Kekhawatiran

Dafa akhirnya menghela napas berat dan mengangguk, menyetujui untuk mengantar Luna pulang. Melihat senyumnya, ia merasa sedikit lega, tetapi kegelisahan di hatinya masih ada. Setibanya di apartemen, suasana ceria langsung sirna ketika mereka melihat kerumunan wartawan yang sudah menunggu dengan kamera siap. Dafa segera memperlambat laju mobilnya. "Luna, turun saja sendiri. Saya tidak ingin terlibat dengan masalah ini," katanya, berusaha menghindar.

Namun, Luna meraih lengannya dengan ekspresi memelas. "Tapi Dafa, mereka semua tahu aku adalah tunanganmu. Jika aku turun sendiri, mereka akan mengira sesuatu yang buruk tentang kita. Tolong, aku butuh bantuanmu."Dafa merasakan tekanan di hatinya. Ia tidak ingin berurusan dengan media, tetapi di sisi lain, ia ingat pesan ibunya untuk menjaga Luna. "Baiklah, saya akan mengantar kamu sampai depan pintu. Tapi setelah itu, kamu harus bisa mengatasinya sendiri," katanya, tetap tegas.

Dengan ragu, Luna mengangguk, dan mereka berdua keluar dari mobil. Dafa mencoba berjalan di samping Luna dengan langkah cepat, berharap tidak ada pertanyaan yang terlalu mendalam dari wartawan. Namun, begitu mereka mendekati pintu, suara-suara riuh mulai terdengar. "Luna, bagaimana kondisi kesehatanmu?" tanya salah satu wartawan.

"Apakah benar Dafa adalah tunanganmu?" tanya yang lain.

Luna menatap Dafa, sedikit panik, sebelum mengalihkan pandangannya kepada wartawan. "Saya baik-baik saja, terima kasih. Dafa telah banyak membantu saya," jawabnya dengan senyum yang dipaksakan. Dafa mengamati dari samping, merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut. Ia berusaha menjaga jarak dan bersikap netral. Namun, saat para wartawan mulai mengajukan pertanyaan lebih lanjut, Luna meraih tangannya, berusaha menunjukkan bahwa mereka adalah tim.

"Dafa dan saya saling mendukung satu sama lain. Kami akan melewati semua ini bersama," ucap Luna, memberi kesan seolah mereka benar-benar sepasang kekasih. Dafa menahan napas, tidak ingin terlihat terjebak dalam kebohongan. Namun, melihat cara Luna berusaha, ia merasa sedikit tergerak. Ia tahu ini adalah bagian dari dunia yang tidak ingin ia masuki, tetapi ia juga ingin melindungi Luna dari gosip yang semakin liar.

Setelah berhasil mencapai pintu apartemen, Dafa berhenti dan menatapnya. "Ingat, Luna, ini hanya untuk media. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengendalikan cerita kita." Luna mengangguk, mengerti bahwa Dafa mungkin tidak sepenuhnya berkomitmen. "Terima kasih, Dafa. Aku sangat menghargainya," ujarnya tulus, dan ada sedikit harapan di matanya. Dafa tersenyum tipis, merasa berat di hati.

Luna melangkah masuk ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Meskipun situasi di luar sangat mengganggu, perhatian Dafa telah memberikan rasa aman dan bahagia yang selama ini ia cari. "Aku harus berjuang untuk Dafa," pikirnya, merasa semakin yakin bahwa ada lebih dari sekadar perjodohan di antara mereka.

Sementara itu, Dafa kembali ke rumah sakit, tetapi suasana hatinya terasa berat. Meski ia berusaha bersikap profesional, ada perasaan aneh yang mengganggu pikirannya. Setiap kali ia membayangkan Luna dikelilingi wartawan, rasa khawatir muncul. "Apakah dia benar-benar baik-baik saja di sana?" gumamnya pada diri sendiri.

Di rumah sakit, Dafa berusaha fokus pada tugasnya, tetapi pikirannya terus melayang ke Luna. Ia merasa bahwa setiap perhatian yang ia berikan padanya bukan sekadar kewajiban sebagai dokter. Ada keinginan yang tumbuh dalam hatinya—sebuah harapan untuk lebih memahami Luna dan merasakan kedekatan yang lebih dari sekadar hubungan profesional.

Sementara di apartemen, Luna berusaha mengalihkan perhatian dari wartawan yang terus bertanya. Ia merapikan barang-barangnya dan berusaha untuk tetap optimis. "Dafa tidak bisa terus menghindar selamanya," pikirnya dengan senyum di wajah. Dengan tekad yang semakin menguat, ia mulai merencanakan cara untuk menunjukkan kepada Dafa bahwa ia serius ingin bersamanya.

Luna tahu bahwa ia harus berjuang untuk mendapatkan hati Dafa, meskipun halangan yang harus mereka hadapi cukup besar. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa ia bukan hanya sekadar selebriti, tetapi juga wanita yang tulus mencintainya. Di sisi lain, Dafa masih merasa bingung dengan perasaannya. Ia ingin melindungi Luna dari segala masalah, tetapi ia juga tidak ingin terjebak dalam situasi yang membawanya kembali ke dunia yang penuh intrik. Namun, saat ia menatap layar ponselnya dan melihat foto Luna, ia menyadari bahwa ia tidak bisa mengabaikan perasaannya begitu saja.

Dengan tekad yang baru, Dafa memutuskan untuk kembali ke apartemen Luna setelah selesai bekerja. "Aku harus memastikan dia baik-baik saja,"Dafa berdiri di depan pintu apartemen Luna, menekan bel sambil sesekali melirik para wartawan yang masih berkumpul di lobi dan sekitar apartemen. Saat ia menunggu, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. "Bagaimana Luna bisa hidup tenang dengan semua sorotan ini?" gumamnya, baru menyadari sepenuhnya betapa beratnya kehidupan Luna sebagai seorang selebriti.

Di dalam apartemen, Luna baru saja selesai mandi. Ia masih mengenakan handuk saat suara bel yang tiba-tiba berbunyi membuatnya terkejut. "Siapa yang datang malam-malam begini?" pikirnya dengan penasaran. Luna melirik sekilas ke arah cermin, memastikan dirinya terlihat rapi meski hanya dibalut handuk. Setelah mengambil napas dalam-dalam, ia berjalan menuju pintu. Saat Luna membuka pintu, ia terkejut melihat siapa yang berdiri di sana. "Dafa?" suaranya terdengar ragu, matanya melebar saat melihat dokter yang telah mengganggu pikirannya belakangan ini. Perasaan hangat tiba-tiba menyeruak di dalam hatinya. "Kamu datang ke sini malam-malam?"

Dafa, yang awalnya hendak berbicara serius tentang keselamatan Luna, terdiam sejenak saat melihat Luna hanya mengenakan handuk. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya, merasa canggung. "Maaf, aku... Aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," katanya dengan nada kaku, berusaha mempertahankan sikap profesional meskipun pikirannya terpecah antara rasa khawatir dan ketertarikan.

Luna tersenyum manis, menyadari betapa kikuknya Dafa saat melihatnya. "Aku baik-baik saja, Dafa. Tapi terima kasih sudah datang. Itu... sangat manis dari kamu," ujarnya dengan nada lembut yang menggoda. Dafa berdeham, berusaha mengendalikan diri. "Ada banyak wartawan di luar, Luna. Mereka bisa menjadi ancaman. Kau harus lebih berhati-hati," ucapnya serius, mencoba kembali ke topik yang penting. Luna menatap Dafa dengan ekspresi lembut. "Kau benar, mereka terus di sana sejak aku pulang. Tapi aku tidak takut, terutama kalau kau ada di sini," katanya, dengan sedikit senyum yang penuh arti.

Dafa menghela napas, menyadari betapa rumitnya situasi ini. "Luna, aku hanya ingin kau aman. Mungkin kau bisa mempertimbangkan untuk menghindari media untuk sementara waktu. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi." Luna menatap dalam-dalam ke mata Dafa, senyumnya semakin lebar. "Mungkin... kalau kau sering datang untuk memastikan aku aman, aku bisa lebih tenang," godanya, membuat Dafa semakin terjebak dalam kebingungan antara perasaan profesional dan emosi pribadinya.

Dafa menahan napas, merasa terganggu oleh perasaan yang muncul semakin kuat setiap kali ia berhadapan dengan Luna. "Aku hanya melakukan tugasku, Luna," ucapnya, meskipun dalam hatinya, ia mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar tugas. Luna mendekatkan dirinya sedikit, masih dengan senyum jahil di wajahnya. "Kalau itu tugasmu, Dafa, kau sangat melakukannya dengan baik. Tapi jujur saja... aku tidak mau kau hanya jadi dokterku. Aku ingin lebih," bisiknya, suaranya terdengar penuh harapan.

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!