|Lapangan basket SMA tunas bangsa|
Terlihat di lapangan basket ada sekumpulan pria sedang latihan basket. Mereka adalah Ren, Revan dan juga teman teman nya. Selain mereka, di pinggir lapangan basket yang teduh juga terlihat gadis cantik dengan senyuman manis nya sedang menonton mereka latihan basket, siapa lagi jika bukan luna.
"Ayo semangat semuanya, kalian pasti bisa." Teriak Luna memberi semangat, sebenarnya ia hanya ingin menyemangati Ren, karena takut di cie ciein, Luna pun menyemangati semua nya.
Ren yang yang mendengar teriakkan Luna menjadi lebih semangat bermain basket. Walaupun ia sedang fokus latihan, namun pandangan nya tetap memperhatikan Luna.
Saat sedang asik asik nya memberi semangat, tiba tiba kepala Luna kembali pusing. Sebisa mungkin menahan rasa sakit itu sampai latihan basket selesai, namun lama kelamaan rasa sakit nya semakin menjadi jadi. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke toilet, agar ren tidak melihat sedang kesakitan.
Dengan terburu buru Luna langsung pergi menuju toilet sembari terus memegang kepalanya yang sakit.
Sesampainya di toilet
"Aku mohon, jangan disini ya Allah. Aku gak mau repotin Ren, dia lagi serius latihan." Batin Luna sembari memejamkan mata nya dan juga memegang kepalanya yang terasa sakit.
Tak lama kemudi, rasa sakit itu mulai mereda walaupun masih ada sedikit yang tersisa. Setelah merasa cukup membaik, Luna langsung membuka pintu toilet. Saat pintu terbuka, Luna terkejut melihat Ren yang sudah ada di depan toilet.
"R-ren....ka-" ucap Luna terhenti
"Kamu gapapa kan?." Tanya Ren dengan
raut wajah khawatir nya.
"Gapapa kok, emang aku kenapa?." Tanya Luna pura pura tak tau.
"Kamu tadi buru buru ke toilet, aku kira terjadi sesuatu sama kamu. Makanya aku susul." Ren sampai tak jadi memasukan bola nya ke ring karna melihat Luna yang tiba tiba pergi.
"Ren khawatir?." Batin Luna yang merasa di khawatirkan oleh Ren.
"Aku gapapa kok, Ren. Tadi cuma kebelet pipis doang kok." Bohong Luna sembari tersenyum menggunakan bibir pucat nya, membuat perhatian Ren tertuju pada bibir itu.
"Kamu kok pucat, aku gak yakin kamu gapapa. Kita kerumah sakit aja ya." Ajak Ren yang bertambah khawatir saat melihat bibir pucat Luna.
"Aku gapapa Ren, mending kamu lanjutin latihan nya." Jawab Luna sembari menggenggam tangan Ren untuk mengajak nya kembali latihan basket.
"Tunggu dulu Luna," Ren pun menarik pelan tangan Luna hingga membuat tubuh Luna menabrak dada bidang Ren.
"Maafin aku Luna. Aku gak berniat narik tangan kamu kuat kok." Ucap Ren yang merasa bersalah karena telah menarik tangan Luna, padahal ia menarik nya pelan hanya saja karena tubuh Luna yang lemas membuat nya tak bisa mengontrol keseimbangan diri nya.
"Ini bukan salah kamu kok, udah yok lanjut jalan." Jawab Luna sembari kembali mengajak Ren pergi.
"Luna." Panggil Ren dengan lembut, membuat langkah Luna terhenti.
"Kita pulang aja ya, aku udah janji ke Abang kamu buat jagain kamu. Kalo kamu kenapa-napa, aku bisa di cincang, Luna." Bujuk Ren sembari membalik tubuh Luna agar menghadap kepada nya.
"Tapi basket nya...." Luna merasa tak enak jika pulang duluan.
"Jangan di pikirkan, itu biar jadi urusan ku, Luna." Jawab Ren sembari tersenyum manis pada Luna.
"Maaf, Ren. Aku benar benar ngerepotin kamu." Batin Luna yang masih saja merasa diri nya merepotkan.
Di perjalanan pulang Ren menyuruh Luna untuk memeluk pinggang nya saat berkendara. Entah itu modus atau memang ia sangat khawatir, dan Luna hanya bisa menuruti apa kata Ren.
Setiba nya mereka di mansion milik Elbra Wijaya
"Makasih, Ren." Ucap Luna setalah turun dari motor Ren.
"Sama-sama, cepat sembuh ya cantik." Jawab Ren sembari mengelus rambut halus Luna. Mendapati perlakuan yang cukup romantis, pipi Luna tiba tiba memerah seperti tomato.
"Pipi kamu sakit juga, kok merah, kira kira jenis penyakit apa ini ya??." Goda Ren sembari memandangi pipi merah Luna.
"Gak ada ya, pipi aku merah Karena cuacanya lagi panas." Elak Luna sembari menutupi pipinya menggunakan kedua telapak tangan nya.
"Suka bohong hidung nya panjang loh, kayak Pinokio." Goda Ren lagi sembari menyentuh hidung Luna
"Yang suka jahil bibir nya monyong, kayak ikan koi." Balas Luna gak terima di bilang Pinokio.
"Hahaha, iya deh aku ngalah. Gapapa jadi ikan koi, asal kan kamu jadi insan nya." Jawab Ren.
"Ha, maksud nya?." Bingung Luna yang tak paham Maksud dari ucapan Ren di akhir kalimat.
"Aku pulang dulu ya, lun. Sampai jumpa lagi, byee." Ren pun mengabaikan pertanyaan Luna, dan memilih untuk pulang agar Luna tak bertanya lagi.
"Ren, tung-" Luna berusaha memanggil Ren, namun Ren sudah pergi begitu saja.
"Apa sih maksud nya, kenapa aku di jadikan insan ikan koi?." Gumam Luna yang benar benar tak paham walupun sudah ia pikirkan sejauh mungkin.
"Luna," panggil Ibrania sembari memegang bahu Luna.
"Ehh tuyul nyopet." Kaget Luna saat tiba tiba ada yang menyentuh bahu nya.
"Tega banget kamu, Lun. Masak ganteng ganteng gini di bilang tuyul nyopet." Ucap Ibrania sembari berpose sok keren.
"Lebih ke opet nyopet sih kalo ini." Bercanda Luna sembari melihat Ibrania dari atas Sampai bawah.
"Bener bener kamu ya, kakak jual juga kamu ke Thailand." Ucap Ibrania yang merasa gemas dengan tingkah adik nya itu.
"Ke korea aja, kak Ibra. Biar aku di beli oppa Taehyung." Request Luna sembari tersenyum penuh halu.
"Emang Taehyung mau beli kamu?." Tanya Ibrania sembari menatap adik nya dengan wajah yang lumayan dekat.
"Ya mau lah, kan aku lucu, cantik, baik, sopan, setia, dan yang paling penting aku rajin menabung, jadi keuangan oppa Taehyung aman di tangan Luna." Jawab Luna dengan gaya centil nya.
"Iya iya deh, udah yok masuk." Ajak Ibrania sembari menggandeng pundak Luna.
"tapi jadi kan kak ke korea." Jawab Luna masih saja bercanda.
"Jadi, kalo kamu udah sembuh." Ibrania.
"Serius kak?." Tanya Luna dengan mata membulat sempurna.
"Iya, Luna Wijaya." Jawab Ibrania yang merasa gemas dengan Luna sembari mencubit pelan pipi nya.
"Luna bukan anak kecil lagi kak Ibra. Plz jangan cubit pipi aku, sakit tau." Kesal Luna sembari mengelus pipi nya.
"Di mata kakak kamu tuh kayak bocah umur 5 bulan 17 tahun." Jawab Ibrania bercanda.
"Ha? Gimana gimana?." Tanya Luna bingung sembari menaik kan sebelah alis nya.
Ibrania yang sudah lelah meladeni adik nya, ia pun langsung menggendong adik nya menuju ke dalam rumah, agar ia tak banyak bicara lagi.
"Ehh, aku bisa jalan sendiri kak." Ucap Luna yang tak mau di gendong.
"Gapapa, kakak gendong aja biar kamu gak banyak omong lagi." Jawab Ibrania sembari menggendong Luna ala ala bridal style.
continued ~
Thank you for reading
Mohon dukungan nya 🙏😁
see you again 👋🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Manik🌼
1 iklan untuk mu🤩
nanti siang lagi bacanya aku mauuu lanjut nulis lagi papay adik ipar
2024-12-23
1
Manik🌼
ren apakah kita nikah saja ya/Grievance/
2024-12-23
1
Manik🌼
weeeee lagi fokus juga😩
2024-12-23
1