Pengganggu

Dafa terdiam, merasa semakin sulit untuk menolak pesona Luna. Namun, sebelum ia bisa berkata apa-apa, suara ketukan lain terdengar di pintu apartemen, membuyarkan momen di antara mereka. "Luna, ini Aurel. Aku perlu bicara," terdengar suara Aurel dari luar pintu. Luna menghela napas panjang, sedikit kesal karena momen antara dirinya dan Dafa terganggu. Namun, ia tahu ia tidak bisa terus menggoda Dafa begitu saja. Dengan cepat, ia mengalihkan pandangannya ke arah Dafa sambil berkata, "Kita lanjutkan nanti, ya."Dafa hanya bisa mengangguk dengan canggung, kemudian berbalik menuju pintu untuk membuka jalan bagi Aurel. Tapi di dalam hatinya, ia tahu, momen ini akan terus membayangi pikirannya.

Dafa merasa lega saat melihat Aurel tiba. Ia memutuskan inilah saat yang tepat untuk pergi, karena Aurel bisa menjaga Luna. "Aku rasa sekarang kau aman bersama Aurel. Aku akan kembali ke rumah sakit," ujar Dafa dengan nada datar, mencoba menjaga sikap profesionalnya meskipun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Luna menatap Dafa dengan sorot mata penuh kekecewaan, tapi ia berusaha menahan diri. “Sudah mau pulang?” tanyanya dengan suara yang sedikit lirih, berharap Dafa akan mengubah keputusannya.

Namun, Dafa hanya tersenyum tipis dan mengangguk. “Iya, Luna. Kau baik-baik saja sekarang, dan Aurel ada di sini untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Aku harus kembali bekerja.” Luna memandang Aurel seolah-olah menyalahkannya karena telah mengganggu momen yang langka ini. "Baiklah, Dafa," jawab Luna akhirnya, tapi nada suaranya tak bisa menyembunyikan kekecewaan. Saat Dafa berpamitan dan berjalan keluar, Luna menatap punggungnya yang menjauh, merasakan kekecewaan mendalam yang tak bisa ia tahan lagi.

Begitu pintu tertutup dan Dafa pergi, Luna melempar pandangan tajam ke arah Aurel. “Kenapa kau harus datang sekarang, Aurel? Kau selalu muncul di saat yang tidak tepat,” ucap Luna kesal, tak lagi bisa menahan emosinya. Aurel mengangkat alis, terkejut melihat reaksi Luna. “Apa maksudmu, Luna? Aku datang untuk memastikan kau baik-baik saja. Aku baru saja berbicara dengan media tentang kondisimu. Lagipula, kau tahu aku peduli padamu,” jawab Aurel dengan nada bingung namun tegas. Luna mendengus pelan, lalu berjalan ke arah jendela, melihat ke luar di mana para wartawan masih berkumpul. "Kau selalu peduli padaku, tapi kau juga selalu merusak setiap momenku dengan Dafa," keluhnya. "Susah sekali untuk bisa bersama dengannya, dan saat aku punya kesempatan, kau datang dan mengacaukannya."

Aurel terdiam sejenak, memandang Luna yang jelas-jelas kecewa. “Luna, kau tidak bisa memaksakan hal seperti ini. Dafa itu dokter, dia hanya melakukan tugasnya. Kau tidak bisa membuatnya terjebak dalam drama seperti ini.” Luna berbalik dengan cepat, menatap Aurel dengan tatapan penuh tekad. “Tapi aku tahu dia juga punya perasaan untukku, Aurel. Dia hanya terlalu keras kepala untuk mengakuinya.” Aurel mendesah, lalu berjalan mendekati Luna. “Luna, aku mengerti kau menyukainya, tapi Dafa sudah jelas-jelas menolak perjodohan kalian. Kau harus bersiap menerima kenyataan bahwa mungkin dia tidak menginginkan hubungan lebih dari ini.”

Namun, Luna hanya menggeleng dengan keras, tekadnya semakin kuat. “Tidak, Aurel. Aku tidak akan menyerah semudah itu. Aku tahu ada sesuatu di antara kami, dan aku akan mendapatkan Dafa, bagaimanapun caranya.” Aurel hanya bisa menghela napas panjang, menyadari bahwa Luna tak akan mendengarkan alasan apapun saat ia sudah memutuskan sesuatu. Di satu sisi, ia merasa khawatir Luna terlalu terobsesi dengan Dafa, tapi di sisi lain, ia tidak ingin melihat sahabatnya terus kecewa. "Baiklah, Luna," ujar Aurel akhirnya. "Tapi jangan sampai kau menyakiti dirimu sendiri dengan harapan ini." Luna menatap Aurel dengan penuh tekad. "Kau tenang saja. Aku tahu apa yang kulakukan." Saat itu, Luna sudah memutuskan bahwa ia akan terus mengejar Dafa, tidak peduli seberapa sulit jalan yang harus ia tempuh. Bagaimanapun, perasaan yang ia miliki untuk dokter itu terlalu kuat untuk diabaikan.

Setelah beberapa minggu pemulihan, Luna akhirnya kembali ke rutinitasnya sebagai aktris. Meski tubuhnya sudah pulih, pikirannya masih dipenuhi oleh perasaannya terhadap Dafa. Namun, Luna tahu bahwa ia harus kembali fokus pada kariernya, terutama setelah jadwal syutingnya sempat berantakan. Hari ini adalah hari pertama Luna kembali ke lokasi syuting untuk sebuah film baru bergenre romansa. Saat tiba di studio, Luna disambut dengan kehebohan kru dan manajernya, Aurel, yang sibuk mengurus berbagai hal. Namun, perasaan jengkel langsung muncul begitu ia mendengar kabar bahwa ia akan dipasangkan dengan seorang aktor baru yang sedang naik daun. "Aktor baru lagi? Kenapa aku selalu dipasangkan dengan mereka?" Luna mendengus, merasa kesal.

Aurel mencoba menenangkan Luna. “Luna, kau tahu ini bagian dari strategi. Produser ingin meningkatkan popularitas aktor baru ini dengan memanfaatkan reputasimu. Dia punya banyak penggemar di media sosial, dan ini juga bagus untuk film kita.” Luna meremas naskah di tangannya, menatap Aurel dengan tatapan marah. "Jadi, aku hanya alat untuk menaikkan nama orang lain sekarang? Mereka selalu memasangkanku dengan aktor-aktor yang bahkan tidak bisa berakting dengan baik. Mereka hanya cari popularitas cepat!"

Aurel menarik napas panjang, mencoba bersikap sabar. “Luna, kau profesional. Fokus saja pada aktingmu. Lagipula, kau sudah pernah menghadapi situasi yang lebih sulit dari ini, kan?” Luna tak bisa menyangkal itu, tapi rasa kesalnya masih terasa. Apalagi setelah insiden dengan Elvin, ia merasa lelah dengan aktor-aktor yang hanya memanfaatkan popularitasnya untuk mendongkrak nama mereka. Terlebih lagi, pikirannya masih sering kembali pada Dafa, membuatnya semakin frustasi.

Saat tiba di set, Luna melihat lawan main barunya, Arman, seorang aktor muda yang sedang naik daun di media sosial. Arman tersenyum lebar begitu melihat Luna dan langsung menghampirinya dengan antusias. “Hai, Luna! Aku benar-benar senang bisa bekerja sama denganmu. Aku sudah lama mengidolakanmu.” Luna hanya mengangguk dingin, merasa enggan untuk berbasa-basi. Ia melihat Arman sebagai satu lagi dari sekian banyak aktor yang hanya ingin memanfaatkan namanya. “Terima kasih,” jawab Luna singkat, lalu beralih fokus pada naskah di tangannya, berusaha mengabaikan percakapan lebih lanjut

Pengambilan gambar dimulai, dan seperti yang sudah ia duga, Arman terus mencoba menarik perhatian selama jeda pengambilan gambar. Mulai dari bercanda berlebihan hingga memuji-muji Luna setiap kali ada kesempatan, semuanya terasa dipaksakan. Luna bisa merasakan betapa Arman hanya ingin membuat dirinya terlihat dekat dengannya demi media sosial dan liputan. Di antara pengambilan gambar, Arman mendekati Luna lagi. “Kau tahu, Luna, aku sangat menghormati dedikasimu. Mungkin kita bisa menghabiskan waktu bersama di luar syuting? Aku bisa belajar banyak darimu.”

Luna memutar matanya, merasa semakin kesal dengan sikap Arman yang terus berusaha mendekatinya. “Maaf, aku lebih suka menghabiskan waktu sendiri di luar syuting,” jawabnya dengan nada dingin, berharap Arman mengerti bahwa ia tidak tertarik.

.

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!