Hal yang berbeda

Aurel duduk di bangku keras di luar ruang perawatan intensif, kedua tangannya gemetar. Ia menatap lantai, berusaha menenangkan diri, namun pikirannya terus berkecamuk. Kecelakaan yang menimpa Luna terasa seperti mimpi buruk yang tidak kunjung usai. Setiap detik terasa lama, dan setiap detak jam di dinding semakin menambah rasa cemas yang tak tertahankan. Di tengah kesunyian itu, pintu ruang perawatan terbuka. Seorang dokter keluar, mengenakan jas putih dan masker yang menggantung di lehernya. Wajahnya tampak serius, namun ada sesuatu yang familiar tentang sosok itu. Aurel tertegun sejenak, matanya membulat saat mengenali siapa yang berdiri di depannya.

"Dokter Dafa?" ucap Aurel dengan suara hampir tak percaya. Dokter Dafa, pria yang tengah Luna sukai, menatap Aurel dengan tatapan tegas tapi tenang. Aurel langsung bangkit dari duduknya, perasaannya campur aduk antara lega dan panik. "Dokter Dafa, tolong... tolong selamatkan Luna," kata Aurel, suaranya gemetar. Air matanya menggenang di sudut mata, tak mampu menahan emosinya lebih lama. "Dia... dia harus selamat. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia tidak bisa melewati ini."

Dafa memandang Aurel dengan tatapan penuh pengertian. Ia tahu betapa dekatnya Aurel dengan Luna, dan ia juga tahu bahwa kecelakaan ini adalah sesuatu yang jauh lebih dari sekadar insiden biasa bagi mereka semua. Dalam hatinya, ia juga merasakan gejolak yang sulit dijelaskan. Bagaimanapun juga, Luna bukan sekadar pasien bagi Dafa. Ada sesuatu tentang Luna yang selama ini membuat pikirannya tidak tenang.

"Saya akan melakukan yang terbaik," jawab Dafa dengan suara rendah namun tegas. "Tapi kondisinya cukup serius. Luna mengalami trauma kepala dan ada pendarahan internal. Kami akan segera melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan dan menstabilkannya."

Aurel merasa tubuhnya lemas mendengar penjelasan itu, namun ia berusaha tetap berdiri. "Dia kuat, Dokter. Luna kuat... dia harus bisa melewati ini."Dafa mengangguk, lalu menatap Aurel dengan tatapan penuh keyakinan. "Kita akan melakukan segalanya. Saya janji."

Tanpa menunggu lebih lama, Dafa berbalik dan masuk kembali ke ruang operasi, meninggalkan Aurel yang kini dilanda kecemasan yang lebih besar. Pikirannya dipenuhi dengan rasa takut akan kehilangan Luna, namun setidaknya, ia merasa sedikit lega bahwa Dafa, dokter yang sangat berkompeten, yang akan menangani operasi ini. Di ruang operasi, Dafa mempersiapkan dirinya. Ini bukan pertama kalinya ia menangani operasi yang penuh tekanan, tetapi kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu tentang Luna yang terus mengusik pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu, dan sekarang, nasibnya berada di tangannya.

Saat lampu operasi menyala terang, Dafa menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga fokus. Di hadapannya, Luna terbaring tak berdaya di meja operasi, tubuhnya tertutup kain bedah, hanya bagian kepala dan dada yang terlihat. Tim medis di sekelilingnya bergerak cepat, namun tetap tenang.

“Kita mulai,” ucap Dafa dengan nada tegas namun tenang, memulai prosedur yang akan menentukan hidup Luna.

Waktu berlalu dengan lambat bagi Aurel yang menunggu di luar. Setiap kali pintu ruang operasi terbuka sedikit, ia menoleh dengan harapan mendapatkan kabar, namun belum ada yang keluar. Kecemasannya semakin memuncak, sementara berita tentang kecelakaan Luna sudah menyebar luas di media. Aurel mematikan ponselnya, tidak ingin terganggu oleh berbagai pesan dan panggilan yang masuk.

Beberapa jam kemudian, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dafa keluar dengan wajah lelah, namun ada secercah harapan di matanya."Operasinya berhasil," katanya, suara sedikit serak karena kelelahan. "Kami berhasil menghentikan pendarahan, dan sekarang kondisinya stabil. Tapi Luna masih dalam kondisi kritis, dan ia harus melewati masa pemulihan yang sangat penting dalam 24 jam ke depan."

Aurel hampir jatuh ke lantai karena lega. Air matanya jatuh, namun kali ini bukan hanya karena ketakutan, melainkan juga karena rasa syukur. Ia tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada Dafa.

"Terima kasih, Dokter... terima kasih," katanya dengan suara terisak.

Dafa mengangguk ringan, lalu menambahkan, "Tapi kita belum bisa terlalu lega. Kita harus menunggu bagaimana tubuhnya merespon dalam beberapa jam ke depan."Aurel mengerti. Meski ada sedikit rasa lega, masih ada banyak hal yang harus dihadapi. Luna harus berjuang lebih keras untuk bisa pulih dari kecelakaan ini, dan sekarang, semua orang hanya bisa berharap. Setelah mendengar kabar dari Dokter Dafa, Aurel merasa lega meski masih ada ketegangan yang membelenggu hatinya. Ia mendekat ke ruang ICU, melihat Luna terbaring dengan alat-alat medis yang mengawasi setiap detak kehidupan yang tersisa. Tubuh Luna tampak rapuh, wajahnya yang biasanya penuh semangat kini dikelilingi perban dan luka-luka yang masih segar.

"Ini tidak seharusnya terjadi," gumam Aurel sambil mengusap air mata. Ia merasa bersalah. Jika saja mereka bisa menghindari semua tekanan yang datang dari media dan gosip Elvin, mungkin Luna tidak akan berakhir seperti ini. Aurel tahu, meski Luna selalu terlihat kuat, segala rumor dan tuntutan dari dunia hiburan perlahan menghancurkan batinnya.

Sementara itu, di sudut yang lebih jauh dari koridor, Dafa memandang Aurel dan Luna dari jendela kaca kecil di pintu. Ada perasaan aneh yang menggelayuti dirinya, sebuah campuran antara rasa tanggung jawab sebagai dokter dan perasaan pribadi yang ia belum mampu mengartikulasikan. Melihat Luna terbaring di ICU, perasaan itu semakin kuat.

Dafa mengingat kembali pertemuan pertama mereka, saat ia tanpa sengaja bertemu Luna dalam acara sosial beberapa bulan yang lalu. Sosok Luna yang penuh keceriaan saat itu berbeda jauh dari sosok yang kini ia rawat. Dan meski Dafa selalu menjaga jarak dari urusan pribadi pasien, kali ini ia tidak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya.

Aurel mendekati Dafa dengan langkah pelan, matanya merah karena menangis. "Dokter Dafa," panggilnya pelan. "Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Aku tahu kau sudah melakukan yang terbaik untuk Luna, dan aku... aku hanya bisa berharap." Suaranya terdengar lelah dan putus asa.

Dafa menghela napas panjang. "Kita sudah melakukan semua yang kita bisa, sekarang tinggal menunggu bagaimana tubuh Luna merespons." Matanya menatap ke arah Luna, yang terbaring diam dengan alat bantu pernapasan. "Yang terpenting, Luna harus merasa tenang, tidak ada tekanan lagi dari luar. Itu yang terbaik untuk pemulihannya."

Aurel mengangguk, meski di dalam hatinya ia tahu bahwa dunia luar tidak akan memberi Luna waktu untuk beristirahat. Media pasti sudah meramaikan kecelakaan ini, dan gosip dengan Elvin hanya akan semakin meledak. Bahkan mungkin akan ada spekulasi yang tidak masuk akal tentang kondisi Luna. Ia harus melakukan sesuatu.

Episodes
1 Pertemuan tak terduga
2 Kembali Bertemu
3 Di balik layar
4 Di balik layar gosip
5 Meminta Bantuan
6 Takdir yang di atur
7 Penolakan
8 Gosip yang membuat risih
9 Kecelakaan
10 Hal yang berbeda
11 Menguak
12 Memanfaatkan Situasi
13 Situasi lebih rumit
14 Cari Perhatian
15 Memaksa
16 Kekhawatiran
17 Pengganggu
18 Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19 Berpura Pura
20 Kesempatan tidak datang dua kali
21 Dinner
22 Kenapa ?
23 Tarik Ulur
24 Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25 Keputusan?
26 Orang Baru ?
27 Sakit
28 Peduli
29 Apakah Ini nyata?
30 Teror
31 Teror masih berlanjut
32 Tumpangan atau kesempatan ?
33 Kebersamaan
34 Masalah
35 Kebimbangan
36 Kehilangan
37 Hari terakhir syuting
38 Isi hati Arman
39 Penantian Panjang
40 Kembalinya teror
41 Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42 Teman Lama
43 Memasak Bersama
44 Kejutan
45 Kepercayaan
46 Kelas Yoga
47 Mendekati
48 Belum Berakhir
49 Mencelakai
50 Kekecewaan Elvin
51 Mengambil langkah Hukum
52 Pulang kampung
53 Nura
54 Kekecewaan Luna
55 Kehangatan
56 Tawaran Syuting Film Baru
57 Ketidakjujuran
58 Dafa Pergi
59 Menemukan Dafa
60 Keras Kepala
61 Keegoisan
62 Berubah
63 Bersama siapa dia?
64 Semakin Rumit
65 Kerinduan
66 Rencana pertemuan orang tua
67 Keras kepala
68 Nasihat
69 Apa aku yang salah?
70 Melunak
71 Kehangatan
72 Skandal
73 Di ujung tanduk
74 Mencari Kebenaran
75 Menyerah?
76 Selalu ada untukmu
77 Penolakan
78 Titik terang?
79 Kesalah Fahaman
80 Bantuan Aldo
81 Siapa Pelakunya?
82 Keputusasaan
83 2 Hasutan
84 Kencan buta dengan orang baru
85 Bantuan Tulus
86 Kebenaran terungkap ?
87 Harapan Gelap
88 Klarifikasi
89 Usaha tanpa hasil
90 Pembelaan sahabat
91 Tidak ada kepercayaan
92 Kecelakaan Luna
93 Penyesalan
94 Kekecewaan tiada akhir
95 Mengigau
96 Tolong menjauh !
97 Luna sadar
98 Aku masih mencintainya
99 Doktrin
100 Berharap bisa di perbaiki
101 Rencana Luna
102 Tamat
103 Terima Kasih
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Pertemuan tak terduga
2
Kembali Bertemu
3
Di balik layar
4
Di balik layar gosip
5
Meminta Bantuan
6
Takdir yang di atur
7
Penolakan
8
Gosip yang membuat risih
9
Kecelakaan
10
Hal yang berbeda
11
Menguak
12
Memanfaatkan Situasi
13
Situasi lebih rumit
14
Cari Perhatian
15
Memaksa
16
Kekhawatiran
17
Pengganggu
18
Ketidaksengajaan yang di rencanakan
19
Berpura Pura
20
Kesempatan tidak datang dua kali
21
Dinner
22
Kenapa ?
23
Tarik Ulur
24
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
25
Keputusan?
26
Orang Baru ?
27
Sakit
28
Peduli
29
Apakah Ini nyata?
30
Teror
31
Teror masih berlanjut
32
Tumpangan atau kesempatan ?
33
Kebersamaan
34
Masalah
35
Kebimbangan
36
Kehilangan
37
Hari terakhir syuting
38
Isi hati Arman
39
Penantian Panjang
40
Kembalinya teror
41
Kebersamaan yang akhirnya terjadi
42
Teman Lama
43
Memasak Bersama
44
Kejutan
45
Kepercayaan
46
Kelas Yoga
47
Mendekati
48
Belum Berakhir
49
Mencelakai
50
Kekecewaan Elvin
51
Mengambil langkah Hukum
52
Pulang kampung
53
Nura
54
Kekecewaan Luna
55
Kehangatan
56
Tawaran Syuting Film Baru
57
Ketidakjujuran
58
Dafa Pergi
59
Menemukan Dafa
60
Keras Kepala
61
Keegoisan
62
Berubah
63
Bersama siapa dia?
64
Semakin Rumit
65
Kerinduan
66
Rencana pertemuan orang tua
67
Keras kepala
68
Nasihat
69
Apa aku yang salah?
70
Melunak
71
Kehangatan
72
Skandal
73
Di ujung tanduk
74
Mencari Kebenaran
75
Menyerah?
76
Selalu ada untukmu
77
Penolakan
78
Titik terang?
79
Kesalah Fahaman
80
Bantuan Aldo
81
Siapa Pelakunya?
82
Keputusasaan
83
2 Hasutan
84
Kencan buta dengan orang baru
85
Bantuan Tulus
86
Kebenaran terungkap ?
87
Harapan Gelap
88
Klarifikasi
89
Usaha tanpa hasil
90
Pembelaan sahabat
91
Tidak ada kepercayaan
92
Kecelakaan Luna
93
Penyesalan
94
Kekecewaan tiada akhir
95
Mengigau
96
Tolong menjauh !
97
Luna sadar
98
Aku masih mencintainya
99
Doktrin
100
Berharap bisa di perbaiki
101
Rencana Luna
102
Tamat
103
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!