Kinar yang awalnya berusaha untuk melepaskan ciuman itu akhirnya hanya bisa pasrah di saat tangan Eza mulai menyentuh bagian da*a Kinar. Tak lama kemudian, gadis cantik itupun menikmatinya. Ia lupa jika laki-laki yang ada di hadapannya saat ini adalah kakak iparnya.
........
Berada di dalam saru ruangan yang memiliki cahaya temaram membuat setan lebih mudah untuk memperdaya mereka. Semakin lama, Eza semakin berani menyusupkan tangannya ke balik pakaian yang dikenakan oleh Kinar.
Tak ada perlawanan sama sekali yang diberikan oleh Kinar, bahkan gadis cantik itu terlihat pasrah dan menikmatinya.
Semakin lama, permainan mereka semakin jauh. Kinar yang berada dalam rasa kecewa membiarkan Eza mengekspos setiap inci bagian tubvuh nya.
'Maafkan aku kak, izinkan aku egois sekali ini saja,' batin Kinar sembari menatap wajah tampan Eza.
Di saat Kinar dan Eza tengah membara, terdengar suara Dewi memanggil-manggil suaminya. Sontak, hal itu membuat Kinar resah dan tak berniat lagi melanjutkan permainan terlarang mereka.
Meskipun Eza tetap memaksanya, namun Kinar masih terlalu takut jika andaikan Dewi sampai melihatnya berdua bersama dengan suaminya.
"Udah mas, sana keluar. Mumpung kak Dewi lagi ada di taman belakang," ucap Kinar segera meminta Eza keluar dari kamar bekas pembantu tersebut.
"Tapi kamu tau darimana kalau Dewi ada di taman belakang Kin?" tanya Eza berbisik.
"Itu di jendela. Udah ayo buruan," jawab Kinar menunjuk ke arah jendela yang sedikit terbuka tirai nya.
"Baiklah. Terima kasih untuk waktu kamu Kinar. Aku janji akan menjaga perasaan kamu. Aku sayang kamu. Love you Kinar," balas Eza mengecup bibir Kinar sekilas lalu mengendap keluar dari kamar bekas pembantu tersebut.
Setibanya di luar, Eza segera berjalan ke dapur. Ia pura-pura mencari sesuatu di dalam lemari pendingin yang ada di dapur. Hingga beberapa saat kemudian, Dewi pun datang dengan segala keterkejutannya.
"Mas Eza? Kamu ngapain di sini? Aku cariin dari tadi loh mas?" tanya Dewi menghampiri Eza yang sedikit gugup. Namun, ia pura-pura tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
"Aku lapar sayang. Ini mau masak mie. Tapi setelah aku cari-cari kok ngga ada ya?" jawab Eza setenang mungkin.
"Ya ampun mas, kenapa ngga bangunin aku? Aku ini istrimu loh mas," ucap Dewi sama sekali tidak menaruh kecurigaan kepada suaminya itu.
"Aku ngga mau mengganggu waktu istirahat istriku ini. Kamu pasti kecapean kan. Sana balik lagi kamar. Aku ngga akan kemana-mana kok," jawab Eza begitu pandai mengambil hati Dewi.
"Aaaa mas, kamu ini so sweet banget sih. Ya sudah, kalau gitu kamu duduk di sana saja ya. Biar aku yang masakin mie nya buat kamu. Lagi pula, ngga ada mie du kulkas itu mas. Kalo kamu mau mie, mie nya ada di sini," ucap Dewi sembari membuka lemari yang letaknya di gantung. Dewi nampak mengeluarkan sebuah mie instan berwarna kuning tersebut.
"Ooo disitu ya. Maaf ya, aku ngga tau. Ya udah sana, balik kamar. Kamu pasti capek setelah berolahraga denganku kan?" bisik Eza agar Dewi segera balik ke kamar kembali ke kamar bekas pembantu tersebut untuk menemui Kinar.
"Apaan sih mas. Udah ngga papa. Kamu duduk aja. Aku akan bikinkan mie nya untukmu," jawab Dewi dengan wajah memerah. Dewi tidak tau jika sifat Eza yang seperti ini hanyalah sebuah kamuflase saja.
Tak punya pilihan lain, akhirnya Eza hanya bisa pasrah. Sesekali ia melirik ke arah kamar tempat ia dan Kinar baru saja melakukan dosa.
Sementara itu, setelah memastikan keadaan aman, Kinar pun keluar dan segera menjauh dari kamar tersebut. Ia kemudian bergegas naik ke lantai dua dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Ya tuhan, apa yang baru saja sudah aku lakukan? Tidak seharusnya seperti ini Kinar," umpat Kinar merutuki dirinya sendiri.
Tak terasa air mata Kinar pun menetes. Ia seolah menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan.
"Aku sudah mengkhianati kakakku sendiri. Tapi kenapa aku begitu menikmatinya dan menginginkan lebih dari Mas Eza?" guman Kinar lagi.
Sementara itu, setelah makan mie buatan Dewi, Eza kembali mengajak Dewi masuk ke kamar mereka.
Dewi yang memang benar-benar kelelahan kembali melanjutkan tidurnya. Namun lain hal dengan Eza. Matanya sama sekali tidak bisa dipejamkan. Bayangan bersama dengan Kinar kembali menari-nari di benaknya.
'Aku harus cari cara agar bisa memiliki banyak waktu untuk Kinar. Kasihan dia, dia pasti sangat tersiksa sekali melihat kedekatan aku dan juga Dewi,' batin Eza menghela nafasnya panjang.
Keesokan paginya, di saa semua sudah berkumpul di meja makan. Tak terkecuali dengan Kinar yang hendak berangkat ke rumah sakit karena ia akan ada jadwal operasi pagi ini.
Kinar terlihat canggung dan banyak diam. Hal inu tentu menarik perhatian sang ibu.
"Kenapa nak? Kok mukanya lesu sekali?" tanya ibu Kinar sedikit khawatir.
"Iya Kinar. Ada apa? Kamu sakit?" tanya sang ayah menambahkan.
"Ngga bu, yah. Aku ngga papa kok. Cuma aku mau menyampaikan sama ayah dan juga ibu kalau aku sudah memutuskan untuk tinggal di apartemen yang dekat dengan tempatku praktek. Ada beberapa rumah sakit yang memintaku untuk membuka jam praktek di tempat mereka. Maka dari itu, aku harus pindah agar ngga keteteran bu, ayah," jelas Kinar membuat kedua orang tua dan juga Dewi terkejut. Tak terkecuali dengan Eza, kakak iparnya.
Tapi kenapa dadakan sekali nak?" tanya Ratih sang ibu.
"Sebenarnya ngga dadakan kok bu. Hanya saja, selama beberapa minggu ini kita kan sibuk bu mengurus pernikahannya kak Dewi," 'jawab Ratih dengan wajah tenang. Ia tak ingin sang ibu curiga jika ia sudah berbohong.
Sebenarnya semua alasan yang disampaikan Kinar hanyalah rekayasa semata. Ia melakukan itu agar dapat keluar dari rumah. Kinar tidak mau rasanya kepada Eza akan semakin bersemi jauh dan menghancurkan kakaknya.
"Ya sudah bu, kalau itu memang sudah menjadi pilihannya Kinar, kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk dia. Lagi pula, pekerjaan Kinar adalah pekerjaan yang mulia," ucap sang ayah hanya bisa pasrah dengan keputusan Kinar.
"Iya yah, ibu tau. Ya sudah Kinar. Ibu sama ayah mengizinkan kamu untuk tinggal di apartemen. Tapi ingat ya nak, jangan lupa sering-sering pulang kalau kamu sedang tidak bekerja," ucap sang ibu membuat Kinar merasa lega.
"Tentu bu. Ya sudah bu, yah, kak, mas Eza, aku berangkat dulu ya," jawab Kinar lalu meninggalkan meja makan.
Ada rasa kecewa yang dirasakan oleh Eza saat Kinar memutuskan untuk keluar dari rumah ini. Raut wajahnya juga sedikit berubah, dan tiba-tiba saja nafsu makan Eza pun hilang.
"Mas ayo dihabiskan makanannya. Kamu lagi mikirin apa?" tanya Dewi membuat Eza sedikit gelagapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ita rahmawati
bagus sih leputusan kinar,,kan klo emang jodoh gk akan kemana
2024-11-05
1