"Siapa yang masuk rumah sakit, Ra?" tanya Vivian.
"Reza, Ma, semalam aku dapat chat dari dia, kalau dia masuk IGD." Dengan raut wajah penuh rasa bersalah Clara menjawab pertanyaan Vivian.
"Memang kenapa kok sampe masuk IGD?" tanya Vivian dengan raut wajah kaget.
"Brantem sama Farell, dia ga trima aku putusin, dan mengira aku pacaran sama Reza, karena kemarin siang aku jalan bareng sama Reza, Ma,"
"Hemmpp, kamu bersalah banget lo sama Reza,"
"Makanya, tau ortunya ada di luar negeri aku temanin dia sampai tadi siang, karena sudah ada Eren dan Selly di sana yang nemenin."
"Ya ga cukup dengan itu, Ra, kamu harus bikin perhitungan dengan Farel, anak orang main di hajar saja, mantan pacar kamu itu, bener-bener saiko, ya." Vivian bergidik membanyangkan andai pria itu menjadi menantunya.
Termasuk yang menghajar Vano kemaren kan Farel, batin Clara.
"Tenang, polisi sedang mencarinya," jawab Clara enteng.
"Ra, kamu mandi saja dulu, lalu istrirahat sebentar, pasti kamu capek, nanti kita makan malam bersama Yuna juga," ucap Andrean ikut nimbrung setelah sedari tadi hanya menyimak saja.
"Iya, Pah, nanti aku bantu kalian masak," ucap Clara lalu pergi meninggalkan mereka.
Clara terkejut ketika dia membuka pintu kamar, ternyata dari tadi Vano menunggu di dalam kamarnya, dengan cepat Vano menarik lengan Clara dan membanting tubuhnya ke atas kasur.
"Aw... Kamu kenapa, sih, Kak?" tanya Clara heran.
"Kamu ingat kan, beberapa hari yang lalu ingin mengandung anakku agar semuanya beres." Dengak Ekspresi marah Vano menarik paksa kemeja yang Clara kenakan.
Clara semakin terkejut, ia bersaha mberontak tapi tenaganya kalah besar dengan tenaga seorang pria.
"Van, kamu jangan gila. Di luar ada papa dan mama." Clars berusaha menenangkan Vano.
"Lalu kenapa? Biar mereka tahu. Dan jika kau hamil nanti tidak akan menimbulkan pertanyaan."
Vano yang sudah gelap mata akibat cemburu tak mampu lagi berfikir jernih.
Clara semakin ketakuan dan mulai menangis kedua lengannya disilangkan di depan dadanya.
"Van, mau kamu itu apa, sih? Kenapa kau jadi begini? Kau kan yang bilang kalau aku ini adikmu?"
Vano terdiam sejenak menatap Clara yang masih terus terisak. Tangannya meraih slimut menutupi tubuh sang adik menyeka air matanya lalu memelukanya.
"Maaf, maafkan aku, jangan nangis lagi, ya!"
Tak ada jawaban dari Clara selain suara isakannya yang masih sedikit terdengar.
"Kamu kenapa semalam tidak pernah angkat telfonku, kamu ngapain saja sama dia, dan lagi aku tidak bisa mendengar kamu numpang mandi di rumahnya, terlebih baju pria itu yang kau kenakan." Suara Vano merendah sambil membelai lembut kepala Clara dalam pelukannya.
"Kami tidak ngapa-ngapain, semalam aku nemenin dia di rumah sakit dan baru tadi siang dia boleh pulang," jawab Clara, lirih.
"Maafkan aku, Ra," ucap Vano sambil mempererat pelukannya.
"Harus kamu ingat, kami sahabatbsejak SMA, gak mungkin dia berbuat macam-macam padaku."
"Iya, aku percaya sama kamu, cepat ganti pakaian dan beristirahatlah." Vano melangkah mendekati pintu. Sebelum ia keluar ia berhenti dan kembalo berkata, "segera kembalikan kemeja itu pada pemiliknya jangan lama-lama disimpan di sini. Atau, aku akan membakarnya."
"Iya, iyaaaaa.Uda keluar saja dari sini sebelum ada yang lihat!" ucap Clara mengingatkan.
Clara baringan sejenak setelah berganti baju, beristirahat 15 menit cukuplah membuang lelahnya, lalu dia akan masak untuk makan malam nanti, memang tidak spesial tapi Clara ingin memulai permainannya sekarang.
Tepat pukul 15.00 Clara terbangun dari tidurnya, dia mengeliat malas di atas kasurnya, sesaat dia membuka ponselnya, menerima pesan dari Reza, lalu membalasnya.
Kemudian dia teringat dengan Yuna dan makan malam di rumah, buru-buru dia bangun cuci muka lalu ke dapur.
Dilihatnya Vivian dan Yuna sudah menyalakan kompor, keduanya ngobol sangat akrab.
"Rencana mau masak apa kita, Ma?" tanya Clara tiba-tiba.
"Apa aja yang sepesial, Ra, kemarin Mama habis belanja banyak banget," jawab Vivian.
"Oh, ok. Ma biar kami berdua saja yang masak, mama istirahat saja, gih! Itung-itung Clara biar dekat dengan calon Kakak ipar," ucap Clara, nampak tidak dibuat-buat.
"Oh, iya juga, ya, ya sudah kalian saja yang masak, Mama akan ke atas dulu," ucap Vivian lalu pergi meninggalkan dapur.
Kini di dapur hanya ada Clara dan Yuna, Senyuman Clara yang tadi manis kini nampak sinis, wajahnya juga nampak ketus menatap tajam pada Yuna.
Diam-diam Yuna juga nampak ngeri dengan ekspresi Clara di tambah pisau tajam di tangannya yang dimain-mainkan.
"Yuna, sini aku potong kamu. Biar kucicipi dagingmu. Enak, tidak?" Gadis itu menyeringai sambil mengarahkan pisau di tangannya kepadanya.
"Ayo, aku lihat seberapa kemampuanmu dalam memasak, karena cara meluluhkan lelaki itu dari perutnya dulu, kalau kamu tidak bisa masak enak, jangan salahkan kalau suamimu jajan di luar," ucap Clara. Membuyarkan imajinasi liar Yuna.
"Aku akan belajar semaksimal mungkin untuk memberi yang terbaik pada suamiku, Ra" jawab Yuna santai.
"Harus, aku tidak mau kakakku sampai salah memilih istri, istri yang tidak pecus urus suami," ucapnya ketus.
"Iya, Clara," jawab Yuna, mulai merasakan hawa panas yang timbul dari ucapan maupun sikap Clara padanya.
Yuna membersihkan ikan segar yang sudah disiapkan Bi Narti untuk untuk di masak.
Usai dilumuri bumbu, dengan ekpresi takut Yuna memasukan ikan itu ke dalam penggorengan berisi minyak panas, dan ...
Tas...
"Aduh," kata Yuna ketika minyak panas itu muncrat mengenai lengannya.
"hah," Clara tersenyum miring, "Bukan wanita kalau masih takut dengan minyak panas," ucap Clara lalu meraih spatula dari tangan Yuna dan mulai menggoreng ikan itu.
Bahkan dengan sangat cepat dan cekatan hampir semua masakan Clara yang membereskan, Yuna hanya mematung bengong seperti keledai bodoh.
Dipandanginya seluruh penampilan Yuna dari ujung kepala sampai ujung kaki, kembali senyuman sinis Clara tersungging di bibirnya.
"Penampilan boleh berkelas, tapi kemampuan Nol. Bahakan tampang kamu saja tidak standart, semua hanya tertolong dengan produk brended yang kamu kenakan saja Yuna, serius masih nekat dijodohkan dengan kakakku, Vano?" Dengan hidangan di tangannya Clara melewati Yuna, dan terus sibuk memindahkan makanan dan menatanya di meja makan.
Yuna hanya terpaku, dadanya terasa sesak seolah akan meledak menahan ejekan demi ejekan yang sedari tadi Clara lontarkan tanpa bisa membalasnya sedikitpun.
Dalam hati Yuna mengutuk dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa masak, kenapa juga dia tidak terlahir cantik alami seperti Clara? Seolah tidak ada bedanya antara Clara yang berpenampilan kucel dan dirinya yang sudah berpoles mekap.
"Kau akan bergerak memasak sesuatau yang spesial untuk kakakku Vano, atau hanya akan mematung saja?" ucap Clara lagi.
Dengan tergopoh Yuna mengambil Jamur dan siap memasaknya.
2 jam kemudian semua masakan sudah beres, dengan dibantu Bi Narti makanan siap dihidangkan di meja makan keluarga.
Sedangkan Clara dan Yuna bersiap untuk mandi, sekilas Clara melihat sekelibat Yuna masuk ke kamar Vano. Dengan cepat Clara menyusul dan memegang pundaknya untuk menahan Yuna.
"Hey, cewek muka pas-pasan dan manja, kamu tau, ini kamar siapa?"
"Apa salah, jika aku masuk kamar calon suamiku sendiri untuk mandi?" ucap Yuna sambil mendengus kesal.
"Masih calon aja uda bangga, tunangan juga belum, banyak yang uda tunangan ga jadi Nikah, apalagi ... Hah, sana pergi mandi saja di kamar tamu!"
Dengan menghentakan kakinya Yuna pergi ke bawah menuju kamar mandi di bawah untuk mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 417 Episodes
Comments
Ninik Farida
suka sama clara..
2020-02-27
3
Parti ❤ ☕🌹
galak banget clara wkwk
2019-12-15
3
Parti ❤ ☕🌹
galak banget clara wkwk
2019-12-15
3