Bab 16

"Mau bagaimana lagi Wi. Kalau menurutku, biarkan Kinar menenangkan dirinya dulu. Biarkan itu menjadi privasinya jika ia memang menginginkannya. Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Kinar dan juga anak yang ada di dalam kandungannya," ucap Eza membela Kinar. Bagaimana pun juga, Eza tidak mau jika Dewi tau siapa ayah dari anak yang ada di kandungan Kinar.

.........

"Kamu benar mas, tapi kasihan Kinar dan anak yang ada di dalam kandungannya. Bagaimanapun juga, suatu saat nanti anak itu sangat membutuhkan sosok ayah di dalam kehidupannya," balas Dewi lirih. Ia tidak tega jika calon keponakannya tidak memiliki ayah saat lahir nanti.

"Ya mau bagaimana lagi Wi, Kinar sendiri yang mengambil keputusan seperti itu. Atau, bagaimana kalau anak itu lahir, kita saja yang menjadi orang tua untuknya. Kita angkat dia menjadi anak setelah lahir nanti. Aku sangat tidak keberatan kok kalau harus menjadi ayah dari anak yang dikandung oleh Kinar. Bagaimana menurut kamu?" usul Eza seketika membuat Dewi beralih menatapnya.

"Usulan yang bagus mas. Terima kasih sudah selalu ada untuk keluarga aku. Tapi, bagaimana kalau Kinar ngga mau?" balas Dewi lagi. Andai Dewi tau jika Eza adalah ayah dari anak itu.

"Kita akan membujuk Kinar nanti. Yang jelas sekarang biarkan saja Kinar menenangkan dirinya terlebih dahulu," ucap Eza lagi. Eza lega bisa lepas dari masalah ini. Ia tak bisa membayangkan jika keluarga istrinya tau jika ialah dalang dibalik semua keributan ini.

"Hmmmm baiklah. Mengenai bulan madu kita yang kamu rencanakan dengan Kinar, maafkan aku ya mas, sepertinya itu ngga mungkin deh. Kamu tau sendiri kan bagaimana keadaan rumah sekarang? Kamu ngga marah kan?" ucap Dewi lagi. Dewi ingat, suaminya datang ke apartemen Kinar untuk merencanakan perihal bulan madu.

"Iya sayang. Aku ngerti kok. Udah, kita tunda dulu aja ya," balas Eza mengecup kepala sang istri.

Sementara itu, Kinar terus saja menangis tersedu-sedu sepanjang perjalanan pulang ke apartemen. Ucapan sang ibu terus saja terngiang-ngiang di telinganya dan itu sangat membuat hatinya hancur.

'Kenapa jadi seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?' batin Kinar sembari menyeka air matanya.

Hingga pada malam harinya, Saat Kinar tengah berdiri menatap megahnya pemandangan malam ibu kota dari balkon apartemennya, tiba-tiba saja sosok Eza datang dan memeluknya dari belakang. Eza sendiri memang memiliki akses untuk keluar masuk apartemen itu. Jadi tak heran kalau ia bisa masuk sesuka hatinya.

"Nggak baik ibu hamil berdiri malam-malam di luar. Ayo masuk," ucap Eza setengah berbisik di telinga Kinar. Sontak hal itu membuat bulu kuduk Kinar berdiri.

"Ngapain kamu kesini mas? Keadaan di rumah lagi tidak baik-baik saja. Lebih baik kita akhiri saja hubungan ini dan hidup di jalan masing-masing," ucap Kinar sembari melepaskan tangan Eza dari pinggangnya.

"Aku ngga mau dan nggak akan pernah mau mengakhiri hubungan ini. Sayang, kamu ingat, di dalam sini sedang tumbuh buah hati kita," jawab Eza sembari mengusap pelan perut Kinar yang masih rata.

"Tapi kamu lihat sendiri kan mas bagaimana keadaannya? Ayah dan ibu sangat marah sekali mas. Mereka kecewa sama aku," ujar Kinar kembali menitikkan air mata.

"Lalu apa bedanya kalau kita mengakhiri hubungan ini? Bukankah sama saja? Nasi sudah menjadi bubur sayang. Sekarang yang terpenting adalah kita tetap merahasiakan ayah anak ini. Dengan begitu, semuanya akan baik-baik saja. Nanti, setelah anak ini lahir, aku yakin, mereka akan melupakan segalanya," ucap Eza mencoba menenangkan Kinar sembari menyeka air matanya.

"Tapi aku takut mas. Kasihan anak ini tidak memiliki ayah. Bagaimana kalau dia besar nanti, di sekolah dan teman-temannya menanyakan dimana ayahnya? Dia akan di ejek dan dikucilkan gara-gara ini," balas Kinar emosional. Ketakutan sudah terlalu jauh merusak pikirannya.

"Siapa bilang dia tidak memiliki ayah? Hei, lihat aku, aku ayahnya dan akan tetap menjadi ayahnya sampai kapanpun. Lusa aku akan menikahimu Kinar. Meskipun secara agama, tapi kamu akan menjadi istriku seutuhnya. Jadi kamu jangan menangis lagi ya. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Eza membawa Kinar kedalam pelukannya.

"Tapi bagaimana dengan Kak Dewi? Aku ngga mau mengkhianatinya untuk yang kedua kalinya mas. Biarlah hubungan kita tetap seperti ini, berjalan apa adanya," jawab Kinar menolak untuk menjadi istri Eza. Akan tetapi, Eza tetap memaksanya dan tetap ingin menjadikan Kinar sebagai istrinya. Eza terus membujuk Kinar dan menjadikan anak yang ada di dalam kandungan Kinar sebagai alasannya. Hingga pada akhirnya, Kinar pun setuju untuk menikah dengan Eza.

"Terima kasih sayang karena kamu sudah mau menikah denganku. Aku janji akan bersikap adil kepada kamu dan juga kakak mu Dewi. Sekarang kamu istirahatnya. Ini aku bawakan kamu vitamin dan susu khusus untuk ibu hamil. Jaga anak kita dengan baik ya sayang. Ingat, ada aku yang selalu ada dua puluh empat jam untuk kamu. Apapun yang kamu mau, kamu bisa tinggal bilang sama aku. Ok," ucap Eza panjang lebar sebelum laki-laki yang merupakan kakak iparnya itu kembali pulang ke rumah.

Kinar yang tadinya merasa gusar, kini menjadi sedikit lebih tenang. Di satu sisi, Kinar beruntung karena bisa memiliki Eza. Namun di sisi lain, ia juga merasa bersalah karena sudah mengkhianati kakaknya Dewi.

Beberapa hari sudah berlalu, kini Kinar sudah kembali beraktivitas seperti biasanya.

Hari ini, saat Kinar sedang menikmati makan siangnya di kantin rumah sakit, ia dihampiri oleh kakaknya Dewi. Awalnya Kinar mau menghindar, namun ia tidak sempat karena Dewi sudah dulu menghampirinya.

"Mau apa kakak kesini?" tanya Kinar dengan wajah datar tanpa ekpresi.

"Kakak kesini mau ketemu kamu Kinar. Kakak mau tau bagaimana keadaan kamu," jawab wanita cantik berkulit kuning langsat tersebut.

"Aku, aku baik-baik saja kak. Bagaimana keadaan ibu dan juga ayah?" jawab Kinar balik bertanya.

"Ibu dan ayah baik-baik saja Kinar. Hmmmm Kin, apa kakak sudah boleh tau siapa ayah dari anak itu?" ucap Dewi seketika membuat Kinar menghentikan makannya.

"Untuk apa lagi kak? Aku kan sudah bilang sama kakak, cukup aku saja yang tau siapa ayah dari anak ini," jawab Kinar terlihat tidak suka saat sang kakak menanyakan ayah dari bayi yang di kandungnya.

"Ya tapi apa salahnya kalau kamu kasih tau kakak Kinar. Kalau kamu memang tidak mau menikah dengan laki-laki itu ngga papa Kinar. Tapi seenggaknya kamu harus kasih tau kakak untuk jaga-jaga nantinya," jelas Dewi lagi. Namun Kinar tetap menolak untuk memberi tahukannya.

Tak ingin memaksa lagi, Dewi pun akhirnya pulang setelah memastikan keadaan Kinar baik-baik saja.

'Maafkan aku kak, jika kakak tau siapa ayah dari anak ini, kakak pasti ngga akan sudi mempunyai adik seperti ku.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

gk suka..
kinarnya bner² buta dn jd bodoh krn cinta dn eza nya egois bgt mau enaknya sendiri punya bini 2 dia🙄🙄

2024-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!