deep sadness [chapter 18]

Pukul 17:40

Sesampainya Kania, Jena dan juga Elbra di di Indonesia. Mereka pun langsung bergegas ke mansion Elbra tanpa harus istirahat sebentar. Selama perjalanan, Kania terus menangis dan masih tak menerima kematian Luna. sedangkan Elbra ia hanya bisa diam terbungkam, ia hanya bisa termenung meratapi nasib buruk nya hari ini.

...----------------...

|Mansion Elbra Wijaya|

Ren masih berada di rumah duka, ia ingin menemani Luna sampai ke tempat terakhir nya. Setelah itu baru ia bisa pulang. Geo dan jelita juga ada di mansion Elbra, karena Ren yang juga mengabarkan tentang kematian Luna pada kedua orang tua nya.

Dan kini Ren sedang memandangi Luna yang di tutupi kain. Ia sengaja tak membuka kain nya, agar ingat itu tak kembali muncul. Ia hanya bisa memandangi Luna dari balik kain.

Saat sedang termenung, tiba tiba Ibrania datang menghampiri Ren sembari menepuk pelan pundak nya.

"Hey, makan dulu yok. Dari tadi bang Ibra gak ada liat kamu makan loh." Ajak Ibrania yang khawatir melihat kondisi Ren yang sangat berduka atas meninggalnya Luna.

"Iya, Ren. Kamu belum makan dari tadi, ayah gak mau maag kamu kambuh." Ucap Geo yang baru datang bersama Jelita, ia ikut khawatir melihat keadaan Ren saat ini. Ia takut maag Ren kambuh karena tidak makan.

"Maag ini gak sesakit hati ku, ayah." Jawab Ren sembari terus menatap jenazah Luna.

"Ayah tau kamu lagi sedih, tapi kamu harus ingat juga dengan kesehatan mu. Dengan kamu begini, Luna pasti ikut sedih, Ren. Kamu harus coba untuk ikhlaskan Luna." Nasehat Geo sembari merangkul pundak Ren yang tetap diam mematung di samping jenazah Luna.

"Sulit, ayah." Jawab Ren dengan menangis, sembari memeluk sang ayah. Entah kenapa hari ini ia sangat lah cengeng, hari ini air mata nya terus mengalir, entah apakah stok air mata nya masih ada atau hampir habis.

"Anak kecil yang dulunya selalu berantem, anak kecil yang dulu nya selalu bersama kemana mana, dan sampai sekarang mereka tetap bersama. Tapi kali ini mereka harus berpisah. ayah paham perasaan kamu, Ren. Ayah juga sedih, ayah sudah anggap Luna seperti anak kandung ayah. Ayah juga tak percaya Luna pergi secepat itu, tapi takdir tak ada yang tau, nak. Ayah harap kamu tak berlarut-larut dalam kesedihan." Batin Geo sembari memeluk hangat putra nya yang sedang menangis di pelukan nya.

...----------------...

tak lama kemudian, Kania, Jena dan Elbra sampai di mansion. Dengan terburu buru Kania langsung masuk ke dalam rumah untuk menemui Luna. Saat melihat kain yang menutupi tubuh seseorang, tiba tiba kaki Kania lemas seketika. Ia pun terduduk di lantai, sembari menutup mulut nya, ia tak percaya apa yang di ucapkan Ibrania ternyata benar. Ibrania yang melihat kedatangan sang ibu langsung datang menghampiri nya, dan berusaha membantu nya untuk berjalan menemui Luna. Sedangkan Elbra, ia berdiri diam sembari menunduk, rasanya ia tak sanggup melihat jenazah putri nya.

Geo yang paham perasaan Elbra, langsung merangkul pundak nya sembari mengelus punggung nya, dan berusaha menenangkan nya.

Kania yang sudah duduk di samping jenazah Luna, perlahan lahan membuka kain yang menutupi wajah Luna. saat melihat wajah sang putri, Kania menangis histeris sembari berusaha membangunkan Luna.

"Luna.....hiks hiks....bangun, sayang. ibu yakin kamu gak akan pergi nak, bangun, Luna....hiks hiks." tangis Kania sembari mengguncang guncang tubuh Luna, ia tak percaya putri nya telah tiada.

"Luna udah meninggal, Bu." ucap Ibrania sembari berusaha menenangkan Kania yang mengguncang guncang tubuh Luna.

"benar yang Ibrania bilang, Kania." sambung Jelita yang juga ikut menenangkan Kania.

"Gak!! putri ku masih hidup, bangun sayang, ayo bangun." Jawab Kania yang tetap kekeh dan terus berusaha membangunkan Luna.

"sudah, Bu. Luna udah gak ada." Ibrania terus berusaha menyadarkan ibu nya bahwa Luna tak mungkin bangun.

melihat kegaduhan yang ada di hadapannya, Elbra pun memberanikan diri nya untuk menghampiri sang istri, lalu berkata.

"sudah, Kania. putri kita sudah tiada, mau kamu guncang bagaimana pun, dia tak mungkin bangun." ucap Elbra sembari menatap sedih jenazah Luna.

"gak, El. Luna gak mungkin pergi, Luna masih hidup, El." tangis Kania yang semakin menjadi jadi, Elbra pun memeluk erat sang istri, sembari berusaha menenangkan istri nya yang sedang tantrum.

Setelah cukup tenang, Elbra pun mendekati jenazah Luna, lalu menatap nya penuh kesedihan dan penyesalan. Tanpa sadar, air mata nya mengalir begitu saja, Dengan cepat ia pun langsung menghapus air mata itu, lalu kembali menatap Luna dan berkata.

"maafkan ayah sayang, ayah tak pernah ada waktu buat kamu dan Ibrania. Ayah benar benar menyesal, Luna. andai waktu bisa di ulang, ayah janji akan selalu ada buat kamu dan kakak kamu. Ayah menyesal selama ini tak pernah ajak jalan jalan lagi anak anak ayah. Terakhir kali kita jalan jalan...." ucap Elbra terhenti, karena ia lupa kapan terakhir kali jalan jalan bersama keluarga nya.

"saat Luna masih kelas 3 SMP, yah." sambung Ibrania yang masih ingat betul terakhir kali mereka jalan jalan bersama.

"maafin ayah, Ibra. bahkan ayah melupakan hari di mana kita bersenang-senang bersama." ucap Elbra sembari memeluk putra nya.

"Gapapa, yah. udah biasa." jawab Ibrania sembari tersenyum tipis pada Elbra.

mendengar jawaban Ibrania, rasanya begitu sesak di dada Elbra. begitu buruk nya ia di mata anak nya, namun ia menyadari semua itu, yang Ibrania bilang memang benar, ia pantas menerima nya.

malam ini menjadi malam terakhir mereka melihat Luna. besok pagi jenazah Luna sudah harus di makam kan, dan malam ini Ren dan juga kedua orang tua nya menginap di mansion Elbra, agar besok pagi bisa langsung ikut mengantarkan jenazah Luna ke pemakaman.

...----------------...

|Kamar tamu|

kini Ren sedang terbaring di ranjangnya, ia berusaha untuk tidur. Namun tak bisa, karena setiap kali ia memejamkan mata, ingatan tentang Luna terus terbayang bayang di benak nya. setiap kali ingatan itu muncul, ia selalu menangis tanpa sadar.

Ren sebenarnya sudah sangat lelah karena terus menangis, tapi tetap saja ia tak bisa tidur malam ini. Karna tak bisa tidur, ia pun mencoba membuka hp nya, berharap ia bisa ngantuk lalu tertidur.

Namun saat membuka hp nya, ia kembali menangis karena melihat walpeper hp nya. Bagaimana tidak, walpaper hp Ren ternyata foto Ren bersama Luna saat mereka kecil.

sambil menangis Ren pun membuka galeri hp nya, jujur ia rindu dengan Luna. ia meluapkan rasa rindunya dengan melihat foto nya bersama Luna. Tak di sangka begitu banyak foto nya bersama Luna, dari foto masa kecil, hingga foto mereka sekarang.

to be continued~

Mohon dukungan nya 🙏🏻

See you tomorrow 👋🏻

Terpopuler

Comments

ora

ora

Padahal mereka banyak rejeki. Tapi sebagai ganti rejeki itu, sampai-sampai mereka nggak ada waktu untuk sama-sama....

2024-12-01

1

ora

ora

Yang masuk ke dalam rumah Kania, bukan Luna kan? Kalau Luna yang masuk kan serem🧐🤭😁

2024-12-01

1

ora

ora

Luna aja kamu tinggal terus. Kamu juga nggak peduli sama anak-anak mu😤😭😭🤧

2024-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!