Berpura Pura

Luna menggigit bibirnya, berpikir cepat. "Aku rasa aku tidak perlu ke rumah sakit. Mungkin hanya perlu istirahat sebentar di apartemen. Tapi... aku tidak yakin bisa berjalan sendiri sampai sana." Dafa melihatnya dengan mata penuh perhatian, namun tetap menjaga profesionalisme. “Kalau begitu, aku akan bantu antar kau ke apartemenmu.” Wajah Luna langsung cerah, meski ia tetap berpura-pura kesakitan. "Benarkah? Terima kasih banyak, Dafa. Aku merasa jauh lebih baik dengan kau di sini." Dafa membantu Luna menuju mobilnya, mengantar Luna pulang dengan rasa khawatir yang masih menghantuinya. Sepanjang perjalanan, Luna memanfaatkan situasi itu untuk mencuri perhatian Dafa, berharap perhatian darinya akan lebih dari sekadar seorang dokter yang peduli pada pasien.

Sesampainya di apartemen, Luna tampak lebih santai, tetapi ia masih berpura-pura pincang saat Dafa membantunya keluar dari mobil. Para wartawan masih berada di sekitar gedung, namun Dafa berusaha mengabaikan mereka. "Kau yakin akan baik-baik saja di sini?" tanya Dafa, ketika mereka tiba di depan pintu apartemen Luna. Luna tersenyum, menatap Dafa dengan pandangan lembut. "Aku akan baik-baik saja. Tapi, terima kasih banyak sudah mengantarku. Aku merasa jauh lebih aman denganmu."

Dafa hanya mengangguk. "Kalau ada yang tidak beres, jangan ragu untuk menghubungi dokter. Jangan dipaksakan kalau kakimu masih sakit." Luna tersenyum manis, merasa puas karena berhasil membuat Dafa memperhatikannya. “Tenang saja, kalau sakit aku akan langsung memanggilmu.” Dafa menghela napas, menatap Luna dengan rasa campur aduk sebelum akhirnya pamit. "Baiklah, jaga dirimu, Luna."

Setelah Dafa pergi, Luna duduk di sofa apartemennya, senyum puas terukir di wajahnya. Meski akting kecilnya mungkin terlihat licik, Luna merasa berhasil mendekatkan diri dengan Dafa. Namun, di sisi lain, Dafa yang sedang kembali ke rumah sakit tak bisa sepenuhnya menyingkirkan kekhawatiran dalam hatinya. Ada sesuatu tentang Luna yang terus mengusik pikirannya. Luna merasa belum cukup dengan perhatian yang diberikan Dafa. Ia tidak ingin kesempatan ini berlalu begitu saja. Begitu Dafa keluar dari apartemennya, Luna mulai memutar otak, mencari cara agar Dafa tidak meninggalkannya begitu saja. Ia menatap kaki yang baru saja pura-pura sakit, lalu berpikir sejenak.

Setelah beberapa menit, Luna mengirim pesan kepada Dafa. "Dafa, aku tahu kau sangat sibuk, tapi aku benar-benar kesulitan bergerak karena kakiku. Aku bahkan tidak bisa mengambil makanan atau minum sendiri. Aku takut keseimbanganku tidak stabil. Apa kau bisa menemaniku sebentar lagi? Hanya sampai aku merasa lebih baik..."

Dafa menerima pesan itu ketika ia sedang berjalan menuju mobilnya di parkiran. Ia menatap layar ponselnya, sedikit ragu. Dia tahu Luna sudah dalam kondisi yang baik-baik saja tadi, tetapi pesannya terdengar begitu lemah dan membutuhkan bantuan. Sebagai seorang dokter, ada rasa tanggung jawab yang muncul dalam dirinya. Bagaimanapun juga, dia adalah dokter yang merawat Luna. Tetapi di sisi lain, Dafa merasa situasi ini semakin membingungkan. Luna tampak seperti memanfaatkan situasi.

Namun, rasa empati Dafa lebih kuat, dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali. Ia mengetuk pintu apartemen Luna lagi, dan tak lama kemudian Luna membukanya dengan tersenyum lemah, sambil tetap berpura-pura terpincang. “Terima kasih sudah kembali, Dafa,” katanya dengan nada lembut. “Aku benar-benar kesulitan, bahkan untuk berjalan ke dapur.” Dafa masuk ke dalam apartemen, menatap Luna dengan pandangan khawatir, meskipun di hatinya ia tahu ada yang tidak beres. “Luna, kau harus istirahat, jangan memaksakan diri. Jika kondisinya begitu parah, lebih baik kita bawa ke rumah sakit.”

Luna cepat-cepat menggeleng. “Tidak, tidak perlu! Aku cuma perlu istirahat sedikit. Tapi aku tidak bisa sendirian di sini. Aku tidak bisa memasak atau mengambil air. Bisa-bisa aku jatuh.” Dafa diam sejenak, memikirkan situasinya. Dia memang tidak bertugas sebagai perawat di sini, tapi Luna adalah pasiennya, dan ia merasa tidak bisa meninggalkan seseorang yang mengklaim butuh bantuannya. Akhirnya, Dafa menghela napas panjang. “Baiklah, aku akan tinggal sebentar. Setidaknya sampai kau bisa memastikan bisa berjalan sendiri lagi.”

Wajah Luna langsung cerah, meskipun ia masih berpura-pura kesakitan. "Terima kasih, Dafa. Aku sangat menghargai ini." Selama beberapa jam berikutnya, Dafa membantu Luna di apartemen—membawakan minum, membantu memasak sesuatu yang ringan, dan memastikan Luna nyaman di sofa. Namun, seiring waktu berlalu, Dafa mulai merasa ada sesuatu yang salah. Luna tampak terlalu nyaman dengan kehadirannya, dan kaki yang tadinya “sakit” mulai tampak lebih baik, meski Luna masih mencoba berpura-pura.

Saat Dafa hendak pamit untuk kembali ke rumah sakit, Luna mencoba menarik perhatian Dafa lagi. "Dafa...," panggil Luna dengan nada manja, “aku takut sendirian di sini malam ini. Wartawan masih berkeliaran di luar. Bagaimana kalau mereka memaksa masuk atau...?” Dafa menatapnya dengan ragu. "Luna, kau aman di sini. Keamanan di apartemenmu cukup ketat. Kalau ada masalah, kau bisa panggil manajermu atau keamanan gedung."

Luna tampak kecewa, tetapi masih belum menyerah. “Tapi, aku hanya merasa lebih aman jika kau ada di sini. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan ini, tapi... aku merasa tenang denganmu, Dafa.” Dafa menatap Luna dengan tajam. Dia mulai merasa bahwa Luna mungkin tidak hanya mengandalkannya sebagai dokter. Tapi dia tetap berusaha bersikap profesional. "Luna, aku tidak bisa tinggal di sini selamanya. Kau harus istirahat dan mengandalkan orang-orang di sekitarmu selain aku."

Luna menggigit bibirnya, sedikit kesal karena Dafa tak terpancing. Namun, ia menahan diri dan hanya tersenyum lemah, pura-pura pasrah. "Baiklah... terima kasih atas waktumu, Dafa. Aku akan mencoba bertahan malam ini." Dafa akhirnya meninggalkan apartemen Luna, tetapi ia tetap tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Luna sedang memainkan sesuatu. Namun, karena perasaan tanggung jawab, ia tidak bisa sepenuhnya menutup pintu untuknya.

Setelah Dafa meninggalkan apartemennya, Luna duduk di sofa sambil memikirkan langkah selanjutnya. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendekatkan diri pada Dafa, terutama setelah merasakan perhatiannya yang tulus, meskipun sebagai seorang dokter. Luna tahu bahwa Dafa tidak akan mudah digoda begitu saja, apalagi dengan sikap profesionalismenya yang kuat.

Sambil merenung, Luna tiba-tiba teringat sesuatu. Ia ingat bahwa keluarganya dan keluarga Dafa pernah menjodohkan mereka, tetapi Dafa menolaknya dengan tegas. Namun, Luna merasa kini adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali rencana itu, terutama mengingat ibunya yang cukup berpengaruh dalam perjodohan tersebut. Dengan cepat, Luna meraih ponselnya dan mengetik pesan untuk ibunya yang sedang berada jauh di luar kota.

"Ma, aku sudah memikirkan ini dengan matang. Meskipun Dafa sempat menolak perjodohan kita, aku rasa sekarang saat yang tepat untuk melanjutkannya lagi. Aku ingin Ibu bicara dengan keluarga Dafa dan memastikan rencana ini bisa berjalan. Aku sangat ingin bersama Dafa, dan aku tahu dia pria yang tepat untukku."

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!