Ketidaksengajaan yang di rencanakan

Namun, Arman tetap tidak menyerah, seolah-olah setiap penolakan hanya memotivasi dirinya untuk berusaha lebih keras. Luna tahu bahwa ini adalah taktik umum di industri, dan semakin ia memikirkannya, semakin ia merasa terjebak dalam permainan yang tidak ia inginkan. Di sela-sela syuting, Luna mencari tempat untuk menenangkan diri. Pikiran tentang Dafa kembali menghantui, dan ia merasa lelah harus berhadapan dengan aktor-aktor yang seolah hanya melihat dirinya sebagai batu loncatan. “Kapan ini semua akan berakhir?” gumamnya pelan, merasa frustrasi.

Aurel, yang melihat keadaan Luna, mendekatinya. “Luna, aku tahu ini sulit, tapi kau harus tetap fokus. Film ini penting untuk kariermu, dan kau tidak bisa membiarkan hal-hal seperti ini mengganggumu.” Luna mendesah panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Aku hanya lelah, Aurel. Terkadang aku merasa semua ini sia-sia. Orang-orang hanya melihatku sebagai alat untuk popularitas mereka, bukan sebagai seorang aktris yang serius.”

Aurel menepuk bahu Luna dengan lembut. “Kau lebih dari itu, Luna. Kau sudah membuktikan dirimu berkali-kali. Jangan biarkan mereka membuatmu merasa sebaliknya.” Luna mengangguk, mencoba menguatkan hatinya. Meskipun lelah dengan keadaan, ia tahu bahwa ia harus terus maju. Namun, dalam hatinya, Luna masih merasa ada sesuatu yang hilang sesuatu yang mungkin hanya bisa diisi oleh satu orang yang terus muncul dalam pikirannya: Dafa.

Setelah syuting selesai, Luna duduk di ruang ganti, tatapannya kosong menatap cermin. Pikirannya masih dipenuhi oleh Dafa. Sejak ia keluar dari rumah sakit, perasaan itu semakin kuat, dan Luna tahu ia tidak bisa mengabaikannya lebih lama. Namun, ia juga tahu bahwa Dafa bukan tipe pria yang mudah didekati. Ia harus berhati-hati, tak bisa sembarangan menunjukkan perasaannya. Luna berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk meminta bantuan seseorang yang paling ia percaya Aurel.

Saat Aurel datang untuk memeriksa jadwal keesokan harinya, Luna menghentikannya. “Aurel, aku butuh bantuanmu,” katanya, suaranya terdengar serius. Aurel menatap Luna dengan alis terangkat. “Bantuan apa lagi, Luna? Kau sudah mulai syuting, jadwalmu padat lagi. Ada yang salah?” Luna menggigit bibirnya, tampak ragu sejenak sebelum melanjutkan. “Bukan soal syuting… Aku butuh bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang.” Aurel menyipitkan mata, penasaran. “Tentang siapa?”

Luna menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya mengucapkan nama yang selalu mengganggu pikirannya. “Dafa.” Aurel mengerutkan kening. “Dafa? Maksudmu… dokter Dafa? Kenapa tiba-tiba kau tertarik padanya lagi?”

Luna menghela napas panjang. “Karena aku… aku merasa ada sesuatu di antara kami, tapi aku tidak ingin dia risih. Aku tahu dia dokter, profesional, dan mungkin tidak ingin terlibat dengan orang dari dunia hiburan sepertiku. Jadi aku butuh cara lain. Aku ingin bertemu dengannya lagi, tapi seolah-olah secara kebetulan.” Aurel mengerutkan dahi, tidak sepenuhnya terkejut. Ia sudah mencurigai ada sesuatu antara Luna dan Dafa sejak Luna dirawat di rumah sakit, terutama melihat bagaimana Luna selalu berusaha menarik perhatian Dafa selama pemulihan. Namun, mendengar permintaan ini membuatnya sedikit khawatir.

“Kau serius ingin mengejar Dafa?” tanya Aurel hati-hati. “Kau tahu dia sudah menolak perjodohan kalian, kan? Dan dia bukan tipe yang mudah didekati, apalagi dengan kehidupanmu yang begitu berbeda.” Luna mengangguk pelan. “Aku tahu, tapi justru itu. Aku tidak ingin terlihat terlalu terang-terangan mengejarnya. Aku ingin dia merasa nyaman, tanpa harus merasa terpaksa atau canggung denganku.”

Aurel menatap Luna dengan penuh pertimbangan, lalu akhirnya menghela napas. “Baiklah, aku akan cari tahu tentang dia. Mungkin di mana dia biasa pergi, tempat-tempat yang sering dia kunjungi. Tapi kau harus ingat, Luna, ini bukan permainan. Jangan sampai kau mempermalukan dirimu sendiri atau membuat Dafa merasa tidak nyaman.” Luna tersenyum tipis, penuh harapan. “Aku tahu, Aurel. Aku tidak akan memaksa, aku hanya ingin kesempatan untuk lebih dekat dengannya.”

***

Keesokan harinya, Aurel kembali dengan beberapa informasi yang ia dapatkan tentang Dafa. "Dia biasanya menghabiskan waktu di kafe dekat rumah sakit setelah shift-nya selesai," kata Aurel, menyerahkan catatan kecil. "Dan dia juga suka jogging di taman kota setiap Minggu pagi. Itu tempat yang cukup sepi. Mungkin kau bisa 'kebetulan' bertemu dengannya di sana." Luna tersenyum lebar, rasa senangnya terlihat jelas di wajahnya. "Terima kasih, Aurel. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu." Aurel menggelengkan kepala, tersenyum miring. "Ingat, jangan terlalu terlihat, Luna. Biar ini terasa natural. Kalau kau terlalu memaksa, Dafa pasti akan menyadarinya."

Luna mengangguk penuh semangat. “Aku akan membuat semuanya terlihat alami. Aku janji.” Beberapa hari kemudian, Luna mulai menjalankan rencananya. Ia menunggu di taman kota pada Minggu pagi, berpakaian santai dan dengan gaya yang kasual. Setelah beberapa menit menunggu, ia melihat Dafa yang sedang jogging dengan tenang, tampak fokus pada langkah-langkahnya. Luna berusaha terlihat tidak sengaja memperhatikannya, berharap pertemuan ini akan terasa alami seperti yang ia inginkan.

Ketika Dafa berlari mendekat, Luna berpura-pura kaget, tersenyum seolah-olah tidak menduga akan bertemu dengannya di sana. "Dafa? Wah, kebetulan sekali!" katanya dengan suara penuh kehangatan. Dafa berhenti, tampak sedikit terkejut namun tetap tenang. "Luna? Kau... sedang di sini juga?" tanyanya, jelas tidak menyangka bertemu dengan Luna di taman ini. Luna tersenyum cerah. "Iya, aku sering jogging di sini juga, terutama kalau lagi libur. Tempat ini tenang, bagus buat refleksi diri."

Dafa mengangguk, masih menjaga jarak. "Tempat yang bagus untuk menenangkan pikiran, memang."Luna mencoba menyembunyikan kegembiraannya. Ia merasa berhasil membuat pertemuan ini terasa tidak dipaksakan. Meski begitu, ia tahu bahwa ini baru awal, dan Dafa masih menjaga sikap profesionalnya. Namun, Luna tidak akan menyerah. Ia yakin, dengan waktu dan kesabaran, ia bisa membuka hati Dafa dan membuatnya melihat dirinya lebih dari sekadar pasien atau perjodohan yang tidak diinginkan.

Saat Luna dan Dafa sedang berjalan-jalan santai setelah bertemu di taman, Luna melihat kesempatan untuk lebih dekat dengan Dafa. Saat Dafa sedang berjalan sedikit di depannya, Luna berpura-pura tersandung batu kecil dan langsung memegangi pergelangan kakinya. “Aduh!” seru Luna, pura-pura kesakitan. Wajahnya berkerut, seolah menahan sakit. Dafa, yang mendengar suara itu, langsung berbalik dan melihat Luna terduduk di tanah, memegang pergelangan kakinya.

"Luna! Kau baik-baik saja?" Dafa segera menghampirinya, tatapannya berubah khawatir. Luna mengangguk lemah, dengan ekspresi kesakitan yang ia buat sebaik mungkin. “Aku... aku rasa pergelangan kakiku terkilir. Aku tidak sengaja tersandung batu,” katanya, sambil meraba kakinya. “Sepertinya agak sakit untuk berjalan.”Dafa segera berjongkok di sampingnya, memeriksa kakinya dengan cermat. "Coba jangan terlalu dipaksakan bergerak dulu. Apa kau bisa berdiri?"

Luna berusaha bangkit perlahan, tapi kemudian dengan sengaja berpura-pura terpincang-pincang, wajahnya menampilkan ekspresi sakit yang terlatih dari pengalaman aktingnya. “Ah, sakit sekali. Sepertinya aku butuh bantuan, Dafa…” Dafa menghela napas, lalu menawarkan tangannya untuk menopang Luna. "Oke, aku bantu. Tapi kau harus periksa lebih lanjut di rumah sakit kalau sakitnya tidak kunjung hilang."

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!