Meminta Bantuan

“Dokter, apa ingin istirahat sebentar? Ada ruang istirahat yang kosong,” tanya salah satu perawat yang melihat wajah lelah Dafa. Dafa hanya mengangguk singkat. “Terima kasih. Aku akan istirahat sebentar,” jawabnya dengan suara tenang.Ia melangkah menuju ruang istirahat, mengambil minuman dari kulkas, lalu duduk di sofa yang ada di sana. Suasana ruang istirahat itu sunyi. Hanya ada dia, sebuah TV menyala di pojok ruangan, dan suara AC yang mendinginkan udara. Dafa mencoba meregangkan otot-ototnya yang tegang.

Ketika ia sedang asyik menyeruput minumannya, tiba-tiba matanya menangkap berita di TV. Liputan infotainment tentang gosip selebritas. Awalnya, Dafa tidak terlalu tertarik, hingga nama dan wajah yang dikenalnya muncul di layar. “Luna Amanda terlihat mesra dengan Elvin di lokasi syuting! Apakah ini tanda hubungan baru? Simak berita selengkapnya!” ujar pembawa acara dengan nada yang dramatis. Lalu, gambar Luna dan Elvin ditampilkan, memperlihatkan adegan yang seolah menunjukkan kedekatan mereka.

Dafa terdiam, hanya menatap layar TV itu tanpa ekspresi. Ia mengingat pertemuannya dengan Luna seminggu yang lalu. Wanita itu terlihat sangat berbeda dari citra yang ditampilkan di layar kaca saat ini. Ia tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi Luna, tapi ia bisa merasakan bahwa ada ketulusan dalam cara Luna berbicara dengannya. Dan sekarang, melihat berita ini, Dafa merasa sedikit… terganggu. Tapi ia tidak menunjukkan perasaannya. Hanya ada keheningan dan tatapan tajam yang sulit diartikan.

“Hmm…,” gumamnya pelan, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak punya hak untuk merasa terganggu. Bagaimanapun, mereka hanya dua orang asing yang kebetulan bertemu. Ia tidak memiliki alasan untuk memikirkan Luna lebih dari sekadar seseorang yang ia temui di sebuah acara. Sementara itu, di dalam mobil, Luna masih berdebat dengan Aurel tentang langkah terbaik untuk menanggapi gosip ini. “Bagaimana kalau kita buat pernyataan bahwa kita hanya rekan kerja? Bahwa tidak ada hubungan pribadi apa pun di antara kita?” usul Aurel.“Tapi itu tidak cukup, Rel. Kau tahu bagaimana mereka bisa memutarbalikkan kata-kata kita.

Mereka akan membuatnya seolah-olah aku menyangkal karena malu atau semacamnya,” jawab Luna frustrasi. “Jadi, apa yang kau mau? Mengadakan konferensi pers?” tanya Aurel dengan nada cemas. Luna menghela napas panjang. “Aku tidak tahu. Aku hanya ingin ini semua berhenti. Aku tidak ingin semua orang berpikir aku punya hubungan dengan Elvin. Itu akan merusak segalanya, terutama setelah...”Dia berhenti sejenak. Setelah bertemu Dafa, pikirnya dalam hati. Meski ia tahu itu tidak masuk akal, tapi ia tidak ingin Dafa mendapatkan kesan buruk tentangnya. Bagaimana jika Dafa melihat berita ini? Bagaimana jika ia berpikir bahwa Luna adalah tipe wanita yang terlibat dalam skandal murahan?

“Setelah apa?” tanya Aurel bingung.“Setelah aku berusaha menjaga citra yang lebih profesional. Aku tidak mau terjebak dalam gosip-gosip murahan seperti ini,” jawab Luna cepat, menutupi perasaannya yang sebenarnya.

Aurel mengangguk, memahami kegelisahan Luna. “Oke, kita akan segera bertemu dengan tim PR. Aku yakin kita bisa menyelesaikan ini dengan baik. Kau fokus saja untuk tetap tenang. Aku tahu ini berat, tapi kau harus kuat.”Luna mencoba tersenyum, meski hatinya masih terasa berat. “Aku tahu, Aur. Aku akan mencoba. Aku hanya berharap… ini semua segera berakhir.”

**

Sesampainya di apartemennya, Luna langsung masuk dan membanting pintu. Ia melempar tasnya ke sofa dan langsung menuju balkon. Hawa dingin sore hari menyambutnya. Ia berdiri di sana, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi oranye. Di benaknya, wajah Dafa terus muncul. Ia ingat bagaimana tatapan dingin tapi dalam dari pria itu, bagaimana percakapan singkat mereka terasa begitu tulus dan nyata. Sekarang, dengan segala drama yang terjadi, ia merasa semua itu semakin menjauh dari kenyataan.

Luna menggigit bibirnya, menahan rasa frustasi yang semakin menumpuk. “Apa yang sedang kau pikirkan, Luna?” tanyanya pada dirinya sendiri. Lalu, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka kontak. Jarinya melayang di atas nama Aurel sebelum ia akhirnya menekan panggilan.“Rel…,” suaranya terdengar ragu, “Bantu aku mencari cara untuk menghubungi Dafa. Aku butuh bicara dengannya.”Di ujung sana, Aurel terdiam sejenak. “Luna, kau yakin ini ide yang baik? “Aku tidak tahu, tapi aku harus mencoba. Aku tidak mau dia mendapatkan kesan yang salah. Aku hanya ingin berbicara dengannya, itu saja.”

Aurel menarik napas panjang. “Baiklah, aku akan coba cari tahu. Tapi, Lun, ingat… jangan biarkan perasaanmu membuatmu mengambil langkah yang akan kau sesali nanti.“Aku tahu, Rel.Tapi ini satu-satunya cara agar aku merasa sedikit lebih baik.”Panggilan telepon berakhir, dan Luna kembali menatap langit sore yang semakin gelap. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan gosip murahan ini menghancurkan harapannya yang baru tumbuh. Meski perjalanannya penuh tantangan, Luna bertekad untuk memperjuangkan apa yang ia rasa benar.

***

Pagi itu, Luna berdiri di depan lobi Raffles Hospital dengan pakaian kasual dan kacamata hitam besar yang menutupi sebagian besar wajahnya. Meski berusaha tampil sederhana, kecantikan alaminya tetap menarik perhatian beberapa orang yang melintas. Ia merasa sedikit gugup, tapi juga bertekad. Setelah mendapatkan informasi dari teman Aurel yang bekerja di rumah sakit ini, Luna yakin bahwa satu-satunya cara untuk berbicara langsung dengan Dafa adalah menemui dia di tempat kerjanya.

Dengan langkah cepat, Luna memasuki lobi rumah sakit yang luas dan modern. Ia menghampiri meja resepsionis dan menanyakan jadwal dokter Dafa Donofan. Resepsionis, seorang wanita muda dengan senyum ramah, segera mengecek di komputernya. “Maaf, Nona, Dokter Dafa tidak ada jadwal hari ini. Dia sedang cuti,” ujar resepsionis dengan nada sopan. Luna merasakan hatinya mencelos. Ia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti ini. “Cuti? Kapan dia akan kembali bekerja?” tanyanya, mencoba menahan kekecewaannya.

“Saya tidak tahu pasti, Nona. Mungkin minggu depan, tapi bisa lebih cepat atau lebih lambat,tergantung keputusan beliau,” jawab resepsionis itu lagi. Luna menggigit bibirnya, merasa putus asa. Jika Dafa sedang cuti, ia tidak akan tahu kapan bisa bertemu dengannya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja. “Suster,” panggil Luna dengan nada yang lebih serius, sambil mencoba menenangkan diri, “apakah saya bisa mendapatkan alamat rumahnya? Saya benar-benar perlu bertemu dengannya. Ini sangat penting.”

Resepsionis itu tampak terkejut. Ia menatap Luna dengan penuh rasa ingin tahu, lalu menggelengkan kepalanya dengan sopan. “Maaf, Nona. Kami tidak bisa memberikan informasi pribadi seperti alamat tempat tinggal dokter. Itu melanggar kebijakan privasi rumah sakit.” Luna berusaha menahan rasa frustrasinya. “Saya mengerti, tapi… ini benar-benar penting. Saya harus berbicara dengannya. Hanya sebentar saja, saya janji tidak akan mengganggu,” katanya, kali ini dengan nada sedikit memohon.

Resepsionis itu tampak ragu. Ia terlihat bersimpati pada Luna, tapi peraturan tetaplah peraturan. “Saya benar-benar tidak bisa membantu soal itu, Nona. Mungkin Anda bisa meninggalkan pesan, dan saya akan memberikannya kepada Dokter Dafa saat dia kembali.”Luna menghela napas panjang. Ia tahu ini tidak akan mudah, tapi ia tidak menyangka akan sesulit ini. Namun, ia juga tahu bahwa memaksa lebih jauh tidak akan membantu. Ia mengangguk pelan dan mencoba tersenyum, meskipun senyumnya terasa kaku.

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!