Cari Perhatian

Suatu ketika, saat Dafa sedang memeriksa hasil pemeriksaan, Luna pura-pura tersandung saat turun dari tempat tidur. Refleks, Dafa menangkapnya. Luna tersenyum nakal, sementara Dafa segera melepaskan pelukannya dengan hati-hati. "Anda harus berhati-hati, Luna. Jangan memaksakan diri," kata Dafa dengan tegas.

Luna mendengus kecil. "Ah, dokter, mungkin saya hanya butuh lebih banyak perhatian."

Namun, Dafa tidak terpancing. "Anda perlu istirahat dan mengikuti saran medis dengan baik. Itu perhatian terbaik yang bisa saya berikan," ucapnya tenang, lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa terpengaruh. Luna merasa frustasi, tapi juga kagum pada ketenangan dan profesionalisme Dafa. Meski ia mencoba berbagai cara untuk mendekatinya, Dafa tetap pada sikapnya. Namun, hal itu tidak membuat Luna menyerah. Malah sebaliknya, semakin sulit mendapatkan perhatian Dafa, semakin ia merasa tertantang.

Aurel, yang sering melihat interaksi mereka dari jauh, kadang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Luna. Suatu hari, saat mereka sedang sendiri di kamar, Aurel bercanda. "Luna, kamu sungguh seperti anak kecil kalau soal Dafa. Apa kamu yakin ini caramu mendekatinya?" Luna tersenyum lebar. "Ini hanya awal, Aurel. Aku tahu Dafa orang yang sulit, tapi aku juga tahu aku tidak akan menyerah begitu saja."Namun, Luna mulai menyadari bahwa jika ia ingin mendapatkan hati Dafa, ia harus lebih dari sekadar genit. Ia harus menunjukkan siapa dirinya sebenarnya, seseorang yang lebih dari sekadar selebriti yang penuh gosip.

Dafa, yang selama ini berusaha keras menjaga sikap profesionalnya, akhirnya mulai merasakan sesuatu yang sedikit mengusik ketika berada di dekat Luna. Setiap kali Luna melontarkan godaannya, ia memang berusaha mengabaikan, tapi di dalam hati kecilnya, ada sesuatu yang membuat pikirannya sedikit teralihkan. Senyum nakal Luna, sikapnya yang ceria, bahkan cara dia selalu mencoba mencari perhatian, mulai perlahan-lahan meninggalkan kesan.

Suatu hari, setelah melakukan pemeriksaan rutin, Dafa mendapati kondisi Luna sudah jauh membaik. "Luna, saya sudah melihat hasil tes terbaru Anda. Semua tanda vital kembali normal, dan pemulihan Anda sangat baik. Saya rasa Anda sudah bisa pulang dalam beberapa hari ke depan," ucapnya sambil memeriksa chart medis di tangannya. Luna yang duduk di tempat tidur terkejut, tapi dengan cepat menutupi kegelisahannya. Jika ia pulang sekarang, itu berarti ia akan kehilangan alasan untuk lebih lama dekat dengan Dafa. Dengan pandai, Luna berpura-pura batuk kecil dan memegangi dadanya. "Ah, Dok, sepertinya... aku masih merasa sedikit pusing dan lemas. Apakah ini normal?"

Dafa, yang mulai terbiasa dengan sikap Luna, mengernyitkan dahi. "Luna, Anda sudah sembuh. Tes tidak menunjukkan adanya masalah lagi," jawabnya dengan tenang, tapi masih memeriksa lagi kondisinya. Namun, Luna dengan wajah polosnya berkata, "Tapi aku masih merasa belum sepenuhnya pulih. Mungkin aku butuh waktu lebih lama di sini? Aku tidak ingin buru-buru, takut nanti kambuh."

Dafa menghela napas pelan. Ia menyadari bahwa Luna mungkin saja hanya ingin memperpanjang waktu di rumah sakit, tapi sebagai dokter, ia tidak bisa memaksanya untuk pergi jika pasiennya mengeluh masih merasa kurang sehat. "Baiklah, kita akan observasi lagi beberapa hari ke depan," ucap Dafa akhirnya, meskipun hatinya tahu bahwa Luna mungkin sedang memainkan peran lagi. Luna tersenyum dalam hati, puas bahwa usahanya untuk tetap berada di bawah pengawasan Dafa masih bisa berlangsung. Tapi, dia tidak menunjukkan kegembiraannya, melainkan menampilkan wajah yang tetap murung seolah benar-benar merasa kurang sehat. "Terima kasih, dokter. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu."

Sementara itu, di sisi lain, Aurel sedang sibuk di kantornya, mengatur ulang jadwal syuting Luna yang berantakan akibat kecelakaan dan perawatan yang berkepanjangan. Ia memandangi daftar panjang produksi yang tertunda dan jadwal iklan yang harus diatur ulang. Setiap produser dan agen terus mendesaknya untuk memberikan kabar terbaru mengenai kapan Luna bisa kembali bekerja. Namun, karena Luna masih belum diizinkan pulang dari rumah sakit, semuanya harus ditunda lagi.

"Aku harus bicara dengan Luna, ini tidak bisa berlarut-larut," gumam Aurel, frustrasi. Ia tahu bahwa situasi Luna di rumah sakit sudah lama, dan khawatir bahwa Luna sedang memperpanjang masa pemulihannya karena alasan lain. Setelah semua yang terjadi, ia juga tahu betapa Luna menyukai Dafa, dokter yang kini menangani kesehatannya. Tapi Aurel harus memikirkan karier Luna dan kelanjutan proyek-proyek besar mereka.

Di rumah sakit, Luna terus bermain peran sebagai pasien yang membutuhkan lebih banyak perhatian. Dia menggunakan setiap kesempatan untuk memanggil Dafa dan menunjukkan bahwa dia masih "merasa tidak enak badan." Setiap kali Dafa datang, Luna selalu menyambutnya dengan senyum kecil yang penuh makna, meski di dalam hati, ia tahu kondisinya sudah jauh lebih baik."Dokter, aku masih sedikit pusing. Apa ini normal?" Luna bertanya dengan nada manja, mengharapkan reaksi lebih dari Dafa.

Namun, Dafa tidak mudah termakan oleh sikapnya. "Pusing ini mungkin disebabkan oleh dehidrasi ringan atau kurang istirahat. Saya sarankan banyak minum air putih dan istirahat lagi. Jika Anda masih merasa tidak enak dalam dua hari, kita bisa mengecek ulang, tapi saya yakin Anda sudah baik-baik saja," katanya sambil tersenyum lembut namun tegas. Luna menggigit bibirnya, merasa rencananya mulai goyah. "Mungkin... aku hanya butuh lebih banyak perhatian dari dokter," ucapnya lirih dengan wajah yang sedikit malu-malu, berusaha mencuri pandang ke arah Dafa.

Dafa menegakkan tubuhnya, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa ia sedikit tergoda oleh perhatian Luna. "Luna, tugas saya adalah memastikan Anda sembuh dengan baik. Itu adalah perhatian terbaik yang bisa saya berikan," jawabnya sambil tersenyum, lalu segera pamit keluar dari kamar. Luna hanya bisa tersenyum kecut, meski dalam hatinya masih berharap bisa menahan Dafa lebih lama. Namun, ia tahu bahwa Dafa adalah pria yang sulit didekati, dan itu justru membuatnya semakin penasaran.

Aurel tiba di rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Ia sudah lelah dengan semua kekacauan jadwal yang harus ia atur ulang akibat kondisi Luna. Sesampainya di sana, Aurel langsung menuju ruang perawatan, berharap mendapatkan kabar pasti dari dokter Dafa. Di depan pintu kamar Luna, Aurel melihat Dafa yang baru saja keluar dari ruang perawatan. Mereka saling menyapa, dan tanpa basa-basi, Aurel segera menanyakan kondisi terbaru Luna. "Dokter Dafa, bagaimana kondisi Luna sekarang? Apa dia sudah cukup baik untuk pulang?" tanya Aurel sambil menahan rasa cemas yang bercampur frustrasi.

Dafa mengangguk pelan. "Secara medis, kondisi Luna sudah jauh membaik. Semua tanda vitalnya normal, dan hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa dia sudah siap untuk keluar dari rumah sakit." Aurel mengerutkan alisnya. "Tapi dia bilang padaku kalau masih merasa sakit dan pusing. Apa mungkin ada yang terlewat dari pemeriksaan?" Dafa tersenyum kecil, dengan nada yang sopan namun tegas, ia menjawab, "Aurel, saya sudah memastikan semua hasilnya, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Luna mungkin merasa cemas atau belum siap secara mental, tapi secara fisik, dia sudah siap untuk dipulangkan."

Aurel mulai curiga mendengar jawaban Dafa. Sejak awal, dia merasa ada sesuatu yang tidak benar dengan sikap Luna. Setelah berterima kasih kepada Dafa, Aurel memutuskan untuk langsung menuju kamar Luna, rasa penasaran dan kekesalan mulai menyelimuti pikirannya.

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!