Bab 3

"Tadinya aku sempat menyesal mas karena sudah melakukannya sebelum kita menikah. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak menyesal karena aku yakin kamulah laki-laki yang tepat untuk mendapatkannya. Maafkan aku mas, aku harus membiarkan mu tidur sendiri. Mimpi indah ya mas," gumam Dewi beberapa saat kemudiannya. Tepatnya di saat Dewi selesai mandi dan berpakaian rapi kembali.

........

Tak lama kemudian, Dewi pun sampai di rumah. Nampak kedua orang tuanya dan juga adiknya sudah menunggu kedatangan Dewi. Tidak biasanya Dewi pulang malam seperti ini.

"Ya ampun Dewi, kamu dari mana saja nak?" tanya Ratih sang ibu.

"Maafkan aku bu, tadi Mas Eza mengajakku makan malam diluar. Karena sibuk membicarakan tentang pernikahan kami, aku jadi lupa jika waktu sudah selarut ini," jawab Dewi yang sudah menyiapkan alasan sedemikian sempurnanya.

"Kami sempat cemas loh nak. Apalagi kamu ataupun Eza tidak mengangkat panggilan dari kami. Tapi, itu ibu perhatikan kenapa kamu jalannya seperti itu? Apa yang sudah terjadi?" ucap sang ibu yang pada akhir ucapannya melontarkan pertanyaan yang Dewi belum menyiapkan jawabannya. Hal hasil, Dewi pun sempat gugup dan ragu untuk menjawab.

"Hmmm ini, ini, tadi, tadi aku sempat jatuh bu terpeleset di kamar mandi cafe tempat kita makan tadi. Kata Mas Eza, mungkin kakiku terkilir dan aku harus berendam air hangat saat mandi nanti untuk meredakan rasa sakitnya," jawab Dewi akhirnya menemukan jawaban yang tepat.

"Ya ampun Dewi, hati-hati. Kamu itu akan menikah lusa. Kamu harus bisa jaga diri dan kesehatan mu nak. Ya sudah, kalau begitu, kamu istirahat. Nanti ayah akan panggilkan tukang urut untuk mengobati kaki mu," ucap Imran sang ayah tak kalah cemas.

"Ngga yah, ngga usah. Aku ngga papa kok. Paling nanti setelah berendam juga akan baikan. Aku kekamar dulu ya yah, bu," jawab Dewi menolak tawaran sang ayah.

"Tapi kamu yakin kan Wi?" tanya Ratih, ibunya.

"Iya bu. Aku yakin. Udah ya bu, yah, aku ke kamar dulu," jawab Dewi lagi.

Entah mengapa Kinar tidak percaya dengan alasan yang disampaikan oleh kakaknya baru saja. Hingga Kinar terus memperhatikan kakaknya Dewi sedari tadi. Dan benar saja, di saat Dewi melewatinya, Kinar melihat ada beberapa bekas merah seperti cupa*ngan di leher bagian dalam sang kakak.

Meskipun Dewi mencoba untuk menutupinya, namun Kinar masih bisa melihatnya.

'Apa jangan-jangan Kak Dewi dan Mas Eza baru saja melakukaaan,' batin Kinar menebak sendiri apa yang sudah terjadi di antara kakaknya dengan calon kakak iparnya.

"Ayah, ibu, aku juga mau ke kamar ya. Udah ngantuk banget nih," ucap Kinar lalu naik ke lantai dua rumahnya.

Dikamar, Kinar masih saja terpikirkan tentang bekas merah yang ada pada leher bagian dalam sang kakak. Entah mengapa, hati Kinar sakit melihatnya.

"Baru tadi siang kamu mengutarakan perasaan kamu sama aku mas, tapi sekarang kamu malah memberikan bekas cinta ditubuh kakakku," gumam Kinar tersenyum sinis pada dirinya sendiri.

Sementara itu, keesokan paginya, Eza terbangun dengan pusing dikepala yang cukup berat. Mendapati dirinya tanpa pakaian sehelai benang pun, Eza cukup terkejut dan kembali mengingat apa yang sudah terjadi kepadanya sebelumnya. Hingga di detik berikutnya, adegan demi adegan panas mulai melintas dipikirannya.

Eza baru ingat jika ia baru saja melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri dengan Dewi, calon istrinya.

"Astaga, apa yang sudah gue lakukan? Kenapa gue melakukannya sebelum menghalalkan Dewi? Apa Dewi akan marah dan memberi tahu kedua orang tuanya ya? Ya ampun, bagaimana kalau Kinar juga tau masalah ini? Ia pasti akan berprasangka yang buruk tentang gue," gumam Eza merasa cemas.

Karena ingin memastikan semuanya baik-baik saja, Eza pun langsung menghubungi Dewi. Tak lupa, Eza langsung meminta maaf karena sudah melakukannya sebelum ia menghalalkan Dewi.

"Sudah mas, jangan di bahas. Aku ngga marah kok sama kamu. Aku tau perbuatan kita ini salah, tapi mau bagaimana lagi. Lagi pula sebentar lagi kita akan segera menikah. Bukankah kita akan tetap melakukan hal yang sama juga?" jawab Dewi membuat Eza sedikit merasa lega. Apalagi Dewi mengatakan kalau tidak ada yang tau perihal ini.

"Oh ya mas, apa kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan minta bantuan Kinar untuk mengantar makanan ke apartemenmu. Kebetulan ibu masak banyak hari ini. Maaf ya mas, aku ngga bisa nganternya sendiri karena ituku masih sakit," jelas Dewi membuat Eza bersedia diantarkan makanan karena Dewi meminta Kinar yang mengantarnya.

"Baiklah. Kalau memang Kinar tidak keberatan tidak masalah. Mas akan menunggunya di apartemen. Nanti katakan sama Kinar, kalau sudah sampai di depan unit, telfon saja mas. Mas mau mandi dulu," jawab Eza kembali bersemangat.

Setelah mengakhiri panggilan suaranya, Dewi pun segera membungkus makanan untuk diantar ke apartemen calon suaminya.

Tak lupa, ia menemui Kinar untuk meminta bantuan sang adik. Saat ini Kinar sudah mulai cuti lantaran sang kakak akan menikah keesokan harinya. Awalnya Kinar menolak untuk mengantarkannya, namun karena Dewi terus memaksanya, Kinar pun akhirnya bersedia mengantar makanan ke apartemen Eza.

"Aku berangkat dulu ya kak. Ini yakin ngga ada yang ketinggalan kan?" ucap Kinar mencoba memastikannya kembali.

"Ngga ada kok Kin. Ya sudah, buruan gih, kasihan Mas Eza menunggu terlalu lama. Oh ya, nanti kalau kamu sudah sampai di depan unitnya, jangan lupa hubungin dia ya, bel apartemennya lagi rusak katanya," ucap Dewi sebelum Kinar pergi.

Meskipun dengan hati yang berat, Kinar pun pergi menuju apartemen Eza. Sekira satu jam kemudian, Kinar pun sampai dan langsung naik lift menuju lantai tiga puluh.

Seperti yang Dewi katakan, Kinar pun langsung menghubungi Eza setelah sampai di depan unit apartemen calon kakak iparnya tersebut.

Dan tak lama kemudian, pintu pun dibuka oleh Eza.

"Kinar, masuk Kin," ucap Eza nampak senang saat melihat wajah Kinar.

"Ngga usah mas. Aku kesini mau mengantarkan makanan di suruh Kak Dewi," jawab Kinar menolak untuk masuk ke dalam unit apartemen Eza.

"Masuklah sebentar Kinar. Aku akan menyalin makanan ini ke wadah lain dulu," ucap Eza berusaha mencari cara agar memiliki waktu lebih bersama dengan Kinar.

"Hhhhh, baiklah. Tapi setelah ini, biarkan aku pergi mas," jawab Kinar menerima tawaran Eza.

Kinar pun masuk. Ia cukup terkejut saat melihat keadaan apartemen Eza yang berantakan.

"Mas, ini kok berantakan sekali? Mas minum-minuman keras juga ya?" tanya Kinar mengernyitkan keningnya.

"Iya Kinar. Kemaren mas sempat minum. Tapi sebelumnya mas ngga pernah minum kok. Mas hanya hobi mengkoleksinya saja di dalam kulkas," jawab Eza sembari menyalin makanan yang tadi dibawakan oleh Kinar.

"Mau aku bantu membereskannya?" tawar Kinar merasa gatal melihat ruangan yang berantakan seperti ini.

"Apa kamu tidak keberatan?" tanya Eza beralih menatap Kinar.

"Ngga. Mas, biasa saja," jawab Kinar mulai memungut sampah demi sampah yang berserakan.

Hingga satu jam kemudian, barulah semuanya rapi kembali. Kinar pun lega saat melihat semuanya tertata rapi.

"Kamu orangnya memang bersih ya Kin. Terima kasih karena sudah membantu mas membersihkan apartemen ini," ucap Eza menghampiri Kinar yang duduk di sofa yang tadinya berantakan.

"Tidak masalah mas. Ya sudah, aku pulang dulu ya," jawab Kinar hendak berdiri, namun dengan cepat, tangan Eza segera meraih tangan Kinar hingga Kinar pun terjerembab ke dalam pelukan Eza.

"Kamu mau ngapain mas? Lepaskan aku," ucap Kinar mulai panik dan berusaha melepaskan dirinya dari Eza.

"Kinar, besok mas akan menikah dengan kakakmu Dewi. Izinkan sekali ini saja mas memelukmu untuk yang terakhir kalinya," ucap Eza penuh harap.

"Ini ngga boleh mas. Kamu itu adalah calon suami kakakku. Kamu ngga boleh khianati kakakku Kak Dewi," protes Kinar terus melepaskan dirinya.

"Kinar plis, sekali ini saja agar mas bisa tenang," mohon Eza membuat Kinar tidak sampai hati menolaknya lagi.

"Hhhh, baiklah mas. Ini yang terakhir kalinya," jawab Kinar akhirnya menyerah. Jujur, Kinar sendiri juga ingin merasakan pelukan dari Eza.

"Makasih sayang," ucap Eza memeluk Kinar dengan erat dan penuh kasih sayang.

Setelah cukup lama memeluk Kinar dan mereka larut dalam pikiran masing-masing, Eza pun melepas pelukannya dan menatap Kinar dengan tatapan lekat. Begitu juga dengan sebaliknya. Pandangan mereka saling beradu hingga tak terasa kini bibir mereka sudah menyatu satu sama lainnya. Baik Kinar maupun Eza sama-sama menikmatinya.

Perlahan, Eza pun merebahkan tubuh Kinar diatas sofa yang mereka duduki. Eza terus mengungkung Kinar dengan bibir yang masih saling tertaut.

Baik Eza ataupun Kinar sama-sama bisa merasakan jika ciuman mereka tulus datang dari hati, sehingga membuat ciuman tersebut penuh dengan rasa kasih sayang.

"I love you Kinar. Mas sangat mencintaimu sedari dulu," ucap Eza sebelum memulai ciumannya kembali.

Ingin sekali Kinar membalasnya, namun ia sadar jika itu akan membuat kakaknya terluka.

'I love tou too Mas Eza. Aku juga sangat mencintai mas semenjak dulu. Tapi aku sadar jika yang berhak atas dirimu adalah kakakku Dewi,' batin Kinar sembari memejamkan matanya dan menikmati setiap belaian yang diberikan oleh calon kakak iparnya.

Hingga di detik berikutnya, ciuman dan pagutan itu terhenti saat ponsel Kinar berdering.

"Maaf mas, Kak Dewi sudah menelfon. Aku harus segera pergi," ucap Kinar merasa canggung sembari merapikan pakaiannya yang berantakan.

"Tapi mas masih ingin bersama mu Kinar," ucap Eza merasa enggan untuk merelakan Kinar pergi.

"Maafkan aku mas. Cukup sampai disini. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa. Mas dan aku hanyalah sebatas kakak dan adik ipar saja," jawab Kinar bergegas pergi.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

jgn ya kin ya jgn,,apapun yg trjadi melas sm kakakmu 🥺

2024-11-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!