pick up Luna [chapter 7]

"Iya, Bun. Aku selalu ingat pesan itu, bunda tenang saja."

Setelah meminta support dari bundanya, Ren langsung bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaian nya.

Setelah selesai mengganti pakaian nya, tak lupa Ren memasukan baju basket nya kedalam tas lalu pergi menemui sang ibu untuk berpamitan. Ia menghampiri jelita lalu mencium punggung tangan nya sembari mengucapkan salam lalu pamitan.

Setelah berpamitan pada Jelita, Ren langsung menghampiri motor nya Dengan penuh semangat, lalu menaiki motor kesayangan nya itu. Tak lupa ia memasangkan helm di kepala nya, selain untuk keselamatan, helm tersebut juga membuat pesona Ren semakin meningkat.

Ren bersenandung kecil sembari fokus menyetir, ia terlihat begitu semangat karena ingin menjemput Luna. Entah kenapa Ren merasakan kesenangan tersendiri saat melakukan hal yang berhubungan dengan Luna, ia tak tau apa maksud perasaan itu. Hingga Ren memilih untuk mengabaikan perasaan itu dan terus melakukan apa yang membuat nya senang tanpa Memikirkan makna dari kesenangan nya itu.

_______________________________________________

|Mansion Elbra Wijaya|

Sesampainya Ren di rumah Luna, ia di sambut dengan ramah oleh pak satpam yang berjaga di gerbang sembari membuka kan gerbang untuk Ren. Tanpa rasa canggung, Ren langsung mengetuk pintu rumah Luna sembari sesekali memanggil nama Luna.

Tok tok tok

"Luna....Luna." panggil Ren sembari mengetuk pintu nya.

Tak lama kemudian, ada seseorang yang membuka pintu nya. Dia adalah supir pribadi Luna.

"Sore, pak." Sapa Ren sembari tersenyum ramah pada pak supir tersebut.

"Sore. Ada apa datang kemari, Den. Apakah mencari non Luna?." Tebak pak supir yang sangat hafal dengan kedatangan Ren ke mansion Elbra.

"Hehehe, iya pak. Sore ini Luna mau temenin aku ke sekolah buat latihan basket, ini aku mau jemput." Jawab Ren setelah tertawa kecil.

"Di jemput...Bukan nya saya yang antar non Luna, Den?." Bingung sang supir saat mendengar pernyataan Ren yang ingin menjemput Luna.

"Aduh...kali ini aja pak. Izinin Ren boncengin Luna, masak pergi nya gak barengan." Mohon Ren dengan wajah memelas nya agar di berikan izin oleh sang supir.

"Maaf, Den. Tapi ini sudah tugas saya mengantar jemput non Luna." Jawab sang supir sembari sedikit membungkuk sopan.

"Kali ini aja, pak. Boleh ya boleh ya." Ren tak menyerah membujuk sang supir, ia terus memohon sembari menyatukan kedua tangan nya di dada.

"Tapi, Den-" ucapan sang sopir terpotong, karena ada seseorang yang menepuk pelan pundak nya.

"Biarkan saja, pak. Untuk kali ini saja beri kan izin."

"Bang Ibra....makasih." Dengan senyuman yang lebar dan mata berbinar, ia menatap kagum ke arah Ibrania. Sembari mengucapkan terima kasih.

"Tapi, den Ibra. Bagaimana jika nyonya dan tuan tahu?." Khawatir sang sopir yang takut akan ketahuan oleh Elbra dan Kania.

"Tenang saja, pak. Tidak perlu khawatir, biarkan ini jadi urusan Ibra." Ucap Ibrania yang mencoba menenangkan sang supir yang sedang khawatir.

Alasan orang tua Luna tidak mengizinkan Ren membonceng nya adalah, karena Ren mengendarai motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi, hingga membuat mereka sedikit khawatir dengan keselamatan Luna.

Karena saat awal masuk SMA, Ren pernah membonceng Luna. Namun sial nya ada seseorang yang melihat mereka berdua sedang boncengan menggunakan motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Orang tersebut memberi tau Kania hingga akhirnya Kania tak mengizinkan lagi Ren membonceng Luna menggunakan motor.

Setelah mendengar ucapan Ibrania, mau tak mau sang sopir pun memberikan izin pada Ren. Lalu pamit pergi untuk melanjutkan pekerjaan nya.

Setelah kepergian sang sopir, Ibrania pun menarik tangan Ren. Lalu membawa nya pergi menuju ke arah taman yang ada di depan halaman rumah nya.

"Kenapa kesini bang, Luna nya mana?." Bingung Ren setelah sampai di taman, ia bingung kenapa Ibrania membawanya ke sini bukan ke tempat Luna berada.

"Ren..." Panggil Ibrania sembari menatap Ren dengan tatapan serius.

"I-iya, bang. Kenapa?." Tanya Ren yang semakin bingung dengan sikap Ibrania yang menurut nya cukup aneh.

"Ingat, Ren. Aku izinin kamu bonceng Luna, tapi kamu harus janji, jangan ngebut bawa motor nya, dan jangan lupa terus jagain dan perhatiin Luna. Kalo terjadi sesuatu, cepat kabarin aku." Ibrania berusaha mempercayai Ren, walaupun ia sedikit khawatir. Namun, demi kesenangan Luna, ia harus rela jika di Omeli kedua orang tua nya.

"Itu udah pasti, bang Ibra. Tanpa di ingatkan, aku akan selalu jagain Luna, tapi...kenapa tiba tiba bang Ibra nanya gitu?." Tanya Ibrania penasaran.

"Sudah lah, tak perlu kamu pikirkan. Sebaliknya kamu temui Luna Sekarang, dia ada di kamar nya." Jawab Ibrania berusaha mengalihkan pembicaraan, sembari merangkul pundak Ren untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah.

|Kamar Luna Wijaya|

Kini Luna sedang duduk di meja belajar nya, ia terlihat sedang sibuk menulis sesuatu di buku diary nya. Luna sengaja meluangkan sedikit waktu nya untuk menulis diary, sebelum ia pergi menemani Ren latihan basket.

*POV Luna

"Hari ini perasaan ku sedang campur aduk, antara sedih dan senang. Sedihnya aku sudah tidak kuat lagi, tubuh ku sekarang sangat lemah karena penyakit menyebalkan ini. Kenapa penyakit ini memilih ku? Apa kematian ku bermula dari penyakit ini? Tidak tidak, tidak mungkin. Karena aku sudah berjanji pada kakak untuk terus berusaha sembuh, aku pasti bisa sembuh kok. Pasti....dan senang nya, hari ini aku bisa melihat Ren latihan basket. anak itu sudah lama tidak bermain basket hingga membuat ku rindu melihat nya bermain. Dan lebih senang nya lagi, Karena kak Ibra sangat peduli pada ku. Aku senang dapat perhatian lebih dari kakak, walaupun aku kekurangan perhatian dari ibu dan ayah." Batin Luna sembari tangan sibuk menulis.

"Lagi nulis apa?." Tanya Ren yang tiba tiba berada di samping Luna sembari melihat ke arah buku diary Luna.

"Ehh...kapan kamu di sini, Ren?." Tanya Luna sembari menutup buku diary nya, agar tak di baca oleh Ren.

"Baru kok." Jawab Ren sembari tersenyum manis.

"Uhh...syukurlah." batin Luna sembari menghembus nafas lega.

"Kamu kenapa panik gitu. Emang nya apa yang kamu tulis di buku?." Tanya Ren yang heran dan penasaran dengan buku yang tadi Luna tulis.

"Ga-gak ada kok." Jawab Luna gugup sembari menyimpan buku nya ke dalam laci meja.

"Hayo loh, lagi nulis tentang aku ya?." Tanya Ren bercanda sembari menatap Luna dengan tatapan Jahil nya.

"Ih, kepedean kamu. Ngapain juga aku nulis tentang kamu." Elak Luna yang berusaha menutupi faktanya.

to be continued~

mohon dukungannya 🙏🏻

Terima kasih 😉

see you tomorrow 👋🏻

Terpopuler

Comments

Manik🌼

Manik🌼

satu /Rose/+dua iklan untuk mu

2024-12-12

1

ora

ora

/Rose//Rose//Rose/ untuk Ren yang keren🤭

2024-11-07

1

Manik🌼

Manik🌼

aduh duhhh/Sweat/

2024-12-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!