Satu persatu orang-orang disitu pulang ke rumah mereka satu persatu hingga menyisakan sosok Weng Xialong dan dua orang remaja laki-laki dan perempuan seusia Weng Lou.
Keduanya menatap Weng Lou dari atas sampai bawah lalu kemudian ikut pergi dari situ.
"Jangan lupa kita akan melakukan latihan besok pagi!" Remaja laki-laki itu berseru sambil melangkah pergi.
"Oke!" Weng Lou membalas ucapannya.
Setelah mereka pergi, Weng Xialong pun berjalan mendekati Weng Lou dan kedua orang tuanya.
"Li, aku tidak tau apa yang kau tidak ceritakan tadi, tapi aku tau itu demi kebaikan Keluarga Weng kita. Semoga kau dan keluarga mu selaku baik-baik saja," ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan mereka.
Setelah tidak ada orang lain yang ada disitu sekian Weng Lou sekeluarga, mereka pun masuk ke dalam rumah mereka.
Di dalam rumah, Weng Lou langsung memposisikan dirinya duduk di kursi yang berada di dekat pintu keluar rumahnya.
Badannya terasa sangat pegal dan terasa sedikit sakit pada punggungnya yang terluka sebelumnya.
Tanpa banyak tanya, Weng Hai segera mendekati Weng Lou dan membalik badannya. Dia menatap punggung Weng Lou yang pakaiannya robek karena terkena cakaran dari Beruang Iblis Hitam.
"Coba jelaskan pada ibu, bekas apa ini?" Satu pertanyaan itu membuat Weng Lou terdiam selama beberapa saat sebelum dia kemudian menghela napasnya dan mulai menjelaskannya pada ibunya yang sebenarnya terjadi.
Hanya perlu waktu beberapa menit saja bagi Weng Lou untuk menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi kepadanya.
Weng Hai mendengarkan dengan baik cerita Weng Lou lalu menatap suaminya, Weng Li yang saat ini sudah berbaring di tempat tidurnya karena kelelahan.
Dia belum beristirahat sama sekali satu hari ini. Semua tenaganya sudah habis.
"Apa itu benar, sayang?" tanya Weng Hai kepadanya.
"Aku tidak terlalu tau bagaimana kejadian pastinya. Yang jelas dari temuan dan bukti yang berhasil kutemukan sepanjang perjalanan pencarian Lou'er, cerita yang dikatakan oleh Weng Lou adalah benar.
Aku tau kau ingin mengatakan itu sama sekali tak masuk akal. Maksud ku, bagaimana bisa ada sebuah pohon besar yang mengeluarkan cahaya terang dan meledak bagai sebuah bom? Kecuali ada serangan nyasar yang meledakkan pohon itu maka itu masuk akal.
Masalah utamanya adalah, bagaimana Lou'er bisa masuk sedalam itu. Dari ceritamu Lou'er, kau tidak masuk terlalu dalam dan hanya berburu di sekitar pinggiran Hutan Kematian saja, bukan?"
Weng Lou mengangguk mengiyakan pertanyaan ayahnya.
Dia sangat yakin bahwa dirinya tidak masuk sebegitu dalam pagi tadi, hanya saja memang ketika dia pulang bersama ayahnya tadi, dia menemukan bahwa dirinya memang berada sangat dalam di Hutan Kematian.
Itu masuk akal dirinya dapat berjumpa dengan Beruang Iblis Hitam jika memang benar dia masuk sedalam itu.
"Huuhhh...kalau begitu kita tidak perlu membahas ini terlebih dahulu. Kau pasti lelah, segera istirahatlah, Lou'er akan ku periksa sebentar, takutnya ada luka dalam pada dirinya."
Weng Li tak menjawab dan langsung tertidur saat itu juga. Dia benar-benar lelah sudah sangat lelah dan tak bisa menahannya lagi.
Dirinya tertidur sangat lelap di tempat tidur dengan bertelanjang dada. Untungnya dia sudah melepaskan semua peralatannya sehingga dia bisa tidur dengan nyaman.
Weng Hai tersenyum melihatnya lalu kemudian menoleh ke arah Weng Lou dan menyuruhnya untuk melepas bajunya.
Tanpa mengatakan apapun Weng Lou segera membuka bajunya dan langsung membelakangi ibunya itu.
Mengepalkan tangannya, cahaya kemerahan pun mulai muncul melapisi tangan kanan Weng Hai yang kemudian berubah menjadi api berwarna merah terang.
Dia kemudian membuka telapak tangan kanannya itu dan menempelkannya pada punggung Weng Lou dimana sebelumnya menurut cerita dari Weng Lou merupakan tempat Beruang Iblis Hitam mencakar nya.
Sensasi hangat dapat dirasakan oleh Weng Lou dari sentuhan tangan ibunya, bukannya sensasi panas terbakar seperti orang-orang yang terkena api pada umumnya.
Rasa hangat itu mulai menyebar ke seluruh tubuh Weng Lou dan perlahan membuat tubuhnya terasa sangat rileks. Otot-ototnya yang sebelumnya terasa sedikit tegang karena kelelahan terasa seperti sedang di pulihkan.
Hening selama beberapa menit, Weng Hai pun menarik kembali tangannya dari punggung Weng Lou.
"Tidak ada luka dalam yang serius, sepertinya pil yang diberikan oleh Pendekar yang kau dan ayahmu ceritakan adalah pil penyembuh tingkat tinggi," ucap Weng Hai yang kemudian bangkit berdiri dan berjalan ke arah sebuah lemari di dekat jendela.
Dia membuka lemari itu dan mengambil sebuah pakaian di dalamnya, lalu melemparkannya kepada Weng Lou yang kemudian refleks ditangkap olehnya.
"Ganti pakaianmu, dan segeralah beristirahat." Weng Hai berbicara pada Weng Lou lalu pergi ke tempat tidur dan tidur di samping Weng Li.
Weng Lou menatap pakaian yang diberikan oleh ibunya itu sejenak sebelum kemudian pergi ke sebuah ruangan untuk mengganti pakaiannya sekaligus membersihkan dirinya.
Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian, Weng Lou pun pergi ke tempat tidurnya, dan langsung tertidur dengan nyenyak diatasnya.
***
Pagi harinya, sama seperti hari-hari sebelumnya, Weng Lou sudah bangun dan berada di luar rumahnya.
Meskipun semalam dia sangat kelelahan dan tertidur sangat nyenyak, bukan berarti dia akan melupakan latihan rutinnya.
Apalagi hari ini, dirinya akan melakukan latihan bersama rutin dengan kedua sahabatnya yang juga merupakan anggota Keluarga Klan Cabang Weng di Desa Sungai Biru ini.
Berdiri tegak sambil menghadap ke arah matahari terbit, Weng Lou memejamkan matanya dan menarik napas dalam.
Udara pagi yang segar masuk kedalam paru-parunya, dan membuat tubuh Weng Lou terasa segar. Ini salah satu kenikmatan dari berlatih di pagi hari. Dia bisa menyegarkan kembali sirkulasi pernapasannya.
Ketika dia masih memejamkan mata, dari kejauhan, terlihat dua orang remaja sedang berjalan ke arahnya.
Mereka adalah dua remaja yang sama dengan yang semalam.
Sosok anak laki-laki bernama Weng Wan, dia bisa dibilang teman sangat dekat Weng Lou, sehingga bisa disebut sebagai sahabat nya.
Sebenarnya Weng Wan tidaklah langsung menjadi temannya saat pertama kali keduanya bertemu. Weng Wan dulunya adalah anak nakal yang suka membuat masalah di Desa Sungai Biru. Dirinya yang merupakan seorang anak laki-laki, membuatnya juga berlatih beladiri dan berhasil menjadi seorang Praktisi Beladiri.
Dia memiliki sedikit bakat diatas rata-rata anak seusianya, sehingga dia sering mengganggu anak-anak desa lainnya. Namun sikapnya itu segera berubah ketika Weng Lou kecil mengalahkannya dalam sebuah duel tidak resmi. Sejak itu Weng Wan sering melekat dengan Weng Lou dan berlatih bersamanya
Sementara yang anak perempuan bernama Weng Hua. Dia juga adalah sahabat dari Weng Lou. Karena kedua orang tua mereka merupakan teman dekat sejak kecil, hubungan keduanya juga sudah dekat sejak kecil.
Weng Lou, Weng Wan, dan juga Weng Hua menjadi Praktisi Beladiri diwaktu berdekatan, begitu juga dengan ketika mereka naik ke Dasar Pondasi tingkat 2.
Mereka bertiga sering berlatih bersama untuk meningkatkan tingkat praktik mereka. Ketiganya berniat untuk mengikuti tes masuk Keluarga Utama Weng di Kota Bintang Putih yang akan dimulai kurang dari satu minggu lagi.
"Kalian terlambat," ucap Weng Lou yang membuka kedua matanya dan menatap ke arah datangnya Weng Hua dan Weng Wan.
Weng Wan hanya mengangkat bahunya mendengar ucapan Weng Lou itu.
"Kau yang kepagian bangunannya, kami datang sesuai jadwal utama kita," balas Weng Wan.
Mau bagaimanapun, apa yang dikatakan oleh Weng Wan adalah benar. Weng Lou memang bangun terlalu pagi.
Bahkan diwaktu ini semua orang masih tidur di rumah mereka, hanya saja Weng Wan dan Weng Hua berusaha untuk menyamakan waktu bangun mereka dengan Weng Lou agar dia tidak terlalu lama menunggu mereka.
"Ayo kita lakukan pemanasan terlebih dahulu, baru kita mulai berlatih." Weng Hua membuka suara.
Weng Lou dan Weng Wan mengangguk menyetujuinya.
Melakukan beberapa gerakan sederhana sebagai pembuka, mereka pun mulai melakukan pemanasan. Setelah itu Weng Lou mulai berlari ringan yang kemudian diikuti oleh Weng Hua lalu Weng Wan di belakangnya.
Mereka bertiga pun berlari memutari Desa Sungai Biru. Ini adalah salah satu bentuk pemanasan utama mereka sebelum mulai berlatih.
**Catatan Penulis:
Dilihat judul Chapternya. Jika tidak ada kata "(REVISI)" maka itu belum diperbaiki. Jangan lanjut baca jika belum ada kata "(REVISI)" nya**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
Yuda Suastika
oh gitu
2024-06-20
1
Nice
2023-08-13
1
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😀💪👍👍🙏
2023-06-19
1