|Kantin sekolah Tunas bangsa|
Kini Ren sedang beristirahat di Kantin sekolah nya, hidup nya kini benar benar terasa hampa dan sepi. Walaupun di samping nya kini ada Aqila yang berisik.
"Ren, ayo dong di makan. Jangan bengong terus." Ucap Aqila sembari berusaha menyuapkan makanan ke mulut Ren.
"Aku bisa sendiri." Jawab Ren sembari mengambil sendok nya dari tangan Aqila.
"Bisa apa Ren, dari tadi kamu cuma aduk aduk gak jelas makanan nya." Ucap Aqila yang sedari tadi memperhatikan kegalauan Ren.
"Aqila, mending kamu kumpul Sama teman teman kamu aja, aku lagi pengen sendiri." Ren sudah muak meladeni Aqila yang keras kepala ini.
"Gak Ren, aku mau temenin kamu aja di sini." Bantah Aqila.
Terserah kamu deh, tapi jangan berisik." Pasrah Ren yang sedang malas berdebat.
Tak lama kemudian, tiba tiba ponsel Ren bergetar. Ren pun melihat ponsel nya, dan menemukan nama seseorang yang selama ini ia cari cari.
"Bang Ibra." Batin Ren yang kaget, Karena Ibrania tiba tiba menelpon nya sendiri, padahal saat ia mencari Luna, nomer itu tidak bisa di hubungi.
Saat ia ingin mengangkat nya, ia melihat Aqila yang terus memperhatikan nya. Ren pun berniat mengangkat telepon nya di tempat lain, agar Aqila tak mendengar percakapan nya.
"Aku mau ke toilet bentar." Setelah mengucapkan itu, Ren pun langsung pergi meninggalkan Aqila.
"Telepon dari siapa ya, apa mungkin Luna?" Gumam Aqila yang penasaran.
________
|Di toilet|
Sesampainya Ren di toilet, ia pun langsung mengangkat telepon dari Ibrania.
"Bang, kalian kemana aja bang. Aku udah cari kerumah, bahkan ke kantor. Tapi sedikitpun aku gak tau keberadaan kalian." Ucap Ren yang sangat ingin tau keberadaan Luna sekarang.
"Luna meninggal, Ren." beri tau Ibrania yang langsung ke intinya.
"Bang.....gak lucu bang, plz jangan bercanda!" Jawab Ren yang tak percaya.
"Gak ada yang bercanda, Ren. Maafin bang Ibra karena selama ini udah hilang tanpa kabar." Ibrania.
"Gak, pasti ini bohong kan. Ini belum bulan April kan, kenapa udah April mop?" Tanya Ren yang belum percaya, ia yakin ini prank.
"Jenazah Luna di makam kan besok pagi, Ren." Beri tau Ibrania lagi, membuat hati Ren benar benar sesak. bahkan ia sangat sulit bernafas saking kaget nya mendengar kematian Luna.
"Kenapa, kenapa bisa Luna pergi gitu aja bang. Kenapa bang?!!" Tanya Ren yang tak menyangka, tanpa sadar, air mata nya jatuh begitu saja. Ia tak bisa menahan tangis nya, rasa nya begitu sakit dan sesak di dada.
"Luna menderita kanker otak, dan dokter gak berhasil menyelamatkan luna." Jawab Ibrania dengan suara gemetar nya. Ia tak sanggup jika di minta untuk menceritakan secara lengkap.
"Kenapa gak ngasih tau aku dari awal bang, jadi ini yang buat Luna gak masuk sekolah lagi, dan bahkan hilang gitu aja gak kabarin aku." Kecewa Ren sekaligus sedih mendengar kenyataan bahwa Luna menderita kanker otak.
"Maafin Abang Ren, ini permintaan Luna. Luna yang gak ingin kamu tau tentang penyakit nya" Ibrania.
Ren yang semakin merasa sesak langsung mematikan telepon nya, lalu terduduk di lantai toilet tersebut. Ia mengacak acak rambut nya frustasi, air mata nya tak bisa di tahan lagi. Ia benar benar hancur mendengar berita buruk ini, wanita yang selama ini ia kagumi tanpa sadar. Kini pergi meninggalkan nya untuk selamanya.
Ia menangis tak bersuara, air mata nya terus mengalir. Bayang bayang masa lalu kini terlintas di ingatan Ren.
_______
"Kamu curang, Ren. Hitungan nya kan belum sampai 10." Luna kecil yang terlihat kesal karena kalah bermain petak umpet bersama Ren kecil.
"Aku sudah menghitung sampai 10, Luna. Kamu aja yang lambat sembunyi nya." Elak Ren kecil yang tak mau mengakui kecurangan nya.
"Ihhh, dasar curang. Aku gak mau lagi main sama kamu!" Ngambek Luna dengan raut wajah gemas nya yang membuat Ren langsung mengalah.
"Iya iya maaf, aku curang tadi. Jangan ngambek lagi ya Luna bawel." Ucap Ren sembari mencubit pipi chubby Luna.
"Ihhh sakit, Ren. Coba kalo kamu yang di cubit, sakit kan." Luna pun membalas perbuatan Ren, hingga mereka saling mencubit pipi.
****************
Terlintas juga momen mereka saat SMP, disaat mereka sedang bermain coret spidol di wajah.
"Gak adil ih, masa coretan yang aku banyak banget." Protes Luna.
"Kan kamu banyak kalah nya." Jawab Ren.
"Kamu juga banyak." Luna.
"Tapi kan banyakan kamu." Ren.
"Aku rasa dikit, kamu tuh yang banyak." Luna.
"Eh tunggu, di hidung kamu apaan tuh, kok benjol?." Ren.
"Apa apa? Bukan jerawat kan?." Tanya Luna.
Ren pun menyentuh hidung Luna menggunakan jempol tangan nya yang hitam karena spidol.
"Bukan sih, tapi ada tompel." Jawab Ren setelah menyentuh hidung Luna.
"Ha, tompel?." Kaget Luna, lalu mengambil cermin kecil untuk berkaca.
"Ihhh Ren. Ini bukan tompel!!" Kesal Luna saat sadar diri nya baru saja di jahili.
"Liat ya, aku bakal bikin tompel lebih besar di wajah kamu." Luna berniat balas dendam pada Ren.
"Ayo buat kalau bisa." Ren pun kabur dari Luna, untuk menghindari tompel ciptaan Luna.
"Jangan lari kamu, Ren." Mereka pun kejar kejaran hingga berhasil membuat tompel di wajah Ren.
_____
Setelah ingatan itu berhenti, Ren langsung menghapus air mata nya. Dan Ia pun berdiri dari duduk nya, lalu pergi dari toilet tersebut.
Ren bergegas menuju kelas nya untuk mengambil tas. Ia berencana ingin pergi ke rumah Luna, untuk melihat Luna terakhir kali nya.
Aqila yang sedari tadi menguping di balik pintu toilet, tersenyum smirk ketika tau kematian Luna. Entah apa yang ada di pikiran nya, kini hati nya begitu senang, karena tak ada lagi yang bisa halangi nya untuk mendapatkan Ren.
"sorry, Luna. Aku bahagia di hari kematian mu." gumam Aqila sembari tersenyum smirk.
|Mansion Elbra Wijaya|
Sesampainya Ren di sana, ia baru bisa percaya sepenuhnya. karena yang ia lihat, di rumah Luna sudah ramai orang melayat. Hati nya kembali sakit, ia tak sanggup melangkah masuk ke rumah itu. Namun rasa rindu mendorong nya untuk pergi menemui Luna, dengan badan yang lemas, Ren pun perlahan berjalan masuk ke rumah tersebut.
di sana, sudah terlihat jenazah yang terbaring dengan ditutupi kain. Ibrania yang melihat kedatangan Ren, hanya bisa tersenyum tipis.
Ren pun langsung menghampiri jenazah tersebut untuk memastikan jika itu benar benar Luna. Saat Ren membuka kain yang menutupi wajah Luna, ia terdiam sejak menatap wajah Luna. ia sedikit kaget melihat Luna yang tak memiliki rambut (botak).
di saat ia terdiam, tiba tiba Ibrania menutup kembali wajah Luna, Lalu merangkul pundak Ren.
"Jangan di tatap lama lama, gak baik." ucap Ibra sembari tersenyum tipis pada Ren.
mendengar itu, Ren pun langsung memeluk erat tubuh Ibrania, lalu menangis tanpa suara. Hati nya begitu sakit setelah melihat wajah Luna.
"maafin bang Ibra, Ren." ucap Ibrania sembari mengelus punggung Ren yang sedang menangis terisak di pelukan nya.
to be continued~
Mohon dukungan nya 😁🙏🏻
See you again 👋🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
ora
Kak, kok beneran meninggal😫😫😫🤧🤧
2024-11-28
1
ora
Padahal Ren nyatain perasaannya😭😭😭
2024-11-28
1
ora
Nggak punya hati kamu Aqila. Orang meninggal bukannya berbelasungkawa, ini malah senang😤😤😤
2024-11-28
1