terlambat, sudah lama menunggu?" Sambil sedikit menunduk manggeser kursi duduk di depan Andrean, ia merass tidak enak.
"Tidak kok, Aku juga baru sampai," ucap Andrean seraya mempersilahkan Vivian dan Clara duduk, "Oh, jadi ini ya, Clara? Wah cantik banget, ya dia." Andrean sambil tersenyum ramah.
Clara hanya tersipu malu lalu duduk di seblah Vivan, dengan muka tertunduk.
"Vano, mana Mas?" tanya Vivian.
"Dia, sebentar lagi juga akan sampai, tadi masih ada sesuatu yang harus dia kerjakan sedikit."
"Jadi, Vano itu anak Om, Clara. dia akan jadi kakakmu nanti," jelas Andrean saat mendapati ekspresi bingung Clara.
Obrolan antara mereka bertiga selama lima menit cukup membuat Clara dan Andran sudah dapat merasa dekat, Clara menyukai Andrean, begitupun Andrean.
Tapi, panggilan alam mendadak datang di waktu yang tidak tepat, mau tidak mau, mengharuskan Clara harus permisi dulu untuk ke toilet.
Karena terburu-buru, brugh ... Clara terjatuh saat dirinya menabrak seseorang, ingin rasanya dia marah karena baginya sosok itu yang salah.
"Maaf, mbak, kamu tidak apa-apa?" kata pria itu sambil mengulurkan tangan membantu Clara.
"Ga apa-apa gimana? Ga lihat aku jatoh? Ga liat juga apa kepalaku terbentur meja?" ucap Clara, emosi.
"Kan, aku uda minta maaf."
Sesaat Clara bengong melihat pria yang baginya menabraknya.
Padahal kenyataannya, dialah yang menabrak.
Wuuih, buset dah, cowok apa malaikat kok gantengnya kebangetan, kenapa aku ga ketemu dia saat aku tergila-gila sama Febri, ya? Agar aku cepat move on,' batinnya.
"Iya dimaafkan. Ya sudah permisi," ucap Clara lalu berlalu begitu saja.
Tiba di toilet, rupanya dia lupa dengan panggilan alam yang berkali-kali memperingatkan tadi selama di meja, dia malah memikirkan pria tadi.
'Stop Clara, jangan pikirkan orang asing lagi!' ucapnya seorang diri.
Dengan sedikit merapikan pakaian dan mekapnya, Clara keluar meninggalkan toilet.
Sesekalai dia melempar pandangan ke penjuru restoran, mencari di mana pria tadi duduk, namun tidak ditemukannya.
Supraise... Sungguh suatu hal yang tak terdukmga, dia melihat cowok yang bertabrakan dengannya tadi duduk bersama Mama dan calon Papanya, apakah dia Vano, calon kakak tiri Clara?
"Permisi," kata Clara sambil duduk di kursinya.
"Clara, kenalkan! Ini calon kakak kamu. Van ini calon adik kamu, Clara," ucap Andrean mengenalkan.
Vano menatap Clara lalu tersenyum, "Hai adek, kepalanya masih sakit?"
Clara tersipu malu, sedikitpun dia tidak berfikir pria di hadapannya ini akan menjadi kakak tirinya.
Vivian dan Andrean merasa bingung dibuatnya.
"Memang kenapa kepala Clara?" tanya Vivian heran, sekaligus cemas.
"Begini Ma, tadi kami bertabrakan, Adek jatoh kepalanya terbentur." Vano menjelaskan.
Vivian terdiam sesaat, dia merasa terharu mendendar Vano memanggilnya dengan panggilan mama.
"Tidak apa-apa kok," ucap Clara, berusaha rilex.
Ini cowo, ternyata calon Kakak tiriku! Ya Tuhan jangan biarkan aku jatuh cinta padanya kelak. Mata minimalis yang menyorot tajam, rahangnya yang kokoh, dada bidang serta badan yang tinggi tegap. Astaga! Ini nyata apa aku yang sedang berada dalam novel ya?' batin Clara.
"Yakin Dek, tidak apa-apa?" Ucap Vano membuyarkan lamunan Clara.
"Tidak apa-apa, Kak!" Clara memberanikan diri memandang ke arah Vano.
'Beneran, calon Kakak tiriku ini, maskulin banget!' batinnya lagi, namun segera dia menyadarkan diri.
Tapi dia langsung teringat dengan Eren yang suka tebar-tebar pesona dan demen koleksi pria tampan.
'Ya Allah, apapun alasannya, jangan sampai dia jadi kakak iparku, meski kakak ipar tiri, melihat kak Vano yang kaya gini pasti Eren rela putus permanen sama Alfa.'
"Ra, kamu mau makan apa?" tanya Vivian.
"Apa aja lah Ma, asal makan," jawab Clara sekenanya.
Sementara Vivian bengong dan saling pandang dengan Andrean, Andrean pun tertawa melihat ulah Clara yang cuek dan serba apapun itu.
"Hahaha, Clara, kamu pilih saja menunya, mau makan apa, minum apa, kaya ga punya selera saja."
"Justru itu, Om ..."
"Panggil papa dong, Dek," potong Vano.
Lagi-lagi Clara hanya bisa tersenyum.
"Iya, Pah."
Usai acara makan malam, mereka saling mengobrol, Vano memang sosok yang mudah bergaul dan supel, tapi tidak dengan wanita. Dia hanya berteman dengan sesama pria saja. Tapi, bukan berati dia gay. Dia normal kok. Koleksi wanitanya banyak tapi tidak ada yang dia seriusin. Wanita baginya sama hanyalah teman di kala suka saja. Dan tak bisa dikasih hati.
Andrean dibuat heran sekaligus tak percaya, baru beberapa menit bersama calon adik, dia nampak akrab dan dekat.
Bahkan, Vano juga nampak tertawa terbahak ketika bersama Clara, entah apa yang mereka obrolkan.
"Vin, kamu lihat Vano!"
"Iya mas, seperti bukan dirinya, di kantor dia sangat dingin terlebih pada wanita, kalau di luar .... "
"Tidak, Vin, memang dia itu cenderung kaku, tapi mungkin dia cocok dengan Clara," potong Andrean.
"Iya mas, semoga mereka jadi saudara yang baik."
"Iya, Vin, semoga Vano bisa menjadi kakak yang baik untuk Clara, bisa melindungi adiknya."
"Aamiin," jawab Vivian.
Acara makan malam selesai pukul 20.30 WIB. Andrean bermaksut mengantar Vivian dan Clara pulang,tetapi, Vano sudah duluan meminta izin pada sang Papa dan calon Mama untuk mengantar Clara.
Malam ini Vano tidak mengendarai mobil, dia lebih menyukai motor sport ketimbang mobil, dan sangat cocok dengan Clara yang suka ngebut.
"Besok Clara pulang sekolah jam berapa?" tanya Vano sambil nyetir motor.
"Besok hari apa, ya? Jumat biasanya pulang jam 11, kenapa, kak?"
"Sekolah di SMA 3 Surabaya kan? Boleh Kakak jemput kamu besok?"
"Boleh,"
Clara sangat senang sekali, dia senyum-senyum sendiri. Vano sepertinya akan baik dan sayang sama dia, mana ganteng lagi.
'Semoga saja besok kak Vano pake motor, biar semua temen-temen tau, dan mikir aneh-aneh tentang kami,' Batinnya.
"Ra..." panggil Vano.
"Iya, ada apa, Kak?"jawab Clara.
"Oh, diem aja, kirain tidur," goda Vano.
"Ah, gak lah, bisa aja," Clara memukul pelan pundak Vano. "Stooooop!"
Vanopun rem mendadak motornya yang membuat Clara terpental kedepan dan tubuhnya menubruk Vano.
Dengan cueknya dia cengiran sambil turun dari motor Vano, lalu pergi ke dalam begitu saja.
"Uda nyampe, hehehe."
"Clara," pangil Vano, dia berhenti dan menoleh.
"Iya."
"Gak persilahin kakak mampir dulu, gitu?"
"Uda malam, Kakak, ga baik anak gadis menerima tamu pria semalam ini." Clara membalikan badan lagi, berjalan ke rumah.
Vano tersenyum geli, memang tujuannya tidak lebih sekedar menggoda calon Adik saja, sih.
"Clara!"
Kembali dia berhenti dan membalikan badannya,
"Apa, lagi?" ucapnya kesal.
"Helmnya," kata Vano sambil menunjuk pada helm yang Clara kenakan.
"Oh, iya lupa, hehe. Ini Kak, makasih ya, daaa selamat malam," ucapnya lagi langsung nyelonong ke dalam.
Sedangkan Vano masih mengamati Clara sampai lenyap dari pandangnnya dan baru meninggalkam tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Wida krisna winata
omaigattttt gue salting' sendiri 😭😭😭😭
2023-05-26
0
Andri Haryono
lanjut Thor.. tp faktor Usia Papa Andrean
2022-08-18
0
Astirai
hadir thor.... ttp smangat
dukung jg bukalah hatimu untukku ya...
2021-04-10
1