Bab 3: Syarat yang Sulit bagi Mahreeen

Malam hari saat kejadian siang itu tertabrak Mahreeen.

Manaf duduk di kamarnya, memandangi tangannya yang tidak menunjukkan gejala apa pun. Dia masih teringat dengan jelas kejadian ketika tubuhnya tidak bereaksi saat bertabrakan dengan Mahreeen. Tak ada bercak merah atau gatal gatal seperti biasanya. Ini adalah hal yang aneh bagi Manaf, yang selama ini selalu mengalami reaksi alergi ekstrem terhadap sentuhan wanita, bahkan terhadap istrinya sendiri, Farisa.

"Kenapa tidak ada reaksi saat aku bersentuhan dengannya?" lirih Manaf.

Rasa penasaran semakin membesar, hingga dia memutuskan untuk kembali mencoba menyentuh Farisa di rumah. Benar saja, bercak merah segera muncul di kulitnya, disertai rasa mual yang sangat mengganggu. Manaf segera pergi ke kamar mandi, berusaha menenangkan dirinya, namun pikiran tentang Mahreeen terus menghantuinya.

"Ck! Sial! Ternyata belum sembuh juga!" kesal Manaf yang harus meminum obat setelah bersentuhan tangan dengan Farisa tadi. Setelah itu baru bintik merah yang timbul mulai memudar.

***

Esok harinya, Manaf menemui dokter pribadinya, Dr. Zacky, yang telah merawatnya selama bertahun tahun. Dia menceritakan semua yang dialaminya tentang alergi sentuhan wanita, dan kejadian aneh saat bertemu Mahreeen.

Dr. Zacky mendengarkan dengan serius, lalu memberikan saran yang tak terduga.

"Manaf, mungkin kamu harus mencoba lagi bersentuhan dengan wanita itu. Jika tubuhmu tidak memberikan reaksi yang sama, mungkin dia satu satunya wanita yang bisa kamu sentuh tanpa alergi." ucapnya.

"Kamu gila, Ky! Aku jadi bahan percobaan! Bagaimana kalau ternyata kemarin itu hanya kebetulan semata? Aku menolak itu," tolak tegas Manaf.

"Terserah, itu hanya ide saja. Siapa tahu jika wanita itu benar benar satu obat untukmu. Apakah kamu tidak mau mencobanya, ini bukan yang kamu tunggu dari dulu. Apa kamu tidak lelah di minta terus oleh orang tuamu terus keturunan? Pikirkan saja!" ucap Dr. Zacky.

Manaf tidak menjawab itu, lalu dia pamit dari sana, dan meninggalkan banyak sesuatu di otaknya.

Saran itu mengganggu pikiran Manaf sepanjang hari. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Mahreeen. Apakah ini kebetulan atau ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini? Dia harus tahu lebih banyak tentang Mahreeen sebelum mengambil langkah berikutnya.

Manaf memerintahkan Olaf untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang Mahreeen. Olaf dengan cepat mendapatkan data lengkap tentang pekerjaannya di Omar Corp, kondisi keluarganya, dan terutama tentang putri kecilnya, Hanin, yang sedang sakit parah dan membutuhkan biaya besar untuk operasi.

Setelah semua informasi terkumpul, Manaf memutuskan untuk memanggil Mahreeen ke ruangannya. Kerja Olaf benar benar cepat dan efektif.

Mahreeen masuk dengan perasaan yang bercampur aduk khawatir, takut, dan bingung. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah panggilan mendadak ini. Namun, yang membuatnya semakin cemas adalah melihat Manaf duduk di sofa, bukan di balik meja kerjanya yang biasa.

"Silakan duduk, Mahreeen," ucap Manaf dengan nada yang lebih lembut dari biasanya, menunjuk ke sofa di sebelahnya.

Mahreeen duduk dengan gelisah, menunduk, tidak berani menatap Manaf terlebih duduk di sebelah big bosnya itu. Membuat jantungnya tidak baik baik saja.

"Saya dengar anakmu membutuhkan operasi yang biayanya sangat besar," ucap Manaf, tanpa basa basi dan memandang wanita itu.

"Iya, Pak. Saya butuh lima ratus juta untuk menyelamatkan putri saya." ucap Mahreeen mengangguk pelan dan memutus matanya lebih dulu.

Manaf terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan sesuatu yang membuat Mahreeen terkejut. Karena Manaf saat ini sudah yakin jika memang Mahreeen adalah wanita yang bisa menyentuhnya.

Terima kasih Tuhan, aku tidak gatal di sentuh olehnya. Apalagi jarak saat ini dekat sekali denganku, tapi aku tidak merasakan jijik atau mual. Baton Manaf senang.

"Saya akan membantumu mendapatkan uang itu, tapi ada syaratnya," ucap Manaf perlahan.

Mahreeen mengangkat wajahnya, menatap Manaf dengan bingung. "Syarat?" tanyanya pelan.

"Kamu harus menjadi istri keduaku. Istri simpananku," ucap Manaf tegas, menatap Mahreeen tanpa ragu.

"Saya ingin kamu mengandung anak saya. Itu syaratnya." lanjut Manaf berharap Mahreeen menyetujuinya.

Tapi andaikan dia menolak akan sekuat dan semampunya untuk mendapatkan wanita disampingnya.

Berbeda dengan Manaf, dunia Mahreeen seolah berhenti. Kata kata Manaf bergema di kepalanya, namun dia tak mampu memproses apa yang baru saja didengarnya.

"Menjadi istri kedua? Istri simpanan? Bagaimana mungkin?" tanya Mahreeen. Bukan senang seperti wanita single yang terpesona olehnya.

"Bagaimana dengan istri Anda, Pak?" tanya Mahreeen dengan suara yang bergetar.

"Bagaimana dengan keluarga saya?" lanjutnya.

"Istriku tidak bisa memberiku keturunan. Aku butuh anak. Jika kamu setuju, aku akan memastikan putrimu mendapat perawatan terbaik. Aku juga akan memastikan hidupmu jauh lebih baik daripada sekarang." ucap Manaf tetap tenang walau pada kenyataan dia berbohong.

Mahreeen tidak bisa berkata apa apa. dia merasa kepalanya berputar putar, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Tawaran ini adalah sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan datang dari atasannya.

"Ini pilihanmu, Mahreeen. Aku tidak memaksamu," tambah Manaf sambil menatapnya dalam.

"Tapi ingat, waktu untuk putrimu semakin sedikit." tekan Manaf.

Mahreeen terdiam, pikirannya kacau. Di satu sisi, dia merasa terhina. Bagaimana mungkin dia dijadikan istri simpanan? Tapi di sisi lain, dia memikirkan Hanin yang terbaring lemah di rumah sakit, membutuhkan pertolongan segera.

"Aku akan memberikanmu waktu, pikirkanlah! Jika sudah ada jawabannya kamu bisa keruangku dengan menghubungi Olaf," ucap Manaf. Tahu bahwa kehendaknya saat ini jangan membuatnya dipaksa.

Mahreeennhanya menganggukkan kepalanya saja, lalu dia pamit.

***

Sesampainya di rumah, Mahreeen mencoba berbicara dengan Peros. Dengan hati hati, dia menceritakan situasinya, berharap suaminya akan memberikan solusi. Namun, jawaban Peros justru menghancurkan hatinya lebih dalam.

"Kalau memang begitu, kenapa tidak kamu terima saja tawarannya?" ucap Peros tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Kalau dia bisa bayar kamu dengan jumlah besar, kita bisa kaya raya setelah kamu cerai dengan dia nanti." lanjut Peros.

Mahreeen terkejut mendengar reaksi Peros.

"Kamu benar benar tega, Peros? Kamu ingin aku dijadikan istri simpanan hanya demi uang?" kesal Mahreeen.

"Lihat keadaan kita sekarang, Mahreeen. Kita butuh uang. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Kalau kamu bisa dapat uang banyak dari dia, kenapa tidak?" ucap Peros menatap Mahreeen dengan dingin.

Hancur hati Mahreeen mendengar ucapan suaminya. Di matanya, Peros tidak lagi menjadi suami yang ia kenal, melainkan seseorang yang rela menjual istrinya demi uang. Mahreeen merasa seakan dunia telah runtuh di sekelilingnya.

Dalam keheningan malam, Mahreeen berlutut di atas sajadah, menangis dalam sujudnya.

Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Berikan aku jalan keluar, ya Tuhan... Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.

...****************...

Hi semuanya!!

Tinggalkan jejak kalian disini ya.

Terpopuler

Comments

ziear

ziear

siap kak
bentar lagi up ya di tunggu

2024-10-04

1

dapurAFIK

dapurAFIK

semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...

2024-10-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kesulitan Mahreeen
2 Bab 2: Memberanikan Diri
3 Bab 3: Syarat yang Sulit bagi Mahreeen
4 Bab 4: Putusan Mahreeen
5 Bab 5: Tanda Tangan Perjanjian
6 Bab 6: Peros Gila Harta
7 Bab 7: Kedatangan Farisa
8 Bab 8: Operasi Hanin
9 Bab 9: Ujian Datang Lagi
10 Bab 10: Perhatian Manaf
11 Bab 11: Hanin Mulai Pulih
12 Bab 12: Kedatangan Manaf
13 Bab 13: Hanin Sadar
14 Bab 14: Om Manaf
15 Bab 15: Surat Cerai
16 Bab 16: Farisa Curiga
17 Bab 17: Farisa dan Jasmin Curiga Ada Wanita Lain di Hidup Manaf
18 Bab 18: Pertemuan
19 Bab 19: Liburan
20 Bab 20: Lamaran Manaf
21 Bab 21: Manaf Sakit
22 Bab 22: Perhatian Mahreeen
23 Bab 23: Meminta Restu
24 Bab 24: Restu
25 Bab 25: Pertemuan yang Mengungkap
26 Bab 26: Perjanjian Terbaru
27 Bab 27: Pertemuan yang Mengharukan
28 Bab 28: Keluarga yang Utuh
29 Bab 29: Kepastian dan Restu
30 Bab 30: Masa Lalu yang Kembali
31 Bab 31: Luka yang Belum Terlupakan
32 Bab 32: Melepaskan Masa Lalu
33 Bab 33: Kepulangan dan Kehidupan Baru
34 Bab 34: Mahreeen Diratukan
35 Bab 35: Ikatan yang Tersisa
36 Bab 36: Kejutan Farisa
37 Bab 37: Mahreeen Dimanja, Farisa Disiksa
38 Bab 38: Diam-Diam Manaf Bertindak
39 Bab 39: Menuju Pernikahan H-1
40 Bab 40: Pernikahan Megah
41 Bab 41: Surat Cerai Farisa
42 Bab 42: Honeymoon Romantis
43 Bab 43: Dimanjakan Mahreeen
44 Bab 44: Sambutan yang Meriah
45 Bab 45: Mahreeen Hilang
46 Bab 46: Rumah Sakit
47 Bab 47: Mahreeen Tersadar
48 Bab 48: Penjelasan
49 Bab 49: Liburan Keluarga yang Penuh Kejutan
50 Bab 50: Obsesi yang Berbahaya (POV Farisa)
51 Bab 51: Rencana Farisa yang Berantakan
52 Bab 52: Kekhawatiran Manaf
53 Bab 53: Manaf, Papa Sambung yang Melebihi Kasih Sayang Papa Kandung
54 Bab 54: Permintaan Mahreeen
55 Bab 55: Farisa di kantor polisi
56 Bab 56: Penyesalan Papa Farisa
57 Bab 57: Amukan Farisa
58 Bab 58: Sidang Perdana Farisa.
59 Bab 59: Saksi yang Memberatkan Farisa
60 Bab 60: Selesai Farisa
61 Bab 61: Hadiah Manaf
62 Bab 62: Pengobatan Manaf
63 Bab 63: Terapi Pertama Manaf
64 Bab 64: Perubahan Manaf
65 Bab 65: Manaf Sedikit Lagi Sembuh
66 Bab 66 - Pertemuan Mahreeen dan Angel
67 Bab 67: Perayaan Manaf Sembuh
68 Bab 68: Kabar Bahagia
69 Promo karya terbaru
70 promo karya terbaru
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1: Kesulitan Mahreeen
2
Bab 2: Memberanikan Diri
3
Bab 3: Syarat yang Sulit bagi Mahreeen
4
Bab 4: Putusan Mahreeen
5
Bab 5: Tanda Tangan Perjanjian
6
Bab 6: Peros Gila Harta
7
Bab 7: Kedatangan Farisa
8
Bab 8: Operasi Hanin
9
Bab 9: Ujian Datang Lagi
10
Bab 10: Perhatian Manaf
11
Bab 11: Hanin Mulai Pulih
12
Bab 12: Kedatangan Manaf
13
Bab 13: Hanin Sadar
14
Bab 14: Om Manaf
15
Bab 15: Surat Cerai
16
Bab 16: Farisa Curiga
17
Bab 17: Farisa dan Jasmin Curiga Ada Wanita Lain di Hidup Manaf
18
Bab 18: Pertemuan
19
Bab 19: Liburan
20
Bab 20: Lamaran Manaf
21
Bab 21: Manaf Sakit
22
Bab 22: Perhatian Mahreeen
23
Bab 23: Meminta Restu
24
Bab 24: Restu
25
Bab 25: Pertemuan yang Mengungkap
26
Bab 26: Perjanjian Terbaru
27
Bab 27: Pertemuan yang Mengharukan
28
Bab 28: Keluarga yang Utuh
29
Bab 29: Kepastian dan Restu
30
Bab 30: Masa Lalu yang Kembali
31
Bab 31: Luka yang Belum Terlupakan
32
Bab 32: Melepaskan Masa Lalu
33
Bab 33: Kepulangan dan Kehidupan Baru
34
Bab 34: Mahreeen Diratukan
35
Bab 35: Ikatan yang Tersisa
36
Bab 36: Kejutan Farisa
37
Bab 37: Mahreeen Dimanja, Farisa Disiksa
38
Bab 38: Diam-Diam Manaf Bertindak
39
Bab 39: Menuju Pernikahan H-1
40
Bab 40: Pernikahan Megah
41
Bab 41: Surat Cerai Farisa
42
Bab 42: Honeymoon Romantis
43
Bab 43: Dimanjakan Mahreeen
44
Bab 44: Sambutan yang Meriah
45
Bab 45: Mahreeen Hilang
46
Bab 46: Rumah Sakit
47
Bab 47: Mahreeen Tersadar
48
Bab 48: Penjelasan
49
Bab 49: Liburan Keluarga yang Penuh Kejutan
50
Bab 50: Obsesi yang Berbahaya (POV Farisa)
51
Bab 51: Rencana Farisa yang Berantakan
52
Bab 52: Kekhawatiran Manaf
53
Bab 53: Manaf, Papa Sambung yang Melebihi Kasih Sayang Papa Kandung
54
Bab 54: Permintaan Mahreeen
55
Bab 55: Farisa di kantor polisi
56
Bab 56: Penyesalan Papa Farisa
57
Bab 57: Amukan Farisa
58
Bab 58: Sidang Perdana Farisa.
59
Bab 59: Saksi yang Memberatkan Farisa
60
Bab 60: Selesai Farisa
61
Bab 61: Hadiah Manaf
62
Bab 62: Pengobatan Manaf
63
Bab 63: Terapi Pertama Manaf
64
Bab 64: Perubahan Manaf
65
Bab 65: Manaf Sedikit Lagi Sembuh
66
Bab 66 - Pertemuan Mahreeen dan Angel
67
Bab 67: Perayaan Manaf Sembuh
68
Bab 68: Kabar Bahagia
69
Promo karya terbaru
70
promo karya terbaru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!