Desa Sungai Biru, pagi hari.
Weng Lou dan ayahnya berhasil mempertahankan desa dari serangan para hewan buas.
Setelah mereka berhasil menghabisi sekawanan Gagak Pelahap, Weng Lou dan ayahnya tidak bertemu dengan hewan buas yang berbahaya lainnya.
Jadi sepanjang malam, mereka menghabiskan waktu dengan mengumpulkan bagian-bagian tubuh yang penting dari hewan-hewan buas yang berhasil mereka bunuh.
Yang pertama mereka kumpulkan bagian tubuhnya adalah Beruang Iblis Hitam. Bukan tanpa alasan, dari segala hewan buas yang mereka bunuh, Beruang Iblis Hitam ini lah yang memiliki nilai jual paling tinggi dari yang lainnya.
Walaupun mereka cukup bersemangat mengumpulkan bagian yang penting pada tubuh Beruang Iblis Hitam, tetapi tubuhnya yang besar dan juga kulitnya yang keras dan tebal membuat Weng Lou dan ayahnya cukup kesulitan memotong bagian-bagian tubuhnya.
Mereka membutuhkan waktu satu jam lebih hanya untuk mengumpulkan bagian-bagian yang penting pada tubuh Beruang Iblis Hitam.
Selanjutnya mereka melanjutkan ke kawanan Serigala Macan yang mereka habisi paling pertama dari segala hewan buas yang mereka bunuh.
Mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan bagian-bagian tubuh yang penting dari kawanan Serigala Macan ini. Kira-kira butuh dua jam lebih bagi Weng Lou dan ayahnya untuk mengumpulkan semua bagian tubuh yang penting dari kawanan serigala ini.
Selanjutnya mereka menghabiskan waktu dengan berkeliling desa, membunuh semua hewan buas yang terlihat memasuki desa, lalu mengumpulkan bagian tubuh penting mereka lalu menumpuk sisa-sia tubuh mereka menjadi satu.
Weng Lou dan ayahnya berencana menggunakan sisa-sisa tubuh hewan buas seperti daging mereka untuk dijadikan bahan masakan di desa.
Selain bagian-bagian tubuh yang penting, daging juga memiliki khasiat tersendiri bagi yang memakannya.
Salah satu khasiat umum yang sudah diketahui oleh banyak orang adalah, daging binatang buas dapat membantu memperkuat tubuh. Namun karena harga daging binatang buas ini lumayan mahal, tidak sembarang orang dapat memakannya dengan rutin.
Biasanya anak-anak yang berasal dari keluarga kaya yang akan memakan daging binatang buas setiap harinya, inilah yang membantu pondasi tubuh mereka dapat solid saat sudah dewasa.
Daging yang Weng Lou dan ayahnya kumpulkan dalam satu malam ini cukup sebagai makanan para penduduk desa selama seminggu penuh.
Tapi, daging apa yang dapat bertahan dalam waktu satu minggu? Kecuali mereka mengasapi dagingnya atau mengasinkan nya, daging-daging ini tak akan bertahan lama.
Di Kota Bintang Putih, garam merupakan barang yang bisa dibilang cukup langka, per ons nya seharga 50 koin perak.
Ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, jarak antara Kota Bintang Putih dengan lautan mencapai jarak ribuan kilo meter, dan itu jika diambil dalam sebuah garis lurus. Jika dilihat dari rutenya, jaraknya bisa mencapai puluhan ribu kilo meter bahkan lebih.
Dan untuk mengasapi nya....itu bisa dibilang mustahil untuk dilakukan.
Berapa kilo berat keseluruhan daging yang mereka kumpulkan? Jika tidak ratusan, maka mencapai ribu.
Untuk mengasapi ratusan atau ribuan kilo daging...berapa banyak banyak kayu yang dibutuhkan sebagai bahan bakarnya? Jika mereka memiliki kayu yang cukup sekalipun, mereka tidak akan melakukannya.
Itu karena jika mereka mengasapi semua daging yang mereka kumpulkan menggunakan banyak kayu, maka lingkungan sekitar mereka akan tertutupi oleh asap yang mengganggu pandangan dan penglihatan mereka.
Itulah yang sedang dipikirkan Weng Lou bersama ayahnya saat ini. Bagaimana cara mereka membuat daging-daging ini tidak terbuang sia-sia.
"Ayah. Menurutmu daging ini dapat bertahan berapa lama?" Weng Lou bertanya kepada ayahnya yang tampaknya sedang berpikir keras.
"Menurut perkiraan ayah, daging-daging ini paling lama bertahan tiga hari tanpa diasapi maupun diasinkan." jawab ayah Weng Lou dengan lesu.
"Tidak bisakah kita menjualnya saja? Aku yakin hasil penjualannya akan sangat banyak."
"Tidak, kita tidak bisa melakukannya. Jika kita membawa daging-daging ini ke kota, itu berarti kita harus melewati Hutan Kematian terlebih dahulu.
Membawa daging sebanyak ini ke Hutan Kematian...itu sama saja kita menggali kubur kita sendiri. Aroma daging dan darah tidak bisa kita tutupi, dan itu dapat mengundang perhatian binatang buas yang ada disekitar.
Jika hanya binatang buas biasa, maka itu bukan masalah, hanya saja di Hutan Kematian, banyak binatang buas yang jauh lebih mengerikan dari Beruang Iblis Hitam dan Gagak Pelahap yang kita bunuh tadi malam."
"Haaa....benar juga. Seandainya kita bisa menutupinya seperti kita menutupi aroma bebek panggang yang kita bakar di hutan waktu kita berburu saat aku masih kecil dulu..."
"Ya, ayah juga berharap sepertimu Lou'er. Seandainya kita bisa menggunakan rempah-rem-!
Itu dia! Rempah-rempah! Kau memang jenius Lou'er! Ayo kita segera bengun kan para warga desa lalu kumpulkan mereka di depan rumah kepala keluar- tidak, kepala desa saja. Kumpulkan mereka di depan rumah kepala desa!"
Ayah Weng Lou langsung segera pergi, dan membangunkan para warga desa yang akhirnya bisa tidur dengan tenang setelah melewati malam yang mencekam, meninggalkan Weng Lou dalam kebingungan.
"Huh? Apa ayah lupa para warga Desa Sungai Biru lebih mencintai rempah-rempah dari pada rumah mereka sendiri ya?
Ah, sudahlah. Aku juga tidak tau bagaimana tanggapan para warga desa nantinya." Weng Lou pun akhirnya pergi dan membangunkan para warga desa lalu memberitahu mereka untuk segera berkumpul ke depan rumah kepala desa.
Kepala desa Desa Sungai Biru bukanlah orang dari Keluarga Weng ataupun keluarga besar lainnya, dia merupakan keturunan dari orang yang membangun Desa Sungai Biru ini.
Sebelum membangun desai ini, dulunya keluarganya merupakan pedagang keliling. Rumah kepala desa merupakan rumah sekaligus bangunan paling besar yang ada di Desa Sungai Biru, jadi wajar untuk mengumpulkannya di sana.
Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengumpulkan semua warga desa yang ada, namun setidaknya mereka tidak ada yang protes ataupun marah dibangunkan pagi-pagi begini.
Tentu saja itu karena mereka tau jasa dari Weng Lou bersama ayahnya mengatasi para binatang buas semalam.
Walaupun semalam tidak terlihat seorang pun di luar rumah kecuali Weng Lou dan ayahnya, sebenarnya hampir semua warga tidak tidur untum menyaksikan pertarungan Weng Lou dan ayahnya melawan binatang buas.
Mereka yang melihatnya menjadi kagum sekaligus hormat kepada Weng Lou dan ayahnya yang dengan gagah berani mempertaruhkan nyawa mereka melawan binatang buas, walaupun sebenarnya rasa hormat mereka hanya di tunjukkan kepada ayah Weng Lou saja.
Tapi mereka tetap salut kepada Weng Lou yang masih muda sudah sangat berani untuk bertarung melawan binatang buas. Terlebih lagi Weng Lou yang menjaga keamanan di dalam desa sedangkan ayah Weng Lou menjaga luar, menghentikan binatang buas yang bisa membahayakan warga desa.
Di depan kediaman Kepala desa Desa Sungai Biru.
Semua warga desa, mulai dari para orang tua, pemuda dan gadis, maupun anak-anak, semuanya berkumpul di depan halaman rumah kepala desa yang luas.
"Selamat pagi semuanya. Maaf sudah membangunkan kalian pagi-pagi begini, tapi ada hal penting yang harus kita bahas.
Sebelumnya aku ingin bertanya kepada kalian semua, apakah bagi kalian semua rempah-rempah sangat penting?" Ayah Weng Lou berbicara dengan menyalurkan tenaga dalamnya, sehingga suaranya terdengar keras dan jelas.
Para warga yang mendengar pertanyaan itu menjadi bingung, tetapi mereka tetap menjawabnya.
"Tentu saja! Rempah-rempah adalah emas sesungguhnya didunia ini!"
"Kami tak akan bisa hidup tanpa rempah-rempah!"
"Rempah-rempah adalah penyelamat hidupku! Dia sudah kuanggap sebagai anakku sendiri!"
Banyak warga desa yang menjawab pertanyaan ayah Weng Lou dengan semangat, mereka sepertinya lupa bahwa semalam mereka melewati malam paling berbahaya setahun sekali.
Ayah Weng Lou yang melihat ini mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan-akan tau jawaban mereka pasti akan seperti ini.
"Jika begitu maukah kalian berbagi rempah-rempah denganku untuk mendapatkan rempah-rempah dua kali lebih banyak?"
Mendengar pertanyaan ini membuat semua warga terdiam, tak ada yang mau menjawab. Mereka sangat bersyukur dan berterima kasih keapada ayah Weng Lou karena sudah membuat mereka mampu bertahan dalam krisis hari berburu.
Tapi di lain sisi, mereka sangat mencintai rempah-rempah mereka, bahkan ada beberapa orang yang menganggap rempah-rempah sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Ayah Weng Lou tersenyum pahit melihat tidak ada yang menjawab pertanyaannya, sama seperti Weng Lou.
Inilah yang Weng Lou maksud dengan 'terlalu mencintai sesuatu tidak akan selalu berakhir dengan baik.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
Raimon
Ah ....novel goblok lagi ...Blm ada Cincin Ruang....
2023-09-01
1
Harman LokeST
teruskan
2022-06-12
1
Jasman
knp smpai asal usul kpl desa pun di bahas bkn inti cerita utamanya aja. cerita ini jdi sgt mmbosankan
2022-03-21
0