Harsa menghela nafasnya setelah mengirim laporan perihal kambuhnya dirinya, ia tak bisa tidur dengan mata yang masih terlihat segar padahal kantung mata sudah sangat terlihat jelas.
kedua tangannya masih bergetar hebat, ketakutannya masih melekat di tubuhnya tetapi pikirannya sudah kembali normal, sepertinya tubuhnya masih terasa kambuh.
Ia mendiamkan dirinya sejenak membiarkan tubuhnya bereaksi, ia pejamkan sesaat kedua netranya.
Ah, dia menjadi tidak enak kepada tetangga barunya yang akan sering mendengar dirinya kambuh di jam jam malam seperti ini.
setelah tubuhnya membaik, Harsa bangkit dari duduknya dan berjalan turun menuju ruang tamu dan mendudukan dirinya disana.
Ia menoleh menatap jendela besar di sampingnya yang tak ia tutup sebelumnya, pemandangan cerah rumah di sebelahnya dapat Harsa lihat, sangat berbeda dengan rumah Harsa yang terlihat sangat tidak hidup itu.
Ponsel yang awalnya ia genggam kini berdering, tertera nama bibinya disana.
Ia langsung menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga kanannya.
Harsa
📱iya bi?
Yunita
📱Bibi kesana ya?bibi ga bisa tidur.
Harsa
📱ga usah bi.
Yunita
📱Harsa, perasaan bibi ga enak soal kamu. gapapa ya bibi kesana?nginap sehari saja.
Harsa menghela nafasnya, ia teringat jika dirinya belum merapihkan beling yang ada di kamarnya, jika bibinya tau ia akan bersih keras untuk tinggal bersama Harsa disini.
Harsa
📱iya bi.
Yunita
📱oke bibi kesana, pintu sudah di kunci? Kunci ya biar bibi pencet bel aja.
Harsa
📱udah bi.
Yunita
📱oke, bibi tutup ya. See u di rumah nak.
Panggilanpun terputus, Harsa dengan cepat langsung kembali ke kamarnya dan merapihkan beling yang sebelumnya berserakan, ia langsung membuangnya ke dalam tong sampah dan kini ia kembali mendudukan dirinya di sofa sekalian menunggu Yunita datang.
Tatapannya kembali ke arah samping rumahnya, terlihat jika lampunya kini mulai meredup yang berarti si pemilik sudah memasuki dunia mimpinya.
Harsa
Hidup normal itu, apa menyenangkan?
Saat tengah terlarut dalam pikirannya bel rumahnya terdengar bahkan pesan dari bibinyapun masuk ke dalam ponselnya menandakan jika yang menekan bel itu adalah Yunita.
Pintu terbuka, terlihat Yunita tersenyum dan membawa Harsa masuk, ia mengunci kembali pintu rumah itu.
Yunita
ayo tidur, malam ini bibi temani kamu.
Harsa hanya mengangguk patuh, ya semoga saja ia bisa tidur nyenyak dengan adanya Yunita di sampingnya.
....
Pagi kembali menyambut, Harsa sudah berkutat dengan tanaman di belakang rumahnya sementara Yunita masih tertidur di kamarnya.
Ternyata semalam Harsa benar benar tidak bisa tidur, meskipun ada Yunita di sampingnya ternyata itu tidak cukup berpengaruh.
Ia menoleh ketika mendengar seseorang tengah mengeluarkan plastik sampahnya itu, ah apa itu orang yang akan tinggal di sebelahnya?
Edgar
Oh?!kamu yang tinggal disitu?
Harsa hanya menatap datar Edgar, ia langsung melempar selang yang ia pegang dan langsung berjalan masuk tanpa menjawab atau menatap Edgar.
Jelas sikap itu membuat Edgar mengerutkan kedua halisnya heran, kenapa sikap lelaki tadi begitu sombong?
Edgar
di ajak bicara malah langsung masuk.
Edgar langsung kembali memasuki rumahnya sementara Harsa mencoba menetralkan jantungnya yang berdetak dua kali lipat itu, perasaan takutnya kembali muncul dengan tubuh yang terus bergetar hebat.
Bahkan kini perasaan paniknya mulai menyerang, Ingin rasanya ia berteriak memanggil bibinya. tetapi mulutnya seakan akan terasa kaku untuk ia ajak bicara.
Bersyukurlah karna Yunita langsung turun dan menghampiri Harsa yang sudah duduk di lantai dengan kedua tangannya memegang dadanya.
Comments
𓆩Huang_Fox°𓆪
Ku kira sombong ternyata lagi sakit..😭 okelah lain kali aku juga ngga bakal salah paham lagi👍🏻😔
2024-11-03
6
𓆩Huang_Fox°𓆪
Ternyata kalau kambuh bakaI mecahin barang ya..? aku kira bakal teriak-teriak/nangis parah karena keinget kejadiannya😔
2024-11-03
5
𓆩Huang_Fox°𓆪
Ngga juga, tapi bolehlah.. btw cuma karena kamu ngga kayak yang lain bukan berarti kamu ngga normal.
2024-11-03
3