|Rumah sakit terdekat|
Kini Ibrania sedang menunggu dokter keluar untuk memberi tau kondisi sang adik. Perasaan khawatir, cemas, dan takut, sungguh membuat Ibrania tak tenang.
Sembari menunggu dokter keluar, Ibrania mencoba menghubungi kedua orang tua nya untuk memberitahu kan kondisi Luna. Namun, tidak ada satu pun yang mengangkat telpon Ibrania. Kedua orang tua mereka kelihatan nya hari ini sangatlah sibuk, hingga tak bisa menerima telpon dari anak nya sendiri.
Cukup lama Ibrania menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari ruangan Luna. Dengan raut wajah yang serius, dokter pun menghampiri Ibrania. Sebelum memberi tahukan kondisi Luna, sang dokter menghela nafas panjang sejenak. Setelah itu barulah ia memberi tau tentang kondisi Luna.
Selesai dokter bicara, seketika Hati Ibrania serasa di tusuk pisau.
Jleb
Begitu sakit hati nya, saat mengetahui jika sang adik terkena kanker otak . Ia tak menyangka Luna di berikan penyakit mematikan itu. Dengan suara lemah, Ibrania meminta izin pada dokter untuk masuk ke ruangan Luna. Dan dokter pun memperbolehkan nya.
Cukup lama Ibrania menunggu, akhirnya Luna pun terbangun dari pingsan nya. Saat Luna perlahan membuka mata nya, ia melihat sang kakak yang duduk sembari membaringkan kepalanya di dekat lengan Luna. Saking lama nya menunggu, hingga membuat Ibrania tertidur.
"Kakak...di mana aku?." Tanya Luna sembari melihat sekeliling nya dan berusaha untuk duduk. Ibrania yang merasa ada pergerakan pun langsung terbangun dari tidur nya.
"Luna, kamu udah bangun?." Tanya Ibrania sembari membantu Luna duduk.
"Belom, masih tidur aku." Jawab Luna bercanda.
"Masih aja ya bawel nya." Ibrania heran dengan adik nya yang sangat mengesalkan itu, di kondisi apapun ia sempat sempat nya bercanda.
"Ya kakak sih, aku udah melek, ya kali masih tidur." Luna.
"Nama nya juga basa basi Lun. Oh ya, masih sakit?." Jawab Ibrania sembari memegang pundak Luna.
"Udah mendingan, kak." Jawab Luna dengan senyum manis nya.
"Syukurlah." Gumam Ibrania sembari mengelus dada nya, lega.
"Kenapa Luna ada di sini kak?." Tanya Luna sembari menatap sang kakak yang bersedih.
"Kamu tetap semangat ya, Jangan menyerah, kak Ibra janji, akan selalu temani proses penyembuhan kamu." Ibrania berusaha menyemangati Luna, sebelum ia memberi tau penyakit yang di idap oleh Luna. Ia tak ingin sang adik menjadi patah semangat dan merasa tak ada tujuan hidup.
"Maksud kak Ibra apa, memang nya Luna sakit apa?." Tanya Luna yang tak paham maksud dari ucapan Ibrania.
"Kanker otak." Jawab Ibrania sembari menunduk sedih, ia tak ingin sang adik melihat wajah sedih nya.
"HA!" Kaget Luna sembari menutup mulut nya, ia tak percaya diri nya bisa terkena kanker otak.
"Kak...kakak bohong kan, kakak cuma bercanda kan. Bilang sama Luna kalo ini bercanda kak, bilang sama Luna kak?!!" Ucap Luna tak terima, sembari memegang bahu sang kakak dan menatap nya penuh harap, Luna berharap ucapan sang kakak hanya lah candaan.
"Kakak gak bohong Luna, ini memang benar." Jawab Ibrania lemah, ia tak kuasa melihat wajah sedih sang adik. Ia sangat tau bagaimana perasaan Luna saat ini.
Luna belum bisa menerima keadaan, ia pun menangis tanpa suara, sembari menutup wajah nya. Ibrania yang melihat itu langsung memeluk sang adik, berusaha menenangkan nya.
"Kakak yakin, Luna. Kamu pasti sembuh, kamu juga harus yakin itu." Ucap Ibrania tepat di telinga Luna.
_______________________________________________
05:30 matahari pagi kini perlahan naik. Gadis cantik yang terbaring di ranjang rumah sakit, masih memejamkan mata nya. Begitu juga sang kakak yang tidur di sofa.
Tak lama kemudian, Luna pun terbangun dari tidur nya. Perlahan ia mengusap matanya lalu mencari ponsel nya untuk melihat jam.
Saat melihat ponsel nya di atas meja, Luna pun berusaha mengambil nya dalam keadaan masih terbaring. Namun, tangan nya yang ceroboh malah menjatuhkan pot bunga hias yang ada di dekat ponsel nya. Hingga membuat sedikit gaduh.
Ibrania yang masih tertidur, seketika terbangun dan melihat ke arah Luna. Melihat pot bunga yang jatuh, Ibrania pun langsung menghampiri Luna. Lalu meletakkan kembali pot bunga hiasan tersebut ke meja tadi.
"Kalo Luna butuh bantuan, bilang aja ke kakak." Ucap Ibrania sembari tersenyum manis pada adik nya.
"Makasih ya kak." Luna sangat bahagia, Karena sang kakak sangat memperdulikan nya.
"Oh ya kak, aku mau pulang. Mau siap siap buat sekolah." Luna.
"Kamu masih sakit, Luna. Istirahat dulu sekolah nya, nanti biar kakak aja yang minta izin ke guru kamu." Jawab Ibrania sembari mengelus rambut panjang gadis cantik itu.
"Luna mau sekolah kak, ayo pulang." Mohon Luna sembari menggenggam tangan Ibrania.
"Luna bisa kok, kakak jangan khawatir."
Ibrania tak habis pikir dengan Luna, anak lain biasanya akan sangat senang jika tidak masuk sekolah. Tapi Luna, ia malah sebaliknya.
"Ya udah, nanti kakak coba bicarakan dulu sama dokter nya." Jawab Ibrania dengan tenang, walaupun Luna sudah SMA, tapi di mata Ibrania Luna masih menjadi adik kecil nya, karena Luna selalu manja pada nya. Dan sebisa mungkin Ibrania akan berusaha mewujudkan apa saja yang Luna inginkan.
"Makasih banyak kak Ibra." Luna begitu senang walaupun jawaban Ibrania belum pasti, ia pun memeluk erat sang kakak sembari tersenyum lebar.
_______________________________________________
|SMA TUNAS BANGSA|
Kini Jam sekolah telah menunjukkan pukul 06:30. Lonceng sekolah pun segera di bunyikan, pertanda sudah waktunya masuk kelas.
Ren yang sedari tadi berada di depan gerbang, menunggu kedatangan Luna. Ia bingung kenapa luna belum datang juga, biasanya Luna selalu datang awal saat ke sekolah.
Satpam yang sedari tadi memperhatikan Ren, langsung menyuruh Ren untuk masuk, karena gerbang sekolah akan segera di tutup.
"Kenapa gak masuk, lonceng sudah berbunyi, ayo cepat masuk sebelum telat." Ucap pak satpam pada Ren, sembari sedikit menutup gerbang nya.
"Tunggu sebentar pak, teman saya belum datang." Jawab Ren sembari melihat ke arah jalan, berharap Luna segera sampai.
"Lebih baik kamu duluan saja, kemungkinan dia tidak hadir hari ini." Saran pak satpam agar Ren segera masuk ke dalam gerbang.
"Luna, di mana kamu?."Batin Ren khawatir, baru kali ini Luna tidak mengabari nya. jika Luna tidak sekolah, biasanya ia akan mengabari Ren.
"Eh malah bengong, ayo masuk. Atau mau saya tutupin nih?." Ucap pak satpam yang membuat Ren langsung sadar dari lamunannya.
"I-iya pak, saya masuk." Jawab Ren terpaksa, ia tak bisa menunggu lagi, karena pak satpam ingin segera menutup gerbang nya.
Ren pun dengan lesu melangkah kan kaki nya masuk ke lingkungan sekolah. Namun baru beberapa langkah tiba tiba ia mendengar suara seseorang. Yang membuat langkah nya terhenti.
to be continued~
Mohon dukungannya teman teman 🙏🏻
see you tomorrow readers 👋🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
ora
Vote untuk Ibra yang baik hatinya🤭❤️❤️❤️
2024-11-04
1
Manik🌼
1 votes.
2024-11-05
1
Manik🌼
aminkan..
2024-11-05
1