Saat Kinar hendak bangkit dari tempat tidurnya, ia kembali meringis lantaran masih merasakan nyeri di area kewanitaannya, dan di saat itulah Kinar kembali teringat adegan-adegan yang ia lakukan bersama dengan kakak iparnya.
"Kejadian itu, apa itu benar-benar terjadi? Kenapa aku bisa menyerahkannya kepada Mas Eza? Sudah jelas-jelas ini salah. Bodohnya aku," gunam Kinar menyesali kebodohannya. Namun, semuanya sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur, kini Kinar sudah tidak suci lagi lantaran kesuciannya sudah ia berikan kepada Eza, kakak iparnya.
Setelah mandi dengan menggunakan air hangat, Kinar pun merasa lebih segar, nyeri nya pun mulai berkurang.
.
.
Setelah menghabiskan sarapan paginya, Kinar pun langsung berangkat ke rumah sakit. Hari ini, ia ada jadwal operasi di beberapa rumah sakit, maka dari itu, Kinar harus datang ke rumah sakit lebih awal.
Di tempat yang berbeda, Eza bangun dengan penuh semangat. Wajahnya cerah dan sorot matanya terlihat ceria. Hal itu lantas membuat Dewi merasa ada berbeda dengan suaminya.
"Dewi, ngapain kamu bengong seperti itu? Ayo keluar," ucap Eza membuat Dewi tersadar dari lamunannya.
"Mas, kamu semalam habis mimpi apa?" tanya Dewi tiba-tiba.
"Mimpi? Memang kenapa?" tanya Eza balik. Raut wajah Eza seketika berubah.
"Semalam kamu mengigau mas. Kamu bilang ini enak sekali sayang. Memang kamu mimpi apa sih mas?" ucap Dewi membuat kening Eza berkerut. Ia kembali mencoba mengingat sebuah kisah yang singgah di mimpinya semalam. Namun ia sepertinya lupa dan tidak ingat apa-apa.
"Aku ngga ingat aku mimpi apa. Mungkin aku mimpi lagi bermesraan dengan istriku yang paling cantik ini. Sudahlah, ayo kita turun, kasihan ibu dan ayah menunggu d8 bawah," balas Eza membuat pipi Dewi merah merona.
.
.
Semakin lama, hubungan Eza dan juga Kinar semakin jauh. Kinar yang dulunya ragu-ragu untuk dekat dengan Eza, kini sudah tidak sungkan lagi menunjukkan perasaannya kepada sang kakak ipar tersebut.
Hari-hari Kinar menjadi lebih berwarna semenjak ia mengakui perasaannya. Begitu juga dengan Eza, ia juga merasa harinya menjadi lebih bersemangat karena Kinar.
.
.
"Sayang, malam ini aku ada lembur di kantor. Kamu ngga usah tunggu aku pulang ya," ucap Eza kepada Dewi yang sebenarnya hendak menghabiskan waktu bersama dengan Kinar di apartemen.
"Dalam beberapa minggu ini kamu sering banget lembur mas. Apa pekerjaan kamu di kantor memang sebanyak itu?" tanya Dewi memasang wajah sendu. Memang, sudah beberapa minggu kebelakang, Eza lebih sering tidak pulang ke rumah. Dengan alasan lembur, ia bisa memiliki banyak waktu berdua bersama dengan selingkuhannya yang tak lain tak bukan adalah Kinar, adik iparnya sendiri.
"Ya mau gimana lagi Wi, namanya juga bekerja. Toh aku lembur seperti ini juga karena aku ingin membahagiakan kamu. Lumayan loh Wi uang lemburnya," jawab Eza sembari mengusap lembut kepala sang istri.
"Tapi aku ngga mau kamu jadi sakit karena sering lembur mas," ucap Dewi lagi.
"Aku ngga akan sakit kok sayang. Lagi pula, kalau aku sakit, kan ada kamu yang selalu ada untukku," ucap Eza lagi.
Setelah berhasil membujuk Dewi, Eza pun langsung berangkat ke kantor setelah memakan habis roti panggang sebagai menu santap pagi kelurga itu.
Setelah meninggalkan rumah, mobil yang dikendarai oleh Eza ternyata tidak mengarah ke kantor, namun mobil yang di kendarai Eza mengarah ke sebuah rumah sakit yang mana disana Kinar tengah melakukan operasi kepada pasiennya.
Setibanya di rumah sakit, Eza pun langsung menuju taman rumah sakit dan duduk di sana dengan tenang. Tak lama kemudian, datanglah Kinar yang masih mengenakan pakaian operasi.
"Ada apa mas? Aku masih ada tugas kerja hari ini," ucap gadis cantik yang menjadi duri di keluarga kakak kandungnya sendiri.
"Hari ini aku sengaja tidak masuk ke kantor Karena aku ingin menghabiskan waktu bersama dengan kamu Kinar. Apa kamu tidak bisa merubah jadwal mu hari ini? Aku ingin membawamu ke suatu tempat yang indah dan romantis," balas Eza membuat kinar menarik nafas sedikit berat.
"Kenapa dadakan mas, hari ini aku ngga bisa. Aku ada beberapa jadwal operasi hari ini," jawab Kinar sedikit membuat Eza kecewa. Padahal, Eza sudah membayangkan betapa bahagianya ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Kinar.
Setelah melalui perdebatan cukup panjang, akhirnya Eza pergi meninggalkan rumah sakit, sedangkan Kinar kembali masuk ke dalam. Namun, baru beberapa saat Kinar berada di ruang operasi, tiba-tiba saja kepalanya pusing dan ia mual-mual hendak muntah. Untung saja pasien yang akan di operasi belum masuk ke dalam ruangan, jadi ia bisa izin ke kamar mandi untuk menenangkan kepala dan perutnya yang sudah dua hari ini berulah.
Hueeekkk
Hueeekkk
"Huh.. Huh.. Huh, ada apa ini? Kenapa badan ku terasa tidak enak seperti ini?" gumam Kinar sembari mengatur nafasnya.
Setelah merasa cukup tenang, Kinar pun kembali ke ruangan untuk menyelesaikan tugasnya sebagai dokter. Sepanjang operasi berlangsung, Kinar terlihat tidak tenang dan badannya tidak enak. Akan tetapi, ia berusaha untuk tetap tenang dan terlihat profesional.
Hingga pada akhirnya, operasi pun selesai dan Kinar segera izin untuk lebih dulu ke ruangannya.
Setibanya di ruangan, Kinar pun langsung menghempaskan badannya di atas ranjang pasien rumah sakit. Sejenak, Kinar langsung menutup matanya dan tiba-tiba saja, mata Kinar terbelalak di detik berikutnya.
"Astaga, tanggal berapa sekarang? Sepertinya aku belum datang bulan," gumam Kinar langsung terduduk. Kinar terlihat shock dan juga terperangah. Hingga beberapa saat kemudian, Kinar pun bergegas menuju apotek untuk membeli alat tes kehamilan.
"Bismillah, semoga saja tidak," gumam Kinar sebelum menggunakan alat tes kehamilan.
Dengan cemas, Kinar pun menunggu hasilnya, hingga beberapa detik kemudian, Kinar pun otomatis menutup mulutnya saat alat tes kehamilan itu menunjukkan garis dua terang.
"Nggak, nggak, ini ngga mungkin, bagaimana bisa ini hasilnya positif? Aku ngga mungkin hamil, aku ngga mungkin hamil anaknya Mas Eza. Bagaimana ini? Bagaimana kalau Kak Dewi tau? Bagaimana kalau ibu dan ayah tau? Nggak, anak ini ngga boleh lahir ke dunia ini, aku harus segera memberi tau Mas Eza tentang hal ini," ucap Kinar bermonolog ke dirinya sendiri.
Dengan langkah terburu-buru, Kinar langsung menghubungi dokter yang satu keahlian dengannya dan meminta dokter tersebut untuk menggantikannya di ruang operasi dua jam lagi. Untung saja rekan dokter lainnya mau menggantikan Kinar sehingga ia bisa segera pergi menemui Eza.
Sementara itu, Eza yang hampir sampai di kantornya, dengan cepat segera memutar balik kendaraannya menuju rumah sakit tempat Kinar bekerja. Eza nampak senang sekali karena hari ini ia akan menghabiskan waktu bersama dengan Kinar.
Sekira satu jam kemudian, Eza pun sampai, nampak Kinar sudah menunggunya di lobby rumah sakit dan segera masuk kedalam mobil Eza saat mobil sedan mewah berwarna hitam itu berhenti tepat di hadapannya.
"Aku senang sekali kalau kamu berubah pikiran sayang. Aku sudah menyiapkan tempat yang indah untuk kita berdua. Aku jamin kamu pasti suka dengan tempat itu," ucap Eza yang belum tau apa-apa tentang kehamilan Kinar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments