Dipinggiran Desa Sungai Biru bagian timur. Ayah Weng Lou dan Beruang Iblis Hitam terlihat masih sedang bertarung.
Syhuu....Ssst sst sst...
Terlihat ayah Weng Lou bertarung melawan Beruang Iblis Hitam dengan cukup sengit.
"Teknik Tombak Angin, gerakan keempat, Sayatan Angin Malam!"
Ffyyuuuhhhh...-!
Tombak ayah Weng Lou bergerak cepat dan meninggalkan luka sayatan yang cukup lebar dan panjang di bagian kiri kepala Beruang Iblis Hitam.
Luka itu, jika dalam kondisi biasa, maka akan terasa sangat menyakitkan bagi Beruang Iblis Hitam itu. Tapi bukannya berteriak kesakitan, Beruang Iblis Hitam itu tampak semakin murka, dia menerkam kearah ayah Weng Lou tanpa mempedulikan luka yang baru saja dia terima.
Ayah Weng Lou menyadari apa yang akan dilakukan oleh beruang itu, dia melompat tinggi keatas saat Beruang Iblis Hitam itu menerkam kearahnya.
"Beruang sialan, kau sudah membunuh anggota keluargaku, jadi kau harus mati juga."
Ayah Weng Lou mengambil satu butir pill yang diberikan oleh Weng Lou sebelumnya. Tanpa pikir panjang dia langsung menelannya.
Saat pill itu sudah mencapai perutnya, tiba-tiba terjadi lonjakan tenaga dalam diperut ayah Weng Lou.
Tak mau membuang-buang waktu, ayah Weng Lou melanjutkan serangannya kepada Beruang Iblis Hitam itu.
"Teknik Tombak Badai, gerakan kelima, Badai Murka Dewa!"
Ayah Weng Lou memutar kencang tombak ditangan kanannya kemudian menyalurkan lebih dari setengah tenaga dalam yang ia miliki kedalam ujung tombaknya dan juga dikedua telapak kakinya.
"Teknik Langkah Cheatah, gerakan Kedua, Lonjakan Kaki Belakang!"
Bump!
Terjadi ledakan dikedua telapak kaki ayah Weng Lou secara bersamaan dan membuatnya meluncur dengan sangat cepat ke Beruang Iblis Hitam yang ada dibawahnya.
Tombak yang sebelumnya ia putar dengan sangat cepat, sekarang berada dalam posisi siap menusuk, dapat dilihat cahaya hijau terang menutupi seluruh mata tombak yang berwarna hitam.
"HAAAAA!!!!!"
Syyyytttt.....-BDAAARRR!!!
Kali ini sebuah tusukan dengan daya ledak yang luar biasa tercipta begitu ujung mata tombak ayah Weng Lou mengenai punggung Beruang Iblis Hitam.
Sebuah lubang dengan diameter satu meter tercipta di punggung Beruang Iblis Hitam itu dan membuatnya langsung tumbang tak bernyawa di tanah sedangkan ayah Weng Lou terdorong kembali keatas setinggi 7 meter.
Dari ketinggian itu, ia bisa melihat banyak hewan buas yang sedang bergerak kearahnya dan desa. Saat masih memperhatikan hutan, terlihat sekawanan makhluk sedang terbang kearahnya dengan sangat cepat.
Ayah Weng Lou menyipitkan kedua matanya dan melihat dengan jelas sosok-sosok yang sedang terbang kearahnya itu.
Itu adalah sekawanan gagak yang memiliki bulu berwarna hitam malam. Tubuh mereka hanya sebesar setengah dari besar Serigala Macan, tapi jumlah mereka sangatlah mengkhawatirkan.
Kawanan gagak itu berjumlah 35 ekor, dan tampaknya mereka tidak dipimpin oleh salah satu gagak. Murni bergerak berdasarkan insting mereka.
Tap....
Ayah Weng Lou mendarat ditubuh Beruang Iblis Hitam. Dia dengan cepat memperhatikan tubuh Beruang Iblis Hitam, mencoba mengira-ngira beratnya.
Dirinya tau, jika gagak-gagak itu sampai, maka tubuh Beruang Iblis Hitam ini akan habis dimakan oleh mereka. Oleh sebab itu, ayah Weng Lou berpikir untuk membawa tubuh beruang besar ini, karena pastinya harganya sangat mahal jika dijual.
Tak mau berpikir lebih lama, dia langsung mengeluarkan semua kekuatannya yang masih tersisa dan berlari sambil membawa tubuh Beruang Iblis Hitam itu.
***
Di kedalaman Hutan Kematian yang gelap dan mencekam.
Terlihat seekor beruang raksasa sebesar bukit kecil sedang tidur dengan pulas nya. Tiba-tiba matanya terbuka, seakan-akan bangun dari sebuah mimpi.
Matanya menunjukkan kemarahan dan keganasan. Dia menggeram marah dan mulai bangkit berdiri.
"Anakku....manusia.....GRRRROOOAAARRRRRR!!!!!!" Beruang raksasa itu mendadak mengamuk dan menghancurkan semua yang ada disekitarnya.
Hanya dengan satu kali sapuan menggunakan tangannya pohon-pohon yang ada disekitarnya langsung beterbangan ke segala arah.
"Ayah! Ayah! Tenanglah! Kami mohon, tenangkan dirimu!"
"Jendral! Tolong ingatlah kami!"
Sekawanan beruang raksasa namun jauh lebih kecil datang menghampiri beruang raksasa yang sedang mengamuk itu dan mencoba menghentikannya.
Jika dilihat-lihat, mereka terlihat hampir sama dengan Beruang Iblis Hitam, namun ada beberapa perbedaan. Salah satu perbedaannya adalah jumlah tanduk yang ada di kepala mereka.
Apabila Beruang Iblis Hitam dewasa hanya memiliki sebuah tanduk di kepala mereka, maka kawanan beruang raksasa ini memiliki jumlah empat tanduk di kepala mereka.
Dan perbedaan lainnya adalah kawanan beruang ini baru saja berbicara, dan jelas sekali bahwa Beruang Iblis Hitam biasa tak akan bisa berbicara mau bagaimanapun caranya, bahkan dengan cara yang ayah Weng Lou pikirkan sebelumnya.
"Ha...ha...manusia sialan...mereka berani membunuh anakku yang lainnya...baru kemarin aku kehilangan seorang anakku, dan hari ini juga sama.
Apakah kita telah melakukan sesuatu kepada mereka? Kita selama ini hampir tidak pernah menggangu mereka kecuali mereka memang berniat mengincar kita."
Sang beruang raksasa itu menggertak kan gigi-giginya yang tajam.
"Lapor jendral, 3 hari ini adalah hari berburu. Mungkin salah satu dari anggota keluarga kita telah memasuki wilayah manusia dan membuat mereka marah." Seekor beruang dari kawanan itu menjawab sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajahnya langsung.
"Hm? Hari berburu? Maksudmu titah dari Yang Mulia 50 tahun yang lalu?
Aku memang dari sejak pertama kali dikeluarkannya titah itu sudah tak setuju.
Buat apa raja yang memerintah seluruh hutan kematian meminta upeti kepada penghuninya? Itu hanya omong kosong saja, jelas-jelas dia ingin kita membuat manusia marah dan menghabisi kita satu persatu."
"Benar ayah! Seharusnya ayah merebut gelar raja itu! Aku yakin ayah adalah pemimpin yang pantas untuk Hutan Kematian ini," kata seorang beruang yang berada di paling depan kawanan.
Beruang itu terlihat agak lebih besar dari beruang lainnya di kawanan itu.
Dia berkata dengan bersemangat dan mata yang bercahaya, berharap mendapatkan pujian dari sang beruang raksasa itu
Namun, bukannya mendapatkan pujian, dia malah menerima sebuah pukulan keras di kepalanya.
"Apa kau gila?! Kau ingin seluruh keluarga kita dihabisi? Jika ada salah satu panglima yang mendengar mu kau pasti sudah mati dan aku tak akan bisa protes.
Apa kau tau mengapa Hutan Kematian ini bisa menjadi surga bagi hewan buas seperti kita? Itu karena sang raja! Kau mengerti?!"
Sang Beruang Raksasa dengan geramnya membentak beruang yang telah dia pukuli itu.
"Kalian semua dengarkan perintahku! Beri tau semua keluarga kita untuk tidak pergi menyerang ke wilayah manusia! Cukup berburu didalam wilayah Hutan Kematian saja! Kalian mengerti?!"
"Mengerti ayah!" Jawab semua beruang di kawanan dengan serentak, kemudian pergi berpencar, melaksanakan perintah yang di berikan kepada mereka semua.
"Ku harap kalian tak menguji kesabaran ku lebih jauh lagi, manusia." Sang beruang raksasa itupun kembali berbaring di tanah dan tertidur lelap.
Kembali ke Desa Sungai Biru.
Ayah Weng Lou yang sedang menarik tubuh besar beruang iblis berpapasan dengan Weng Lou yang berniat menuju ke tempatnya.
Weng Lou tak bertanya apa-apa saat dia bertemu dengan ayahnya, tetapi langsung membantu ayahnya menarik tubuh besar Beruang Iblis Hitam karena dia melihat apa yang berada dibelakang ayahnya.
"Sial! Dari segala hewan buas yang hidup di Hutan Kematian, mengapa harus mereka?!" Weng Lou mengumpat dalam hatinya.
Dia tau apa yang sedang mengejar ayahnya, mereka adalah Gagak Pelahap. Jenis hewan buas yang sangat berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari Beruang Iblis Hitam yang mereka hadapi sebelumnya.
Setiap Gagak Pelahap memiliki kekuatan Dasar Pondasi tingkat 4 menengah, tapi memiliki tubuh yang lemah. Kekuatan mereka hanya ada di paruh mereka yang dapat melahap segala makhluk hidup dengan sangat cepat, bahkan tak menyisakan tulang sedikit pun.
"Ayah! Apa rencananya?!"
"Tenang saja! Bantu saja ayah membawa tubuh Beruang Iblis Hitam ini!"
"Baiklah!"
Weng Lou dan ayahnya berlari dengan segenap kekuatan mereka, menuju kesebuah gubuk tua yang ada didekat gerbang masuk desa.
Mereka segera berhenti tepat didepan gubuk itu begitu sampai. Kemudian ayah Weng Lou masuk kedalam gubuk tua itu dan mengambil sebuah kendi dari tanah liat yang lumayan besar.
Ayah Weng Lou membuka tutup kendi itu, dan tercium lah bau menyengat khas yang Weng Lou kenal.
Minyak!
Kemudian ayah Weng Lou mengambil obor yang ada ditaruh di gerbang desa.
"Lou'er! Ayah akan melempar kendi ini kearah kawanan gagak ini. Ayah ingin kau membakar mereka dengan anak panah yang dibakar.
Ingat! Kau memecahkan kendi itu terlebih dahulu menggunakan panah biasa. Kemudian, kau harus bisa membakar mereka disaat kendi itu pecah menggunakan anak panah lainnya yang berapi, sehingga mereka semua akan terbakar. Kesempatan kita hanya ada satu kali saja, kau harus berhasil, ayah percaya padamu."
"Serahkan padaku ayah!"
"Oke. Ayah mulai!"
Ayah Weng Lou berdiri tegap dan memegang kendi minyak itu dengan kedua tangannya.
"Huuaaaaaa.......!!!!"
Lemparan yang sangat cepat dilakukan oleh ayah Weng Lou, dan menerbangkan kendi minyak itu ke atas kawanan Gagak Pelahap.
Shuuuu....
Sebuah anak panah melesat dan memecahkan kendi itu.
Shuuuu...
Anak panah lainnya kemudian menyusul dan melesat. Anak pananh itu sukses mengenai minyak yang bertumpahan di langit.
Hwuushhh......
Kobaran api langsung tercipta dan mengenai seluruh Gagak Pelahap itu. Tubuh mereka denngan cepat dilahap oleh api. Hanya dalam hitungan beberapa menit saja, seluruh Gagak Pelahap kini sudah ada ditanah tak bernyawa karena terbakar.
Itulah kelemahan terbesar Gagap Pelahap, api. Bulu-bulu hitam mereka sangat mudah terbakar oleh api, dan itulah yang dimanfaatkan oleh ayah Weng Lou.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
Harman LokeST
langsung
2022-06-12
1
Jasman
rangkaian kata kta dlm cerita sgt rapi dan bgus cm tll bertele tele utk kapasitas cerita pendek. kekurangan lainnya cerita ini tdk mjelaskan secara lengkap tingkat kultivasi pd hal dlm cerita ada tingkat pondasi. bkn itu saja cerita ini juga juga mlibatkan bintang spiritual bahkan bisa berbicara tpi tdk mnjelaskan ttg inti bintang itu sdri.
2022-03-21
1
Ellis Sri Mulyati
mantap bertarung dg otak
2022-01-22
1